Senin, 25 November 2019

KETIKA JELATA BERSUARA

Resensi "Ular Tangga"
Endhiq Anang P
Solo Pos 23/09/2018

Gayatri Chakravorty Spivak pernah menulis esai panjang Can Subaltern Speak?. Subaltern merupakan istilah yang diperkenalkan filsuf Italia, Antonio Gramsci, yaitu kelompok marjinal yang menjadi subyek hegemoni kelas yang berkuasa. Sebagai subyek, masyarakat subaltren tidak boleh bersuara. Kalaupun mereka bersuara, suara mereka tidak pernah didengar.

Lewat novel Ular Tangga, Anindita S. Thayf membabarkan bagaimana masyarakat subaltern bersuara. Anindita bukan novelis baru. Novelnya yang menggugat pertambangan emas di Papua, Tanah Tabu, menjadi juara pertama Sayembara Novel Dewan Kesenian Jakarta pada 2008, dan telah diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris oleh sebuah penerbit di Amerika Serikat. Terbitnya novel Ular Tangga ini memperlihatkan konsistensi Anindita untuk berkisah tentang kelompok subaltern masih terjaga.

Dengan memakai perspektif Marxisme, dekonstruksi dan feminisme, pembaca dibawa oleh pengarang menyelami masyarakat subaltern yang hidup di perkampungan kumuh. Lewat protagonis Semesta Ijo, bocah setengah tuli berusia dua belas tahun yang bisa berbicara dengan Sungai Purba dan Rel Kereta Tua, pembaca diajak menangkap cara kaum subaltern bersuara. Dengan gaya realis bercampur surealis, pembaca dihanyutkan memasuki dunia para jelata.

Salah satu cara agar kaum subaltern memperoleh suaranya kembali adalah menulis ulang sejarah. Sejarah seringkali menjadi milik kelas yang berkuasa. Kelas berkuasa ini menulis sejarah kelasnya sendiri, bukan kelas mereka yang terpinggirkan seperti kaum subaltern. Penulisan ulang sejarah inilah yang coba dilakukan Anindita Negeri Kepulauan yang menjadi latar Ular Tangga merupakan alegori dari Indonesia. Novel ini menelisik sejarah Indonesia jauh ke belakang dengan perspektif baru, berbeda dari sejarah resmi yang ada.

Pada bagian awal, pembaca disuguhi kisah para jelata yang hidup di Perkampungan Tepi Rel dan Tepi Sungai, yang menuliskan sejarahnya sendiri. Kaum Kerak Nasi atau Kelas Bawah itu memperlihatkan kepada para pembaca bahwa mereka adalah pembuat sejarah yang tak pernah tercatat dalam buku-buku pelajaran sejarah di sekolah. Selama ini, sejarah hanya menampilkan para pahlawan dan para jenderal, bukan para jelata.

Pada bagian tengah novel, sejarah dibabarkan lebih rumit. Sejarah para jelata berkelindan dengan sejarah bangsanya. Mengikuti pola Marxisme dalam menguraikan sejarah perkembangan masyarakat, Ular Tangga berhulu pada masa komune primitif, lalu bergerak ke era feodalisme hingga kapitalisme. Masing-masing babak ditandai dengan perjuangan kelas yang ditindas melawan kelas yang menindas. Uniknya, seolah hendak mencoba mengoreksi Marxisme klasik dalam tahapan sejarah, Ular Tangga menunjukkan bahwa tidak ada corak produksi perbudakan di Indonesia seperti yang terjadi di Eropa. Corak produksi masyarakat melompat dari komune primitif ke feodalisme. Perkembangan kapitalisme juga tidak seperti di Eropa yang menempuh jalan revolusi sosial. Dalam novel ini, kapitalisme lahir akibat cangkokan kolonialisme. Hal ini membawa konsekuensi berbeda dalam perkembangan kapitalisme, yaitu salah satunya menghasilkan karakter hibrid dalam masyarakat.

Dalam sejarah besar perkembangan kapitalisme inilah narasi-narasi lain mengiringinya, mulai dari era awal kolonialisme, proklamasi, pasca kemerdekaan, peristiwa 1965, Petrus hingga peristiwa 1998, juga didekontruksi. Semua itu beriringan dengan sejarah para tokoh novel: Nana, Nenek, Babah Kelontong, Wan Bos, Komandan Plastik, Guru Pelek, Blek hingga sejarah Semesta Ijo sendiri.

Kemunculan Sungai Purba (alam), Ijo (manusia) dan Rel Kereta Tua (modernitas) sebagai narator pada bagian tengah novel bukan sekadar penggerak cerita, tetapi juga untuk menunjukkan dialektika antara ketiganya dalam membentuk sejarah. Memakai perspektif dialektika Marxisme yang materialis, bukan dialektika Hegel yang idealis, Ular Tangga membabarkan hubungan alam dan manusia dalam merajut sejarah sebuah bangsa. Proses dialektika tersebut akan membentuk arsitektur sebuah bangsa pasca kolonial dengan segala probelmatikanya.

Bagian akhir novel Ular Tangga merupakan jawaban untuk pertanyaan: bagaimana kaum subaltern bersuara? Apakah mereka membutuhkan agen? Ular Tangga berdiri di antara keduanya. Kaum subaltern bisa bersuara sendiri, tetapi untuk tahap awal mereka memerlukan agen di luar diri mereka untuk memicu agar suara itu keluar. Agen tersebut adalah Bung Anu, pengelola Sanggar Merah, beserta kelompoknya.

Ular Tangga merupakan novel ambisius. Novel ini hendak menjawab pertanyaan: kenapa Indonesia bisa menjadi seperti sekarang. Walaupun berisi sesuatu yang ‘berat', Ular Tangga tidak ditampilkan sebagaimana diktat sejarah atau sosial. Ia dituturkan sebagai sebuah dongeng yang ditaburi sarkasme-sarkasme segar. Anindita menguasi teknik pertukangan dengan baik sehingga meski tebal, novel ini enak dibaca.

Bisa dikatakan, Ular Tangga merupakan satu dari sedikit novel sastra Indonesia yang menggunakan puluhan tokoh. Terdapat lebih dari 30 tokoh yang bukan sekadar nama, tetapi merupakan bagian dari keping sejarah. Mereka harus ada, tidak bisa dihilangkan karena bukan tokoh tempelan. Di sinilah para pembaca membutuhkan konsentrasi yang tinggi agar bisa mengingat tokoh-tokohnya.

Kemunculan Ular Tangga cukup tepat. Di tengah menggunungnya berbagai persoalan di negeri ini, ia hadir. Mulai dari problem kesejahteraan hingga menguatnya sektarianisme dan intoleransi dalam masyarakat, novel ini memberikan jawaban yang tidak hitam putih.***

*) Editor. Alumnus Filsafat UGM

Judul : Ular Tangga
Penulis : Anindita S. Thayf
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Cetakan : I, 2018
Tebal : 736 halaman
Isbn : 978-602-03811-69
https://www.facebook.com/anindita.thayf/posts/10205282413018066

Tidak ada komentar:

Label

A Rodhi Murtadho A. Aziz Masyhuri A. Qorib Hidayatullah A. Zakky Zulhazmi A.J. Susmana A.S. Laksana Aa Maulana Abdi Purnomo Abdul Azis Sukarno Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi W.M. Abdul Kadir Ibrahim Abdul Lathief Abdul Wachid B.S. Abdurrahman Wahid Abidah El Khalieqy Acep Zamzam Noor Ach. Sulaiman Achdiar Redy Setiawan Adhitia Armitrianto Adhitya Ramadhan Adi Marsiela Adi Prasetyo Afrizal Malna Ags. Arya Dipayana Aguk Irawan MN Agunghima Agus B. Harianto Agus Buchori Agus M. Irkham Agus Noor Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sri Danardana Agus Sulton Agus Wibowo Aguslia Hidayah Ahda Imran Ahmad Fatoni Ahmad Hasan MS Ahmad Ikhwan Susilo Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Khotim Muzakka Ahmad Rafiq Ahmad Sahal Ahmad Syubbanuddin Alwy Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Sekhu Akmal Nasery Basral Alex R. Nainggolan Ali Ibnu Anwar Ali Murtadho Alia Swastika Alunk S Tohank Amanda Stevi Amien Kamil Amien Wangsitalaja Anes Prabu Sadjarwo Anindita S Thayf Aning Ayu Kusuma Anjrah Lelono Broto Anton Kurnia Anton Suparyanto Anugrah Gio Pratama Anung Wendyartaka Aprinus Salam Ardi Bramantyo Arie MP Tamba Arief Junianto Arif Bagus Prasetyo Aris Setiawan Arman AZ Arswendo Atmowiloto Arti Bumi Intaran AS Sumbawi Asarpin Asep Dudinov Ar Asep Sambodja Asvi Warman Adam Awalludin GD Mualif Ayung Notonegoro Bagja Hidayat Balada Bale Aksara Balok Sf Bambang Kariyawan Ys Bambang Kempling Bandung Mawardi Baridul Islam Pr Bayu Agustari Adha Beni Setia Benny Arnas Benny Benke Berita Berita Utama Bernando J. Sujibto Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Boni Dwi Pramudyanto Bonnie Triyana Boy Mihaballo Bre Redana Brunel University London Budi Darma Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Budiman Sudjatmiko Bulqia Mas’ud Bung Tomo Burhanuddin Bella Cak Kandar Catatan Cerbung Cerpen Chairil Anwar Chairul Abshar Chamim Kohari Chandra Johan Chavchay Syaifullah Cover Buku Cucuk Espe D. Dudu AR D. Kemalawati D. Zawawi Imron Dadang Kusnandar Dahono Fitrianto Dahta Gautama Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Danarto Daniel Paranamesa Darju Prasetya Darmanto Jatman David Krisna Alka Deddy Arsya Dedi Muhtadi Dedy Tri Riyadi Deni Andriana Denny JA Denny Mizhar Deny Tri Aryanti Dewi Rina Cahyani Dian Dian Hartati Dian Sukarno Dina Oktaviani Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan Dino Umahuk Djadjat Sudradjat Djoko Pitono Djoko Saryono Dorothea Rosa Herliany Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Pranoto Dwi S. Wibowo Dwi Wiyana Dwicipta E. Syahputra Ebiet G. Ade Eddy Flo Fernando Edi Sembiring Edy Firmansyah Eep Saefulloh Fatah Eka Budianta Eka Fendri Putra Eka Kurniawan Ekky Siwabessy Eko Darmoko Elnisya Mahendra Emha Ainun Nadjib Emil WE Endah Wahyuningsih Endhiq Anang P Erwin Y. Salim Esai Esha Tegar Putra Evan Ys Evi Idawati F Rahardi Fahmi Fahrudin Nasrulloh Faidil Akbar Faisal Kamandobat Faiz Manshur Fajar Kurnianto Fajar Setiawan Roekminto Fakhrunnas MA Jabbar Farid Gaban Fathan Mubarak Fathurrahman Karyadi Fatkhul Anas Fazar Muhardi Febby Fortinella Rusmoyo Felik K. Nesi Festival Sastra Gresik Fikri. MS Fitri Yani Frans Ekodhanto Frans Sartono Franz Kafka Fredric Jameson Friedrich Nietzsche Fuad Anshori Fuska Sani Evani G30S/PKI Gampang Prawoto Ganug Nugroho Adi Geger Riyanto Gerakan Surah Buku (GSB) Gerson Poyk Gibb Gilang Abdul Aziz Ging Ginanjar Gita Pratama Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gugun El-Guyanie Gunoto Saparie Gusti Eka H.B. Jassin Hadi Napster Hadriani Pudjiarti Halim H.D. Hamdy Salad Han Gagas Handoko Adinugroho Happy Ied Mubarak Hardi Hamzah Harfiyah Widiawati Hari Puisi Indonesia (HPI) Hari Santoso Harie Insani Putra Haris del Hakim Haris Priyatna Hary B Kori’un Hasan Junus Hasif Amini Hasnan Bachtiar Hasta Indriyana Helmi Y Haska Helwatin Najwa Hendra Sugiantoro Hendri R.H Hendry CH Bangun Henry Ismono Hepi Andi Bastoni Heri KLM Heri Latief Herie Purwanto Herman Rn Heru CN Heru Joni Putra Hudan Hidayat Hudan Nur I Nyoman Darma Putra I Nyoman Suaka I Nyoman Tingkat I Tito Sianipar Ibnu Wahyudi Icha Rastika Idha Saraswati Ignas Kleden Ignatius Haryanto Ilenk Rembulan Ilham Q Moehiddin Ilham Yusardi Imam Muhtarom Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Rosyid Imron Tohari Indira Permanasari Indra Intisa Indra Tjahyadi Indra Tranggono Irfan Budiman Ismi Wahid Istiqamatunnisak Iwan Komindo Iwan Kurniawan Iwan Nurdaya Djafar Iyut FItra Izzatul Jannah J Anto J.S. Badudu Jafar M. Sidik Jamal D Rahman Jamal T. Suryanata Jamil Massa Janual Aidi Januardi Husin Javed Paul Syatha Jefri al Malay JJ Kusni JJ Rizal Jo Batara Surya Jodhi Yudono Johan Khoirul Zaman Joko Pinurbo Joko Sandur Joni Ariadinata Joss Wibisono Jual Buku Paket Hemat Judyane Koz Jusuf AN Karkono Kasnadi Katrin Bandel Kedai Kopi Sastra Kedung Darma Romansha Ken Rahatmi Khairul Amin Khairul Mufid Jr Khoshshol Fairuz Kirana Kejora Koh Young Hun Komang Ira Puspitaningsih Komunitas Deo Gratias Kostela (Komunitas Sastra Teater Lamongan) Kritik Sastra Kurniawan Kurniawan Junaedhie Lan Fang Lathifa Akmaliyah Latief S. Nugraha Leila S. Chudori Lela Siti Nurlaila Lidia Mayangsari Lie Charlie Liestyo Ambarwati Khohar Liza Wahyuninto Lukas Adi Prasetyo Luky Setyarini Lutfi Mardiansyah M Fadjroel Rachman M. Arman A.Z M. Arwan Hamidi M. Faizi M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S M. Mustafied M. Nahdiansyah Abdi M. Shoim Anwar M. Taufan Musonip M. Yoesoef M.D. Atmaja Mahdi Idris Mahfud Ikhwan Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Mainteater Bandung Maman S. Mahayana Manneke Budiman Mardi Luhung Marhalim Zaini Maria Bo Niok Mario F. Lawi Mark Hanusz Marsudi Fitro Wibowo Martin Aleida Martin Suryajaya Marwanto Maryati Mashuri Matdon Matroni A. el-Moezany Maya Mustika K. Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia Menggugat Tanggung Jawab Kepenyairan Sutardji Calzoum Bachri Mezra E. Pellondou MG. Sungatno Mh Zaelani Tammaka Mihar Harahap Mila Novita Misbahus Surur Muhajir Arrosyid Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Ali Fakih Muhammad Amin Muhammad Antakusuma Muhammad Iqbal Muhammad Muhibbuddin Muhammad Nanda Fauzan Muhammad Rain Muhammad Yasir Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun A.S Mulyadi J. Amalik Munawir Aziz Murparsaulian Musdalifah Fachri Musfi Efrizal Mustafa Ismail Mustofa W. Hasyim N. Syamsuddin CH. Haesy Naskah Teater Nazaruddin Azhar Nelson Alwi Nenden Lilis A Neni Nureani Ni Putu Rastiti Nirwan Dewanto Nita Zakiyah Noor H. Dee Noval Jubbek Novel Nur Faizah Nur Syam Nur Wahida Idris Nurani Soyomukti Nurdin Kalim Nurel Javissyarqi Nurrudien Asyhadie Nurul Anam Nurul Hadi Koclok Nurur Rokhmah Bintari Nuryana Asmaudi Odi Shalahuddin Oei Hiem Hwie Okky Madasari Okta Adetya Olivia Kristina Sinaga Otto Sukatno CR Oyos Saroso HN Pablo Neruda Pamusuk Eneste Pandu Radea Parakitri Parulian Scott L. Tobing PDS H.B. Jassin Pengantar Buku Kritik Sastra Pepih Nugraha Pesan Al Quran untuk Sastrawan Petrik Matanasi Pipiet Senja Pitoyo Boedi Setiawan Ponorogo Pramoedya Ananta Toer Pringadi Abdi Surya Prof Dr Faisal Ismail MA Prosa Puisi PuJa Puji Santosa Pungkit Wijaya PUstaka puJAngga Putri Utami Putu Setia Putu Wijaya R. Toto Sugiharto Radhar Panca Dahana Ragil Supriyatno Samid Rahmat Sudirman Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Ramadhan Batubara Ramadhan Pohan Rameli Agam Ramon Damora Ranang Aji SP Ratih Kumala Ratna Ajeng Tejomukti Ratu Selvi Agnesia Raudal Tanjung Banua Reko Alum Reny Sri Ayu Resensi Revolusi RF. Dhonna Riadi Ngasiran Ribut Wijoto Rinto Andriono Riris K. Toha-Sarumpaet Risang Anom Pujayanto Robin Dos Santos Soares Rodli TL Rofiqi Hasan Rosdiansyah Rukardi S Yoga S. Jai S. Satya Dharma S.I. Poeradisastra S.W. Teofani Sabiq Carebesth Sabpri Piliang Sabrank Suparno Sahaya Santayana Saifur Rohman Sainul Hermawan Sajak Sal Murgiyanto Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Salyaputra Samsudin Adlawi Sandipras Sanggar Pasir Sapardi Djoko Damono Sarabunis Mubarok Saroni Asikin Sartika Dian Nuraini Sastra Sastra Perlawanan Sastri Sunarti Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sejarah Sekolah Literasi Gratis (SLG) Sekolah Literasi Gratis (SLG) STKIP Ponorogo Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Sergi Sutanto Shafwan Hadi Umry Shiny.ane el’poesya Sholihul Huda Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sita Planasari A Siti Irni Nidya Nurfitri Siti Rutmawati Siti Sa’adah Sitok Srengenge Siwi Dwi Saputro Sjifa Amori Sofian Dwi Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sosiawan Leak Sri Wintala Achmad St Sularto Sudarmoko Sulaiman Tripa Sultan Yohana Suminto A. Sayuti Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Sunudyantoro Suroto Surya Lesmana Suryanto Sastroatmodjo Susianna Sutan Takdir Alisjahbana Sutardi Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Suwardi Endraswara Syaiful Amin Syarif Hidayat Santoso Syarifudin Syifa Amori Syifa Aulia Tajuddin Noor Ganie Tantri Pranashinta Tanzil Hernadi Taufik Ikram Jamil Taufiq Wr. Hidayat Teguh Winarsho AS Tengsoe Tjahjono Th. Sumartana Theo Uheng Koban Uer Theresia Purbandini Thowaf Zuharon Tien Rostini Titian Sandhyati Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Tjoet Nyak Dhien Toef Jaeger Toko Buku Murah PUstaka puJAngga Lamongan Tri Wahono Triyanto Triwikromo Tu-ngang Iskandar Tulus Wijanarko Udin Badruddin Udo Z. Karzi Umar Fauzi Umbu Landu Paranggi Umi Laila Sari Umi Lestari Universitas Indonesia Untung Wahyudi Virdika Rizky Utama Vyan Taswirul Afkar W.S. Rendra Wahyu Prasetya Wahyudi Akmaliah Muhammad Wawan Eko Yulianto Wawancara Welly Adi Tirta Widi Wastuti Wiji Thukul Wisnu Kisawa Wiwik Widayaningtias Y. Thendra BP Yona Primadesi Yosephine Maryati Yosi M Giri Yudhis M. Burhanuddin Yulizar Fadli Yurnaldi Yusri Fajar Yuyuk Sugarman Zainal Arifin Thoha Zaki Zubaidi Zamakhsyari Abrar Zawawi Se Zehan Zareez Zulkarnain Zubairi