Sabtu, 08 Desember 2018

Menggeramkan "Cantik Itu Luka" Eka Kurniawan

Bambang Kariyawan Ys *
riaupos.co

Tulisan ini diawali ketika membaca berita bahwa novel Cantik itu Luka karya Eka Kurniawan mendapat penghargaan internasional. Terbayang kembali pada tahun 2002 penulis pernah membaca novel ini ketika pertama kali terbit oleh Penerbit Jendela dan Akademi Kebudayaan Yogyakarta. Saat selesai membaca novel tersebut dan berdiskusi sesama pembaca terjadi pro kontra. Ada pembaca yang pencinta sastra mengatakan bahwa novel ini dahsyat. Namun ada pembaca lain yang mengatakan jangan membaca novel tersebut. Rusak pikiran kita, apalagi kalau anak-anak remaja yang membaca, bahaya! Mengapa dilarang dan berbahaya membacanya?! Pasti ada sesuatu.

Sebuah Jalan Menjadi Cantik

Novel sepopuler ini tentunya sudah banyak yang membaca dan mengapresiasi dengan cara dan sudut pandang yang berbeda. Kita lihat kilas balik melalui uraian singkat alur ceritanya berkisah tentang Dewi Ayu sangat cantik, banyak pria yang birahi melihatnya, mereka menginginkan satu malam bercinta dengannya dan melakukan apapun yang pernah mereka bayangkan. Didesak oleh keadaan sebagai tahanan, diusia yang masih relatif muda, Dewi Ayu terpaksa menjalani hidup sebagai pelacur di rumah Mama Kalong, bekerja melayani tentara Jepang memenuhi kebutuhan badaniah mereka.

Sebagai seorang pelacur, Dewi Ayu sangat terkenal dan merupakan yang paling mahal di Halimunda. Berhubungan badan dengan begitu banyak orang, Dewi Ayu melahirkan putri-putri yang tak pernah tahu siapa ayah mereka. Ketiga putri Dewi Ayu pun mewarisi kecantikan ibunya yang sejak dini sudah terlihat dan banyak orang menantikan mereka bertumbuh menjadi gadis sempurna yang siap untuk ditiduri.

Dewi Ayu cukup kesal melihat kehidupan ketiga putrinya yang selalu bersinggungan dengan lelaki, menggoda mereka, bahkan membuat pria-pria patah hati dengan sengaja, Ia tahu kecantikan mereka suatu saat akan berakibat buruk bagi mereka sendiri. Sehingga ketika ia tahu kalau ia mengandung anak keempat, Ia berdoa supaya anak dalam kandungannya diberikan wajah yang sangat jelek. Ia membayangkan hidung seperti colokan listrik, telinga serupa panci, kulit hitam legam seperti arang sisa bakaran dan itulah yang terjadi ketika ia melahirkan putri keempatnya, dua belas hari sebelum ia meninggal. Anak terakhirnya itu diberi nama Cantik.

Penokohan Ganjil dan Perilaku Seksual Menyimpang

Maman S. Mahayana menyebutkan bahwa ini adalah jenis novel ngawur. Ia bahkan menyebut kelakuan para tokoh dalam novel ini tidak logis menurut ilmu psikologi. Perilaku semua tokoh penting dalam novel ini aneh, perilakunya tidak meyakinkan secara psikologi dan logika berpikir yang mereka gunakan menyerupai logika berpikir orang gila. Novel ini memang bicara tentang dunia timur namun benar-benar telah menabrak nilai dan norma dunia ketimuran.

Novel ini menjadi aneh dan unik karena menampilkan detil tokoh utama yang memiliki perilaku-perilaku ganjil. Keganjilan itu dapat dikelompokkan dalam perilaku oedipus complexs (konsep dalam psikoanalisis Sigmund Freud berupa kecemburuan seorang anak kepada sosok yang lebih tua dari dirinya), narsisme (perasaan cinta terhadap diri sendiri yang berlebihan), dan fantasme (konsep skenario imajiner dengan subjek melaksanakan hasratnya).

Selain kegilaan dan keganjilan tokoh-tokoh utama dalam novel ini juga tergambarkan beragam perilaku seksual menyimpang. Seperti perilaku bestially, perilaku senang melakukan hubungan seks dengan binatang peliharaan dalam hal ini tokoh Ma Gedik karena tidak tersalurkannya nafsu seksualnya maka disalurkan dan digambarkan secara liar berhubungan seksual dengan sapi betina, ayam, dan domba.

Belum lagi perilaku seksual menyimpang incest (perkawinan sedarah), menyaksikan orang sedang berhubungan seksual, menghilangkan keperawanan dengan cara yang aneh, serta beragam perilaku seksual yang menimbulkan imajinasi liar yang tak tergambarkan sebelumnya. Lantas apakah novel ini termasuk dalam kategori novel porno? Tentu saja tidak, hanya bila menelisik setiap perilaku ganjil dan perilaku seksual pelaku-pelaku utama maka pembaca awam akan digiring untuk berfantasi liar akan masalah ketabuan itu. Namun pembaca sastra tentu tidak akan melihat itu namun yang dilihatnya adalah kelihaian pengarang mempermainkan imajinasi pembaca memang sangat berhasil. Bahkan sangat berhasil.

Memang semua itu adalah bagian dari dinamika kehidupan realitas sosial yang ada di masyarakat. Bertolak belakang dengan nilai dan norma yang selama ini dijunjung bangsa ini untuk perperilaku sebagai bangsa yang santun, apalagi tetap kita masih menjaga ketabuan dalam membincangkan urusan pertemuan dua kelamin secara vulgar. Lantas apakah semua realitas sosial harus terungkapkan dengan dalih asal tetap relevan dengan alur cerita? Serta tidak terkesan diada-adakan sehingga semua bisa dieksplor? Tidak dipungkiri persoalan-persoalan semacam ini memang ada dalam masyarakat kita, namun cara penggunaan bahasa dalam menyampaikannya perlu kesopansantunan serta muatan pesan positif. Hal ini berkaitan dengan bacaan berpengaruhi terhadap pembentukan karakter seseorang.

Apresiasi yang Menggeramkan

Beauty is Wound atau Cantik Itu Luka berhasil memenangkan penghargaan perdana World Readers. Acara ini disponsori oleh Hong Kong Science and Technology Parks Corporation yang menekankan inovasi dan kreativitas manusia. Dalam sebuah pernyataan yang diterima penyelenggara penghargaan, Eka Kurniawan mengatakan dirinya berbicara atas nama sastra Indonesia. Novel Beauty is Wound telah diterjemahkan ke dalam 24 bahasa.

Menurut penulis terlepas dari gemilangnya prestasi yang diraih atas novel ini tetap saja ada kondisi menggeramkan. Mengapa? Penulis melihat setiap pemberian penghargaan tentu ada alasan dan efek yang akan ditimbulkannya. Alasan pemberian tidaklah menjadi permasalahan mengingat para pakar sastra tentunya telah mempertimbangkan dengan detil kelayakannya. Apalagi pengarang (Eka Kurniawan) sempat dijuluki the next Pramoedya Ananta Toer.


Dari novel ini gambaran perjalanan sejarah bangsa ini sejak penjajahan Belanda, Jepang hingga pasca penjajahan diungkap dengan detil dari sisi yang berbeda bahkan tidak tersebut dalam buku-buku pelajaran sejarah. Setiap tokoh dalam cerita ini walaupun bukan tokoh utama digambarkan dengan utuh dan bukan sebagai pelengkap saja. Deskriptif setiap kalimat tidak terlewatkan dengan kalimat-kalimat yang rapat dengan penjabaran yang kuat. Kondisi kepenulisan seperti ini memang sangat perlu dipelajari dan dijadikan referensi oleh para pengarang-pengarang baru untuk belajar menghasilkan karya-karya yang melebihi standar.

Namun pada sisi efek pemberian penghargaan ini bisa saja memunculkan penilaian bahwa yang digambarkan dari novel ini sebagai cerminan kehidupan masyarakat bangsa kita. Terlepas pada aspek non etis dan kebebasan dalam bersastra namun sedikit banyak novel ini akan mempengaruhi pembaca tentang hal-hal menyeramkan dalam berperilaku seksual menyimpang. Makanya pantas ketika beberapa teman penulis menganggap berbahaya novel ini bila dibaca bagi pembaca awam.

Pelajaran untuk Sastrawan Riau

Kesantunan namun menggigit yang dimiliki sastrawan-sastrawan Riau menjadi modal utama untuk bisa lebih mendunia. Warisan kekayaan literasi telah mengendapkan benih-benih gairah dalam menuliskan karya-karya. Budaya santun berbahasa menjadi pembingkai untuk menghasilkan karya-karya jujur dan berbudaya.

Banyak cara elegan dan bermetafora tinggi yang telah ditunjukkan sastrawan Riau ketika mengungkapkan realitas sosial yang mengarah pada berbau ketabuan. Budaya Melayu Riau telah mengajarkan untuk mengungkapkan sesuatu dengan keindahan. Inilah modal besar untuk menghasilkan karya-karya yang bermartabat.

Sudah saatnya karya-karya sastrawan Riau mulai melirik dan dilirik dunia. Pintu pembukanya adalah lewat penterjemahan karya. Untuk itu peran penterjemahan nampaknya menjadi peran penting sebagai pembuka karya untuk dikenal dunia. Salah satu komunitas penulis di Riau yang saat ini mengambil peran itu adalah Forum Lingkar Pena Riau dengan membentuk Divisi Penerjemahan. Harapan kedepan dari konsistensi berkarya dengan terus menggali segala potensi lokalitas di bumi bertuah ini dipoles dengan penerjemahan karya, maka akan lahirlah karya-karya sastrawan Riau yang mendunia.
___________
*) Guru Sosiologi SMA Cendana Pekanbaru. Aktif bergabung di Forum Lingkar Pena Riau. Telah menerbitkan buku kumpulan cerpen Numbai dan beberapa buku kumpulan puisi, novel, dan pendidikan. Peserta undangan MMAS (Membaca, Menulis, dan Apresiasi Sastra) Kemdiknas, Penerima Anugerah Sagang, dan Peserta Ubud Writers and Readers Festival.

Tidak ada komentar:

Label

A Rodhi Murtadho A. Aziz Masyhuri A. Qorib Hidayatullah A. Zakky Zulhazmi A.J. Susmana A.S. Laksana Aa Maulana Abdi Purnomo Abdul Azis Sukarno Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi W.M. Abdul Kadir Ibrahim Abdul Lathief Abdul Wachid B.S. Abdurrahman Wahid Abidah El Khalieqy Acep Zamzam Noor Ach. Sulaiman Achdiar Redy Setiawan Adhitia Armitrianto Adhitya Ramadhan Adi Marsiela Adi Prasetyo Afrizal Malna Ags. Arya Dipayana Aguk Irawan MN Agunghima Agus B. Harianto Agus Buchori Agus M. Irkham Agus Noor Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sri Danardana Agus Sulton Agus Wibowo Aguslia Hidayah Ahda Imran Ahmad Fatoni Ahmad Hasan MS Ahmad Ikhwan Susilo Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Khotim Muzakka Ahmad Rafiq Ahmad Sahal Ahmad Syubbanuddin Alwy Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Sekhu Akmal Nasery Basral Alex R. Nainggolan Ali Ibnu Anwar Ali Murtadho Alia Swastika Alunk S Tohank Amanda Stevi Amien Kamil Amien Wangsitalaja Anes Prabu Sadjarwo Anindita S Thayf Aning Ayu Kusuma Anjrah Lelono Broto Anton Kurnia Anton Suparyanto Anugrah Gio Pratama Anung Wendyartaka Aprinus Salam Ardi Bramantyo Arie MP Tamba Arief Junianto Arif Bagus Prasetyo Aris Setiawan Arman AZ Arswendo Atmowiloto Arti Bumi Intaran AS Sumbawi Asarpin Asep Dudinov Ar Asep Sambodja Asvi Warman Adam Awalludin GD Mualif Ayung Notonegoro Bagja Hidayat Balada Bale Aksara Balok Sf Bambang Kariyawan Ys Bambang Kempling Bandung Mawardi Baridul Islam Pr Bayu Agustari Adha Beni Setia Benny Arnas Benny Benke Berita Berita Utama Bernando J. Sujibto Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Boni Dwi Pramudyanto Bonnie Triyana Boy Mihaballo Bre Redana Brunel University London Budi Darma Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Budiman Sudjatmiko Bulqia Mas’ud Bung Tomo Burhanuddin Bella Cak Kandar Catatan Cerbung Cerpen Chairil Anwar Chairul Abshar Chamim Kohari Chandra Johan Chavchay Syaifullah Cover Buku Cucuk Espe D. Dudu AR D. Kemalawati D. Zawawi Imron Dadang Kusnandar Dahono Fitrianto Dahta Gautama Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Danarto Daniel Paranamesa Darju Prasetya Darmanto Jatman David Krisna Alka Deddy Arsya Dedi Muhtadi Dedy Tri Riyadi Deni Andriana Denny JA Denny Mizhar Deny Tri Aryanti Dewi Rina Cahyani Dian Dian Hartati Dian Sukarno Dina Oktaviani Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan Dino Umahuk Djadjat Sudradjat Djoko Pitono Djoko Saryono Dorothea Rosa Herliany Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Pranoto Dwi S. Wibowo Dwi Wiyana Dwicipta E. Syahputra Ebiet G. Ade Eddy Flo Fernando Edi Sembiring Edy Firmansyah Eep Saefulloh Fatah Eka Budianta Eka Fendri Putra Eka Kurniawan Ekky Siwabessy Eko Darmoko Elnisya Mahendra Emha Ainun Nadjib Emil WE Endah Wahyuningsih Endhiq Anang P Erwin Y. Salim Esai Esha Tegar Putra Evan Ys Evi Idawati F Rahardi Fahmi Fahrudin Nasrulloh Faidil Akbar Faisal Kamandobat Faiz Manshur Fajar Kurnianto Fajar Setiawan Roekminto Fakhrunnas MA Jabbar Farid Gaban Fathan Mubarak Fathurrahman Karyadi Fatkhul Anas Fazar Muhardi Febby Fortinella Rusmoyo Felik K. Nesi Festival Sastra Gresik Fikri. MS Fitri Yani Frans Ekodhanto Frans Sartono Franz Kafka Fredric Jameson Friedrich Nietzsche Fuad Anshori Fuska Sani Evani G30S/PKI Gampang Prawoto Ganug Nugroho Adi Geger Riyanto Gerakan Surah Buku (GSB) Gerson Poyk Gibb Gilang Abdul Aziz Ging Ginanjar Gita Pratama Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gugun El-Guyanie Gunoto Saparie Gusti Eka H.B. Jassin Hadi Napster Hadriani Pudjiarti Halim H.D. Hamdy Salad Han Gagas Handoko Adinugroho Happy Ied Mubarak Hardi Hamzah Harfiyah Widiawati Hari Puisi Indonesia (HPI) Hari Santoso Harie Insani Putra Haris del Hakim Haris Priyatna Hary B Kori’un Hasan Junus Hasif Amini Hasnan Bachtiar Hasta Indriyana Helmi Y Haska Helwatin Najwa Hendra Sugiantoro Hendri R.H Hendry CH Bangun Henry Ismono Hepi Andi Bastoni Heri KLM Heri Latief Herie Purwanto Herman Rn Heru CN Heru Joni Putra Hudan Hidayat Hudan Nur I Nyoman Darma Putra I Nyoman Suaka I Nyoman Tingkat I Tito Sianipar Ibnu Wahyudi Icha Rastika Idha Saraswati Ignas Kleden Ignatius Haryanto Ilenk Rembulan Ilham Q Moehiddin Ilham Yusardi Imam Muhtarom Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Rosyid Imron Tohari Indira Permanasari Indra Intisa Indra Tjahyadi Indra Tranggono Irfan Budiman Ismi Wahid Istiqamatunnisak Iwan Komindo Iwan Kurniawan Iwan Nurdaya Djafar Iyut FItra Izzatul Jannah J Anto J.S. Badudu Jafar M. Sidik Jamal D Rahman Jamal T. Suryanata Jamil Massa Janual Aidi Januardi Husin Javed Paul Syatha Jefri al Malay JJ Kusni JJ Rizal Jo Batara Surya Jodhi Yudono Johan Khoirul Zaman Joko Pinurbo Joko Sandur Joni Ariadinata Joss Wibisono Jual Buku Paket Hemat Judyane Koz Jusuf AN Karkono Kasnadi Katrin Bandel Kedai Kopi Sastra Kedung Darma Romansha Ken Rahatmi Khairul Amin Khairul Mufid Jr Khoshshol Fairuz Kirana Kejora Koh Young Hun Komang Ira Puspitaningsih Komunitas Deo Gratias Kostela (Komunitas Sastra Teater Lamongan) Kritik Sastra Kurniawan Kurniawan Junaedhie Lan Fang Lathifa Akmaliyah Latief S. Nugraha Leila S. Chudori Lela Siti Nurlaila Lidia Mayangsari Lie Charlie Liestyo Ambarwati Khohar Liza Wahyuninto Lukas Adi Prasetyo Luky Setyarini Lutfi Mardiansyah M Fadjroel Rachman M. Arman A.Z M. Arwan Hamidi M. Faizi M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S M. Mustafied M. Nahdiansyah Abdi M. Shoim Anwar M. Taufan Musonip M. Yoesoef M.D. Atmaja Mahdi Idris Mahfud Ikhwan Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Mainteater Bandung Maman S. Mahayana Manneke Budiman Mardi Luhung Marhalim Zaini Maria Bo Niok Mario F. Lawi Mark Hanusz Marsudi Fitro Wibowo Martin Aleida Martin Suryajaya Marwanto Maryati Mashuri Matdon Matroni A. el-Moezany Maya Mustika K. Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia Menggugat Tanggung Jawab Kepenyairan Sutardji Calzoum Bachri Mezra E. Pellondou MG. Sungatno Mh Zaelani Tammaka Mihar Harahap Mila Novita Misbahus Surur Muhajir Arrosyid Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Ali Fakih Muhammad Amin Muhammad Antakusuma Muhammad Iqbal Muhammad Muhibbuddin Muhammad Nanda Fauzan Muhammad Rain Muhammad Yasir Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun A.S Mulyadi J. Amalik Munawir Aziz Murparsaulian Musdalifah Fachri Musfi Efrizal Mustafa Ismail Mustofa W. Hasyim N. Syamsuddin CH. Haesy Naskah Teater Nazaruddin Azhar Nelson Alwi Nenden Lilis A Neni Nureani Ni Putu Rastiti Nirwan Dewanto Nita Zakiyah Noor H. Dee Noval Jubbek Novel Nur Faizah Nur Syam Nur Wahida Idris Nurani Soyomukti Nurdin Kalim Nurel Javissyarqi Nurrudien Asyhadie Nurul Anam Nurul Hadi Koclok Nurur Rokhmah Bintari Nuryana Asmaudi Odi Shalahuddin Oei Hiem Hwie Okky Madasari Okta Adetya Olivia Kristina Sinaga Otto Sukatno CR Oyos Saroso HN Pablo Neruda Pamusuk Eneste Pandu Radea Parakitri Parulian Scott L. Tobing PDS H.B. Jassin Pengantar Buku Kritik Sastra Pepih Nugraha Pesan Al Quran untuk Sastrawan Petrik Matanasi Pipiet Senja Pitoyo Boedi Setiawan Ponorogo Pramoedya Ananta Toer Pringadi Abdi Surya Prof Dr Faisal Ismail MA Prosa Puisi PuJa Puji Santosa Pungkit Wijaya PUstaka puJAngga Putri Utami Putu Setia Putu Wijaya R. Toto Sugiharto Radhar Panca Dahana Ragil Supriyatno Samid Rahmat Sudirman Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Ramadhan Batubara Ramadhan Pohan Rameli Agam Ramon Damora Ranang Aji SP Ratih Kumala Ratna Ajeng Tejomukti Ratu Selvi Agnesia Raudal Tanjung Banua Reko Alum Reny Sri Ayu Resensi Revolusi RF. Dhonna Riadi Ngasiran Ribut Wijoto Rinto Andriono Riris K. Toha-Sarumpaet Risang Anom Pujayanto Robin Dos Santos Soares Rodli TL Rofiqi Hasan Rosdiansyah Rukardi S Yoga S. Jai S. Satya Dharma S.I. Poeradisastra S.W. Teofani Sabiq Carebesth Sabpri Piliang Sabrank Suparno Sahaya Santayana Saifur Rohman Sainul Hermawan Sajak Sal Murgiyanto Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Salyaputra Samsudin Adlawi Sandipras Sanggar Pasir Sapardi Djoko Damono Sarabunis Mubarok Saroni Asikin Sartika Dian Nuraini Sastra Sastra Perlawanan Sastri Sunarti Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sejarah Sekolah Literasi Gratis (SLG) Sekolah Literasi Gratis (SLG) STKIP Ponorogo Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Sergi Sutanto Shafwan Hadi Umry Shiny.ane el’poesya Sholihul Huda Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sita Planasari A Siti Irni Nidya Nurfitri Siti Rutmawati Siti Sa’adah Sitok Srengenge Siwi Dwi Saputro Sjifa Amori Sofian Dwi Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sosiawan Leak Sri Wintala Achmad St Sularto Sudarmoko Sulaiman Tripa Sultan Yohana Suminto A. Sayuti Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Sunudyantoro Suroto Surya Lesmana Suryanto Sastroatmodjo Susianna Sutan Takdir Alisjahbana Sutardi Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Suwardi Endraswara Syaiful Amin Syarif Hidayat Santoso Syarifudin Syifa Amori Syifa Aulia Tajuddin Noor Ganie Tantri Pranashinta Tanzil Hernadi Taufik Ikram Jamil Taufiq Wr. Hidayat Teguh Winarsho AS Tengsoe Tjahjono Th. Sumartana Theo Uheng Koban Uer Theresia Purbandini Thowaf Zuharon Tien Rostini Titian Sandhyati Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Tjoet Nyak Dhien Toef Jaeger Toko Buku Murah PUstaka puJAngga Lamongan Tri Wahono Triyanto Triwikromo Tu-ngang Iskandar Tulus Wijanarko Udin Badruddin Udo Z. Karzi Umar Fauzi Umbu Landu Paranggi Umi Laila Sari Umi Lestari Universitas Indonesia Untung Wahyudi Virdika Rizky Utama Vyan Taswirul Afkar W.S. Rendra Wahyu Prasetya Wahyudi Akmaliah Muhammad Wawan Eko Yulianto Wawancara Welly Adi Tirta Widi Wastuti Wiji Thukul Wisnu Kisawa Wiwik Widayaningtias Y. Thendra BP Yona Primadesi Yosephine Maryati Yosi M Giri Yudhis M. Burhanuddin Yulizar Fadli Yurnaldi Yusri Fajar Yuyuk Sugarman Zainal Arifin Thoha Zaki Zubaidi Zamakhsyari Abrar Zawawi Se Zehan Zareez Zulkarnain Zubairi