Senin, 25 November 2019

PEREMPUAN NOMOR DUA

Anindita S Thayf
Radar Mojokerto, 30/09/2018

Cinta yang berkobar-kobar, penuh nafsu, dan romantis selalu ditujukan kepada perempuan lain. Perempuan nomor dua.

Adalah Simone de Beuvoir dalam karyanya yang telah menjadi klasik, Second Sex, berhasil menangkap gejolak kaum laki-laki dalam lanskap dunia patriakal. Lewat penelusuran jejak pada kesusastraan Yunani dan Romawi, Simone berhasil mengungkap alasan mengapa seorang lelaki beristri masih kerap berburu perempuan lain. Perselingkuhan menjadi semacam petualangan bagi keturunan Adam ini demi merasakan kembali sengatan cinta yang telah menghampa di bawah atapnya sendiri.

Lembaga perkawinan yang bertujuan untuk memenggal hasrat berselingkuh para lelaki, menurut Simone, ternyata lebih sering mandul. Di mata laki-laki yang sudah berkeluarga, perempuan lain lebih menyimpan daya tarik dan hasrat yang bergejolak; sebuah tempat yang mampu membuatnya berpaling. Perselingkuhan pun menjadi senyawa yang tidak bisa dilepaskan dari ia yang masih diganduli pola pikir patriakal. Dalam kondisi seperti ini, bukan si lelaki yang dipersalahkan atas ketidaksetiaannya, melainkan perempuan. Yang dicap sebagai penggoda dan ditempatkan di penjara pengucilan. Sementara itu, si lelaki terselamatkan begitu pulang kembali ke rumah; ke pelukan istri yang selalu siap memaafkan.

Situasi yang ditangkap oleh Simone inilah yang menjadi pokok kisah dalam Gurun Cinta. Novel karya Francois Mauriac, sastrawan peraih nobel sastra 1952, membongkar aib perselingkuhan kelas ningrat Prancis. Kedamaian keluarga dokter Paul Courreges terusik dengan munculnya seorang pasien yang tidak diharapkan: Maria Cross, perempuan simpanan Victor Larousselle, seorang pengusaha kaya di kota kecil, Bordeaux. Selepas kematian anaknya, jiwa Maria yang labil mengharuskannya menjadi pasien tetap dokter Paul. Atas persetujuan si pengusaha, Maria Cross diijinkan menerima kunjungan dokter Paul di rumah persembunyiannya di tepi kota sesuai jadwal tertentu. Serangkaian kunjungan medis yang perlahan tapi pasti berubah menjadi kunjungan rutin yang selalu ditunggu dengan penuh debar oleh dokter Paul. Pesona Maria Cross telah menjeratnya. Pun, anak remaja sang dokter, Raymond, yang bergabung ke dalam permainan cinta itu belakangan.

Jadilah, dua ekor kumbang mengerumuni satu kuntum bunga. Bunga mawar yang tumbuh menjorok hingga ke luar pagar, yang mampu menggoda siapapun yang lewat untuk mengagumi keindahannya, bahkan memunculkan hasrat untuk memetik. Bunga mawar yang dianggap liar. Bunga tanpa pemilik. Seperti yang dipikirkan Raymond ketika menemui Maria Cross, “... disibukkan membayangkan bagaimana memetik dan melahap buahnya. tanpa sedikit pun meragukan bahwa buah itu memang untuknya.”

Sosok Yang Lain

Di mata laki-laki, perempuan selalu menjadi sosok yang berbeda, yang kepadanya laki-laki mencari dan memelajari dirinya sendiri. Sesuatu yang dirindukan sekaligus disangkal. Sosok Yang Lain. Namun demikian, keberadaan perempuan tidak pernah bisa dibuat sejajar dengan laki-laki. Sebagai pemilik kekuatan, laki-laki kerap menempatkan diri sebagai tuan. Mereka menganggap bahwa takdir perempuan adalah menjadi obyek layaknya alam; bisa dimiliki dan dieksploitasi. Adapun sebagai penguasa dunia maskulin, dengan mengatasnamakan perlindungan, mereka memberikan status sosial dan tempat kepada perempuan yang dianggap lemah dalam masyarakat—pun, bisa mencabutnya secara sepihak.

Eksistensi perempuan simpanan juga tidak lepas dari naluri superior para laki-laki. Mereka yang merasa terjebak dalam ikatan perkawinan dengan seorang perempuan dewasa gemuk atau nenek layu—bukan lagi perawan muda nan segar— terdorong untuk kembali “turun lapangan”. Melakukan penaklukan satu-dua kali lagi atas sesuatu yang masih asing dan misterius: Perempuan Lain. Penaklukan yang mampu membuat seorang laki-laki kembali merasa muda, bersemangat, bergairah, dan berkuasa.

Di lain pihak, untuk si anak remaja, Raymond, kehadiran Maria Cross lebih merupakan suatu obyek untuk membuktikan kejantanannya. Cap “perempuan simpanan” yang ditempelkan masyarakat di jidat Maria telah memberikan kekuatan bagi Raymond untuk menunjukkan superioritasnya, meskipun usianya baru menginjak delapan belas tahun.

Sebagai Sosok Yang Lain, laki-laki senantiasa menempatkan perempuan pada posisi margin dunia. Namun, bagi perempuan simpanan, kondisi mereka jauh lebih terpinggirkan dari seorang istri yang mendapatkan status sosialnya melalui perkawinan sah. Karena tidak lagi memiliki keperawanan, status mereka dalam masyarakat dianggap tidak jauh berbeda daripada seorang pelacur. Perempuan penjelmaan iblis yang ditakuti karena noda hitam di belakang namanya. Perempuan tanpa pemilik yang sah. Perempuan liar yang nakal.

Yang Nomor Dua

Sejak Revolusi Perancis, sebenarnya perempuan telah mendapatkan kebebasannya. Namun sayang, hal tersebut belum bisa membuat perempuan bebas memegang kemudi kehidupannya. Kebiasaan bersikap takut dan pasrah masih terus memberati langkah mereka. Sikap khas kelas inferior yang diwariskan turun temurun dalam keluarga; melalui sang ibu yang penurut, ditegaskan oleh sang ayah yang feodal. Sikap warisan yang membuat kondisi kaum perempuan tidak banyak berubah sejak zaman dulu hingga sekarang, meskipun modernisasi telah mewabahi kehidupan masyarakat dunia.

Maria merasa berbeda karena ia tidak hidup layaknya “keluarga bahagia”, sehingga muncul inferioritas sebagai paria. Oleh karenya, agar kebahagian bisa digapai maka laki-laki adalah pembangun masa depan. Penyingkap jalan menuju mimpi dan harapan hari esok. Hal inilah yang membuat sebagian perempuan tersebut mau melakukan penyerahan total kepada mereka dengan sukarela. Berusaha keras menyembunyikan kelemahan dan proses pembusukan yang mengancamnya demi menjadi mangsa incaran para lelaki. Pun, rela dinikahi secara siri atau dijadikan simpanan demi menaikkan prestise, mendapat kesenangan hidup atau status terhormat. Perempuan-perempuan ini merasa tidak perlu menjadi subyek, sebaliknya cukup puas sebagai obyek. Padahal, sebagai seorang manusia yang memiliki kehendak, perempuan tidak akan dapat ditaklukkan kecuali atas kemauannya sendiri. Dan, untuk itu, laki-laki akan selalu berusaha memenangkannya. Kenyataan inilah yang membuat novel besutan Francois Mauriac ini penting dibaca untuk kemudian dijadikan cermin jernih agar dapat melihat kondisi saat ini.

Gurun Cinta yang terbit pertama kali pada tahun 1925 dengan judul asli Le Desert de l’amous menggemakan persoalan feminisme bukan semata masalah kesetaraan gender, melainkan menguliti persoalan yang lebih pokok, yaitu kapitalisme yang terus menerus mempertahankan patriaki. Rupanya, pola pikir patriaki tetap menguntungkan bagi kapitalisme untuk melanjutkan ekploitasi ekonomi dan memperkokoh ideologi mereka. Oleh karena itu, walaupun menggaungkan ide-ide tentang feminisme, tetapi kapitalisme tetap menjaga agar perempuan tetap nyaman dalam cangkang dunia laki-laki, tetap inferior.

Maria Cross tidak sendirian dan tidak hanya terjadi pada masa lalu. Kini Maria-Maria yang lain bertebaran di mana-mana. Pada kenyataannya situasi belum banyak berubah.

*) Novelis dan esais
https://www.facebook.com/anindita.thayf/posts/10205333675179588

Tidak ada komentar:

Label

A Rodhi Murtadho A. Aziz Masyhuri A. Qorib Hidayatullah A. Zakky Zulhazmi A.J. Susmana A.S. Laksana Aa Maulana Abdi Purnomo Abdul Azis Sukarno Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi W.M. Abdul Kadir Ibrahim Abdul Lathief Abdul Wachid B.S. Abdurrahman Wahid Abidah El Khalieqy Acep Zamzam Noor Ach. Sulaiman Achdiar Redy Setiawan Adhitia Armitrianto Adhitya Ramadhan Adi Marsiela Adi Prasetyo Afrizal Malna Ags. Arya Dipayana Aguk Irawan MN Agunghima Agus B. Harianto Agus Buchori Agus M. Irkham Agus Noor Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sri Danardana Agus Sulton Agus Wibowo Aguslia Hidayah Ahda Imran Ahmad Fatoni Ahmad Hasan MS Ahmad Ikhwan Susilo Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Khotim Muzakka Ahmad Rafiq Ahmad Sahal Ahmad Syubbanuddin Alwy Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Sekhu Akmal Nasery Basral Alex R. Nainggolan Ali Ibnu Anwar Ali Murtadho Alia Swastika Alunk S Tohank Amanda Stevi Amien Kamil Amien Wangsitalaja Anes Prabu Sadjarwo Anindita S Thayf Aning Ayu Kusuma Anjrah Lelono Broto Anton Kurnia Anton Suparyanto Anugrah Gio Pratama Anung Wendyartaka Aprinus Salam Ardi Bramantyo Arie MP Tamba Arief Junianto Arif Bagus Prasetyo Aris Setiawan Arman AZ Arswendo Atmowiloto Arti Bumi Intaran AS Sumbawi Asarpin Asep Dudinov Ar Asep Sambodja Asvi Warman Adam Awalludin GD Mualif Ayung Notonegoro Bagja Hidayat Balada Bale Aksara Balok Sf Bambang Kariyawan Ys Bambang Kempling Bandung Mawardi Baridul Islam Pr Bayu Agustari Adha Beni Setia Benny Arnas Benny Benke Berita Berita Utama Bernando J. Sujibto Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Boni Dwi Pramudyanto Bonnie Triyana Boy Mihaballo Bre Redana Brunel University London Budi Darma Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Budiman Sudjatmiko Bulqia Mas’ud Bung Tomo Burhanuddin Bella Cak Kandar Catatan Cerbung Cerpen Chairil Anwar Chairul Abshar Chamim Kohari Chandra Johan Chavchay Syaifullah Cover Buku Cucuk Espe D. Dudu AR D. Kemalawati D. Zawawi Imron Dadang Kusnandar Dahono Fitrianto Dahta Gautama Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Danarto Daniel Paranamesa Darju Prasetya Darmanto Jatman David Krisna Alka Deddy Arsya Dedi Muhtadi Dedy Tri Riyadi Deni Andriana Denny JA Denny Mizhar Deny Tri Aryanti Dewi Rina Cahyani Dian Dian Hartati Dian Sukarno Dina Oktaviani Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan Dino Umahuk Djadjat Sudradjat Djoko Pitono Djoko Saryono Dorothea Rosa Herliany Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Pranoto Dwi S. Wibowo Dwi Wiyana Dwicipta E. Syahputra Ebiet G. Ade Eddy Flo Fernando Edi Sembiring Edy Firmansyah Eep Saefulloh Fatah Eka Budianta Eka Fendri Putra Eka Kurniawan Ekky Siwabessy Eko Darmoko Elnisya Mahendra Emha Ainun Nadjib Emil WE Endah Wahyuningsih Endhiq Anang P Erwin Y. Salim Esai Esha Tegar Putra Evan Ys Evi Idawati F Rahardi Fahmi Fahrudin Nasrulloh Faidil Akbar Faisal Kamandobat Faiz Manshur Fajar Kurnianto Fajar Setiawan Roekminto Fakhrunnas MA Jabbar Farid Gaban Fathan Mubarak Fathurrahman Karyadi Fatkhul Anas Fazar Muhardi Febby Fortinella Rusmoyo Felik K. Nesi Festival Sastra Gresik Fikri. MS Fitri Yani Frans Ekodhanto Frans Sartono Franz Kafka Fredric Jameson Friedrich Nietzsche Fuad Anshori Fuska Sani Evani G30S/PKI Gampang Prawoto Ganug Nugroho Adi Geger Riyanto Gerakan Surah Buku (GSB) Gerson Poyk Gibb Gilang Abdul Aziz Ging Ginanjar Gita Pratama Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gugun El-Guyanie Gunoto Saparie Gusti Eka H.B. Jassin Hadi Napster Hadriani Pudjiarti Halim H.D. Hamdy Salad Han Gagas Handoko Adinugroho Happy Ied Mubarak Hardi Hamzah Harfiyah Widiawati Hari Puisi Indonesia (HPI) Hari Santoso Harie Insani Putra Haris del Hakim Haris Priyatna Hary B Kori’un Hasan Junus Hasif Amini Hasnan Bachtiar Hasta Indriyana Helmi Y Haska Helwatin Najwa Hendra Sugiantoro Hendri R.H Hendry CH Bangun Henry Ismono Hepi Andi Bastoni Heri KLM Heri Latief Herie Purwanto Herman Rn Heru CN Heru Joni Putra Hudan Hidayat Hudan Nur I Nyoman Darma Putra I Nyoman Suaka I Nyoman Tingkat I Tito Sianipar Ibnu Wahyudi Icha Rastika Idha Saraswati Ignas Kleden Ignatius Haryanto Ilenk Rembulan Ilham Q Moehiddin Ilham Yusardi Imam Muhtarom Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Rosyid Imron Tohari Indira Permanasari Indra Intisa Indra Tjahyadi Indra Tranggono Irfan Budiman Ismi Wahid Istiqamatunnisak Iwan Komindo Iwan Kurniawan Iwan Nurdaya Djafar Iyut FItra Izzatul Jannah J Anto J.S. Badudu Jafar M. Sidik Jamal D Rahman Jamal T. Suryanata Jamil Massa Janual Aidi Januardi Husin Javed Paul Syatha Jefri al Malay JJ Kusni JJ Rizal Jo Batara Surya Jodhi Yudono Johan Khoirul Zaman Joko Pinurbo Joko Sandur Joni Ariadinata Joss Wibisono Jual Buku Paket Hemat Judyane Koz Jusuf AN Karkono Kasnadi Katrin Bandel Kedai Kopi Sastra Kedung Darma Romansha Ken Rahatmi Khairul Amin Khairul Mufid Jr Khoshshol Fairuz Kirana Kejora Koh Young Hun Komang Ira Puspitaningsih Komunitas Deo Gratias Kostela (Komunitas Sastra Teater Lamongan) Kritik Sastra Kurniawan Kurniawan Junaedhie Lan Fang Lathifa Akmaliyah Latief S. Nugraha Leila S. Chudori Lela Siti Nurlaila Lidia Mayangsari Lie Charlie Liestyo Ambarwati Khohar Liza Wahyuninto Lukas Adi Prasetyo Luky Setyarini Lutfi Mardiansyah M Fadjroel Rachman M. Arman A.Z M. Arwan Hamidi M. Faizi M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S M. Mustafied M. Nahdiansyah Abdi M. Shoim Anwar M. Taufan Musonip M. Yoesoef M.D. Atmaja Mahdi Idris Mahfud Ikhwan Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Mainteater Bandung Maman S. Mahayana Manneke Budiman Mardi Luhung Marhalim Zaini Maria Bo Niok Mario F. Lawi Mark Hanusz Marsudi Fitro Wibowo Martin Aleida Martin Suryajaya Marwanto Maryati Mashuri Matdon Matroni A. el-Moezany Maya Mustika K. Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia Menggugat Tanggung Jawab Kepenyairan Sutardji Calzoum Bachri Mezra E. Pellondou MG. Sungatno Mh Zaelani Tammaka Mihar Harahap Mila Novita Misbahus Surur Muhajir Arrosyid Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Ali Fakih Muhammad Amin Muhammad Antakusuma Muhammad Iqbal Muhammad Muhibbuddin Muhammad Nanda Fauzan Muhammad Rain Muhammad Yasir Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun A.S Mulyadi J. Amalik Munawir Aziz Murparsaulian Musdalifah Fachri Musfi Efrizal Mustafa Ismail Mustofa W. Hasyim N. Syamsuddin CH. Haesy Naskah Teater Nazaruddin Azhar Nelson Alwi Nenden Lilis A Neni Nureani Ni Putu Rastiti Nirwan Dewanto Nita Zakiyah Noor H. Dee Noval Jubbek Novel Nur Faizah Nur Syam Nur Wahida Idris Nurani Soyomukti Nurdin Kalim Nurel Javissyarqi Nurrudien Asyhadie Nurul Anam Nurul Hadi Koclok Nurur Rokhmah Bintari Nuryana Asmaudi Odi Shalahuddin Oei Hiem Hwie Okky Madasari Okta Adetya Olivia Kristina Sinaga Otto Sukatno CR Oyos Saroso HN Pablo Neruda Pamusuk Eneste Pandu Radea Parakitri Parulian Scott L. Tobing PDS H.B. Jassin Pengantar Buku Kritik Sastra Pepih Nugraha Pesan Al Quran untuk Sastrawan Petrik Matanasi Pipiet Senja Pitoyo Boedi Setiawan Ponorogo Pramoedya Ananta Toer Pringadi Abdi Surya Prof Dr Faisal Ismail MA Prosa Puisi PuJa Puji Santosa Pungkit Wijaya PUstaka puJAngga Putri Utami Putu Setia Putu Wijaya R. Toto Sugiharto Radhar Panca Dahana Ragil Supriyatno Samid Rahmat Sudirman Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Ramadhan Batubara Ramadhan Pohan Rameli Agam Ramon Damora Ranang Aji SP Ratih Kumala Ratna Ajeng Tejomukti Ratu Selvi Agnesia Raudal Tanjung Banua Reko Alum Reny Sri Ayu Resensi Revolusi RF. Dhonna Riadi Ngasiran Ribut Wijoto Rinto Andriono Riris K. Toha-Sarumpaet Risang Anom Pujayanto Robin Dos Santos Soares Rodli TL Rofiqi Hasan Rosdiansyah Rukardi S Yoga S. Jai S. Satya Dharma S.I. Poeradisastra S.W. Teofani Sabiq Carebesth Sabpri Piliang Sabrank Suparno Sahaya Santayana Saifur Rohman Sainul Hermawan Sajak Sal Murgiyanto Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Salyaputra Samsudin Adlawi Sandipras Sanggar Pasir Sapardi Djoko Damono Sarabunis Mubarok Saroni Asikin Sartika Dian Nuraini Sastra Sastra Perlawanan Sastri Sunarti Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sejarah Sekolah Literasi Gratis (SLG) Sekolah Literasi Gratis (SLG) STKIP Ponorogo Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Sergi Sutanto Shafwan Hadi Umry Shiny.ane el’poesya Sholihul Huda Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sita Planasari A Siti Irni Nidya Nurfitri Siti Rutmawati Siti Sa’adah Sitok Srengenge Siwi Dwi Saputro Sjifa Amori Sofian Dwi Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sosiawan Leak Sri Wintala Achmad St Sularto Sudarmoko Sulaiman Tripa Sultan Yohana Suminto A. Sayuti Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Sunudyantoro Suroto Surya Lesmana Suryanto Sastroatmodjo Susianna Sutan Takdir Alisjahbana Sutardi Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Suwardi Endraswara Syaiful Amin Syarif Hidayat Santoso Syarifudin Syifa Amori Syifa Aulia Tajuddin Noor Ganie Tantri Pranashinta Tanzil Hernadi Taufik Ikram Jamil Taufiq Wr. Hidayat Teguh Winarsho AS Tengsoe Tjahjono Th. Sumartana Theo Uheng Koban Uer Theresia Purbandini Thowaf Zuharon Tien Rostini Titian Sandhyati Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Tjoet Nyak Dhien Toef Jaeger Toko Buku Murah PUstaka puJAngga Lamongan Tri Wahono Triyanto Triwikromo Tu-ngang Iskandar Tulus Wijanarko Udin Badruddin Udo Z. Karzi Umar Fauzi Umbu Landu Paranggi Umi Laila Sari Umi Lestari Universitas Indonesia Untung Wahyudi Virdika Rizky Utama Vyan Taswirul Afkar W.S. Rendra Wahyu Prasetya Wahyudi Akmaliah Muhammad Wawan Eko Yulianto Wawancara Welly Adi Tirta Widi Wastuti Wiji Thukul Wisnu Kisawa Wiwik Widayaningtias Y. Thendra BP Yona Primadesi Yosephine Maryati Yosi M Giri Yudhis M. Burhanuddin Yulizar Fadli Yurnaldi Yusri Fajar Yuyuk Sugarman Zainal Arifin Thoha Zaki Zubaidi Zamakhsyari Abrar Zawawi Se Zehan Zareez Zulkarnain Zubairi