Anindita S Thayf
Radar Mojokerto, 30/09/2018
Cinta yang berkobar-kobar, penuh nafsu, dan romantis selalu ditujukan kepada perempuan lain. Perempuan nomor dua.
Adalah Simone de Beuvoir dalam karyanya yang telah menjadi klasik, Second Sex, berhasil menangkap gejolak kaum laki-laki dalam lanskap dunia patriakal. Lewat penelusuran jejak pada kesusastraan Yunani dan Romawi, Simone berhasil mengungkap alasan mengapa seorang lelaki beristri masih kerap berburu perempuan lain. Perselingkuhan menjadi semacam petualangan bagi keturunan Adam ini demi merasakan kembali sengatan cinta yang telah menghampa di bawah atapnya sendiri.
Lembaga perkawinan yang bertujuan untuk memenggal hasrat berselingkuh para lelaki, menurut Simone, ternyata lebih sering mandul. Di mata laki-laki yang sudah berkeluarga, perempuan lain lebih menyimpan daya tarik dan hasrat yang bergejolak; sebuah tempat yang mampu membuatnya berpaling. Perselingkuhan pun menjadi senyawa yang tidak bisa dilepaskan dari ia yang masih diganduli pola pikir patriakal. Dalam kondisi seperti ini, bukan si lelaki yang dipersalahkan atas ketidaksetiaannya, melainkan perempuan. Yang dicap sebagai penggoda dan ditempatkan di penjara pengucilan. Sementara itu, si lelaki terselamatkan begitu pulang kembali ke rumah; ke pelukan istri yang selalu siap memaafkan.
Situasi yang ditangkap oleh Simone inilah yang menjadi pokok kisah dalam Gurun Cinta. Novel karya Francois Mauriac, sastrawan peraih nobel sastra 1952, membongkar aib perselingkuhan kelas ningrat Prancis. Kedamaian keluarga dokter Paul Courreges terusik dengan munculnya seorang pasien yang tidak diharapkan: Maria Cross, perempuan simpanan Victor Larousselle, seorang pengusaha kaya di kota kecil, Bordeaux. Selepas kematian anaknya, jiwa Maria yang labil mengharuskannya menjadi pasien tetap dokter Paul. Atas persetujuan si pengusaha, Maria Cross diijinkan menerima kunjungan dokter Paul di rumah persembunyiannya di tepi kota sesuai jadwal tertentu. Serangkaian kunjungan medis yang perlahan tapi pasti berubah menjadi kunjungan rutin yang selalu ditunggu dengan penuh debar oleh dokter Paul. Pesona Maria Cross telah menjeratnya. Pun, anak remaja sang dokter, Raymond, yang bergabung ke dalam permainan cinta itu belakangan.
Jadilah, dua ekor kumbang mengerumuni satu kuntum bunga. Bunga mawar yang tumbuh menjorok hingga ke luar pagar, yang mampu menggoda siapapun yang lewat untuk mengagumi keindahannya, bahkan memunculkan hasrat untuk memetik. Bunga mawar yang dianggap liar. Bunga tanpa pemilik. Seperti yang dipikirkan Raymond ketika menemui Maria Cross, “... disibukkan membayangkan bagaimana memetik dan melahap buahnya. tanpa sedikit pun meragukan bahwa buah itu memang untuknya.”
Sosok Yang Lain
Di mata laki-laki, perempuan selalu menjadi sosok yang berbeda, yang kepadanya laki-laki mencari dan memelajari dirinya sendiri. Sesuatu yang dirindukan sekaligus disangkal. Sosok Yang Lain. Namun demikian, keberadaan perempuan tidak pernah bisa dibuat sejajar dengan laki-laki. Sebagai pemilik kekuatan, laki-laki kerap menempatkan diri sebagai tuan. Mereka menganggap bahwa takdir perempuan adalah menjadi obyek layaknya alam; bisa dimiliki dan dieksploitasi. Adapun sebagai penguasa dunia maskulin, dengan mengatasnamakan perlindungan, mereka memberikan status sosial dan tempat kepada perempuan yang dianggap lemah dalam masyarakat—pun, bisa mencabutnya secara sepihak.
Eksistensi perempuan simpanan juga tidak lepas dari naluri superior para laki-laki. Mereka yang merasa terjebak dalam ikatan perkawinan dengan seorang perempuan dewasa gemuk atau nenek layu—bukan lagi perawan muda nan segar— terdorong untuk kembali “turun lapangan”. Melakukan penaklukan satu-dua kali lagi atas sesuatu yang masih asing dan misterius: Perempuan Lain. Penaklukan yang mampu membuat seorang laki-laki kembali merasa muda, bersemangat, bergairah, dan berkuasa.
Di lain pihak, untuk si anak remaja, Raymond, kehadiran Maria Cross lebih merupakan suatu obyek untuk membuktikan kejantanannya. Cap “perempuan simpanan” yang ditempelkan masyarakat di jidat Maria telah memberikan kekuatan bagi Raymond untuk menunjukkan superioritasnya, meskipun usianya baru menginjak delapan belas tahun.
Sebagai Sosok Yang Lain, laki-laki senantiasa menempatkan perempuan pada posisi margin dunia. Namun, bagi perempuan simpanan, kondisi mereka jauh lebih terpinggirkan dari seorang istri yang mendapatkan status sosialnya melalui perkawinan sah. Karena tidak lagi memiliki keperawanan, status mereka dalam masyarakat dianggap tidak jauh berbeda daripada seorang pelacur. Perempuan penjelmaan iblis yang ditakuti karena noda hitam di belakang namanya. Perempuan tanpa pemilik yang sah. Perempuan liar yang nakal.
Yang Nomor Dua
Sejak Revolusi Perancis, sebenarnya perempuan telah mendapatkan kebebasannya. Namun sayang, hal tersebut belum bisa membuat perempuan bebas memegang kemudi kehidupannya. Kebiasaan bersikap takut dan pasrah masih terus memberati langkah mereka. Sikap khas kelas inferior yang diwariskan turun temurun dalam keluarga; melalui sang ibu yang penurut, ditegaskan oleh sang ayah yang feodal. Sikap warisan yang membuat kondisi kaum perempuan tidak banyak berubah sejak zaman dulu hingga sekarang, meskipun modernisasi telah mewabahi kehidupan masyarakat dunia.
Maria merasa berbeda karena ia tidak hidup layaknya “keluarga bahagia”, sehingga muncul inferioritas sebagai paria. Oleh karenya, agar kebahagian bisa digapai maka laki-laki adalah pembangun masa depan. Penyingkap jalan menuju mimpi dan harapan hari esok. Hal inilah yang membuat sebagian perempuan tersebut mau melakukan penyerahan total kepada mereka dengan sukarela. Berusaha keras menyembunyikan kelemahan dan proses pembusukan yang mengancamnya demi menjadi mangsa incaran para lelaki. Pun, rela dinikahi secara siri atau dijadikan simpanan demi menaikkan prestise, mendapat kesenangan hidup atau status terhormat. Perempuan-perempuan ini merasa tidak perlu menjadi subyek, sebaliknya cukup puas sebagai obyek. Padahal, sebagai seorang manusia yang memiliki kehendak, perempuan tidak akan dapat ditaklukkan kecuali atas kemauannya sendiri. Dan, untuk itu, laki-laki akan selalu berusaha memenangkannya. Kenyataan inilah yang membuat novel besutan Francois Mauriac ini penting dibaca untuk kemudian dijadikan cermin jernih agar dapat melihat kondisi saat ini.
Gurun Cinta yang terbit pertama kali pada tahun 1925 dengan judul asli Le Desert de l’amous menggemakan persoalan feminisme bukan semata masalah kesetaraan gender, melainkan menguliti persoalan yang lebih pokok, yaitu kapitalisme yang terus menerus mempertahankan patriaki. Rupanya, pola pikir patriaki tetap menguntungkan bagi kapitalisme untuk melanjutkan ekploitasi ekonomi dan memperkokoh ideologi mereka. Oleh karena itu, walaupun menggaungkan ide-ide tentang feminisme, tetapi kapitalisme tetap menjaga agar perempuan tetap nyaman dalam cangkang dunia laki-laki, tetap inferior.
Maria Cross tidak sendirian dan tidak hanya terjadi pada masa lalu. Kini Maria-Maria yang lain bertebaran di mana-mana. Pada kenyataannya situasi belum banyak berubah.
*) Novelis dan esais
https://www.facebook.com/anindita.thayf/posts/10205333675179588
Wahyaning wahyu tumelung, tulus tan kena tinegor (wirid hidayat jati, R.Ng. Ronggowarsito)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Label
A Rodhi Murtadho
A. Aziz Masyhuri
A. Qorib Hidayatullah
A. Zakky Zulhazmi
A.J. Susmana
A.S. Laksana
Aa Maulana
Abdi Purnomo
Abdul Azis Sukarno
Abdul Aziz Rasjid
Abdul Hadi W.M.
Abdul Kadir Ibrahim
Abdul Lathief
Abdul Wachid B.S.
Abdurrahman Wahid
Abidah El Khalieqy
Acep Zamzam Noor
Ach. Sulaiman
Achdiar Redy Setiawan
Adhitia Armitrianto
Adhitya Ramadhan
Adi Marsiela
Adi Prasetyo
Afrizal Malna
Ags. Arya Dipayana
Aguk Irawan MN
Agunghima
Agus B. Harianto
Agus Buchori
Agus M. Irkham
Agus Noor
Agus R. Sarjono
Agus R. Subagyo
Agus Sri Danardana
Agus Sulton
Agus Wibowo
Aguslia Hidayah
Ahda Imran
Ahmad Fatoni
Ahmad Hasan MS
Ahmad Ikhwan Susilo
Ahmad Kekal Hamdani
Ahmad Khotim Muzakka
Ahmad Rafiq
Ahmad Sahal
Ahmad Syubbanuddin Alwy
Ahmad Yulden Erwin
Ahmad Zaini
Ahmadun Yosi Herfanda
Ajip Rosidi
Akhiriyati Sundari
Akhmad Sekhu
Akmal Nasery Basral
Alex R. Nainggolan
Ali Ibnu Anwar
Ali Murtadho
Alia Swastika
Alunk S Tohank
Amanda Stevi
Amien Kamil
Amien Wangsitalaja
Anes Prabu Sadjarwo
Anindita S Thayf
Aning Ayu Kusuma
Anjrah Lelono Broto
Anton Kurnia
Anton Suparyanto
Anugrah Gio Pratama
Anung Wendyartaka
Aprinus Salam
Ardi Bramantyo
Arie MP Tamba
Arief Junianto
Arif Bagus Prasetyo
Aris Setiawan
Arman AZ
Arswendo Atmowiloto
Arti Bumi Intaran
AS Sumbawi
Asarpin
Asep Dudinov Ar
Asep Sambodja
Asvi Warman Adam
Awalludin GD Mualif
Ayung Notonegoro
Bagja Hidayat
Balada
Bale Aksara
Balok Sf
Bambang Kariyawan Ys
Bambang Kempling
Bandung Mawardi
Baridul Islam Pr
Bayu Agustari Adha
Beni Setia
Benny Arnas
Benny Benke
Berita
Berita Utama
Bernando J. Sujibto
Berthold Damshauser
Binhad Nurrohmat
Boni Dwi Pramudyanto
Bonnie Triyana
Boy Mihaballo
Bre Redana
Brunel University London
Budi Darma
Budi Hutasuhut
Budi P. Hatees
Budiman Sudjatmiko
Bulqia Mas’ud
Bung Tomo
Burhanuddin Bella
Cak Kandar
Catatan
Cerbung
Cerpen
Chairil Anwar
Chairul Abshar
Chamim Kohari
Chandra Johan
Chavchay Syaifullah
Cover Buku
Cucuk Espe
D. Dudu AR
D. Kemalawati
D. Zawawi Imron
Dadang Kusnandar
Dahono Fitrianto
Dahta Gautama
Damhuri Muhammad
Dami N. Toda
Damiri Mahmud
Danarto
Daniel Paranamesa
Darju Prasetya
Darmanto Jatman
David Krisna Alka
Deddy Arsya
Dedi Muhtadi
Dedy Tri Riyadi
Deni Andriana
Denny JA
Denny Mizhar
Deny Tri Aryanti
Dewi Rina Cahyani
Dian
Dian Hartati
Dian Sukarno
Dina Oktaviani
Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan
Dino Umahuk
Djadjat Sudradjat
Djoko Pitono
Djoko Saryono
Dorothea Rosa Herliany
Dwi Cipta
Dwi Fitria
Dwi Pranoto
Dwi S. Wibowo
Dwi Wiyana
Dwicipta
E. Syahputra
Ebiet G. Ade
Eddy Flo Fernando
Edi Sembiring
Edy Firmansyah
Eep Saefulloh Fatah
Eka Budianta
Eka Fendri Putra
Eka Kurniawan
Ekky Siwabessy
Eko Darmoko
Elnisya Mahendra
Emha Ainun Nadjib
Emil WE
Endah Wahyuningsih
Endhiq Anang P
Erwin Y. Salim
Esai
Esha Tegar Putra
Evan Ys
Evi Idawati
F Rahardi
Fahmi
Fahrudin Nasrulloh
Faidil Akbar
Faisal Kamandobat
Faiz Manshur
Fajar Kurnianto
Fajar Setiawan Roekminto
Fakhrunnas MA Jabbar
Farid Gaban
Fathan Mubarak
Fathurrahman Karyadi
Fatkhul Anas
Fazar Muhardi
Febby Fortinella Rusmoyo
Felik K. Nesi
Festival Sastra Gresik
Fikri. MS
Fitri Yani
Frans Ekodhanto
Frans Sartono
Franz Kafka
Fredric Jameson
Friedrich Nietzsche
Fuad Anshori
Fuska Sani Evani
G30S/PKI
Gampang Prawoto
Ganug Nugroho Adi
Geger Riyanto
Gerakan Surah Buku (GSB)
Gerson Poyk
Gibb
Gilang Abdul Aziz
Ging Ginanjar
Gita Pratama
Goenawan Mohamad
Grathia Pitaloka
Gugun El-Guyanie
Gunoto Saparie
Gusti Eka
H.B. Jassin
Hadi Napster
Hadriani Pudjiarti
Halim H.D.
Hamdy Salad
Han Gagas
Handoko Adinugroho
Happy Ied Mubarak
Hardi Hamzah
Harfiyah Widiawati
Hari Puisi Indonesia (HPI)
Hari Santoso
Harie Insani Putra
Haris del Hakim
Haris Priyatna
Hary B Kori’un
Hasan Junus
Hasif Amini
Hasnan Bachtiar
Hasta Indriyana
Helmi Y Haska
Helwatin Najwa
Hendra Sugiantoro
Hendri R.H
Hendry CH Bangun
Henry Ismono
Hepi Andi Bastoni
Heri KLM
Heri Latief
Herie Purwanto
Herman Rn
Heru CN
Heru Joni Putra
Hudan Hidayat
Hudan Nur
I Nyoman Darma Putra
I Nyoman Suaka
I Nyoman Tingkat
I Tito Sianipar
Ibnu Wahyudi
Icha Rastika
Idha Saraswati
Ignas Kleden
Ignatius Haryanto
Ilenk Rembulan
Ilham Q Moehiddin
Ilham Yusardi
Imam Muhtarom
Imamuddin SA
Iman Budhi Santosa
Imron Rosyid
Imron Tohari
Indira Permanasari
Indra Intisa
Indra Tjahyadi
Indra Tranggono
Irfan Budiman
Ismi Wahid
Istiqamatunnisak
Iwan Komindo
Iwan Kurniawan
Iwan Nurdaya Djafar
Iyut FItra
Izzatul Jannah
J Anto
J.S. Badudu
Jafar M. Sidik
Jamal D Rahman
Jamal T. Suryanata
Jamil Massa
Janual Aidi
Januardi Husin
Javed Paul Syatha
Jefri al Malay
JJ Kusni
JJ Rizal
Jo Batara Surya
Jodhi Yudono
Johan Khoirul Zaman
Joko Pinurbo
Joko Sandur
Joni Ariadinata
Joss Wibisono
Jual Buku Paket Hemat
Judyane Koz
Jusuf AN
Karkono
Kasnadi
Katrin Bandel
Kedai Kopi Sastra
Kedung Darma Romansha
Ken Rahatmi
Khairul Amin
Khairul Mufid Jr
Khoshshol Fairuz
Kirana Kejora
Koh Young Hun
Komang Ira Puspitaningsih
Komunitas Deo Gratias
Kostela (Komunitas Sastra Teater Lamongan)
Kritik Sastra
Kurniawan
Kurniawan Junaedhie
Lan Fang
Lathifa Akmaliyah
Latief S. Nugraha
Leila S. Chudori
Lela Siti Nurlaila
Lidia Mayangsari
Lie Charlie
Liestyo Ambarwati Khohar
Liza Wahyuninto
Lukas Adi Prasetyo
Luky Setyarini
Lutfi Mardiansyah
M Fadjroel Rachman
M. Arman A.Z
M. Arwan Hamidi
M. Faizi
M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S
M. Mustafied
M. Nahdiansyah Abdi
M. Shoim Anwar
M. Taufan Musonip
M. Yoesoef
M.D. Atmaja
Mahdi Idris
Mahfud Ikhwan
Mahmud Jauhari Ali
Mahwi Air Tawar
Mainteater Bandung
Maman S. Mahayana
Manneke Budiman
Mardi Luhung
Marhalim Zaini
Maria Bo Niok
Mario F. Lawi
Mark Hanusz
Marsudi Fitro Wibowo
Martin Aleida
Martin Suryajaya
Marwanto
Maryati
Mashuri
Matdon
Matroni A. el-Moezany
Maya Mustika K.
Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia
Menggugat Tanggung Jawab Kepenyairan Sutardji Calzoum Bachri
Mezra E. Pellondou
MG. Sungatno
Mh Zaelani Tammaka
Mihar Harahap
Mila Novita
Misbahus Surur
Muhajir Arrosyid
Muhammad Al-Fayyadl
Muhammad Ali Fakih
Muhammad Amin
Muhammad Antakusuma
Muhammad Iqbal
Muhammad Muhibbuddin
Muhammad Nanda Fauzan
Muhammad Rain
Muhammad Yasir
Muhammad Zuriat Fadil
Muhammadun A.S
Mulyadi J. Amalik
Munawir Aziz
Murparsaulian
Musdalifah Fachri
Musfi Efrizal
Mustafa Ismail
Mustofa W. Hasyim
N. Syamsuddin CH. Haesy
Naskah Teater
Nazaruddin Azhar
Nelson Alwi
Nenden Lilis A
Neni Nureani
Ni Putu Rastiti
Nirwan Dewanto
Nita Zakiyah
Noor H. Dee
Noval Jubbek
Novel
Nur Faizah
Nur Syam
Nur Wahida Idris
Nurani Soyomukti
Nurdin Kalim
Nurel Javissyarqi
Nurrudien Asyhadie
Nurul Anam
Nurul Hadi Koclok
Nurur Rokhmah Bintari
Nuryana Asmaudi
Odi Shalahuddin
Oei Hiem Hwie
Okky Madasari
Okta Adetya
Olivia Kristina Sinaga
Otto Sukatno CR
Oyos Saroso HN
Pablo Neruda
Pamusuk Eneste
Pandu Radea
Parakitri
Parulian Scott L. Tobing
PDS H.B. Jassin
Pengantar Buku Kritik Sastra
Pepih Nugraha
Pesan Al Quran untuk Sastrawan
Petrik Matanasi
Pipiet Senja
Pitoyo Boedi Setiawan
Ponorogo
Pramoedya Ananta Toer
Pringadi Abdi Surya
Prof Dr Faisal Ismail MA
Prosa
Puisi
PuJa
Puji Santosa
Pungkit Wijaya
PUstaka puJAngga
Putri Utami
Putu Setia
Putu Wijaya
R. Toto Sugiharto
Radhar Panca Dahana
Ragil Supriyatno Samid
Rahmat Sudirman
Rakai Lukman
Rakhmat Giryadi
Ramadhan Batubara
Ramadhan Pohan
Rameli Agam
Ramon Damora
Ranang Aji SP
Ratih Kumala
Ratna Ajeng Tejomukti
Ratu Selvi Agnesia
Raudal Tanjung Banua
Reko Alum
Reny Sri Ayu
Resensi
Revolusi
RF. Dhonna
Riadi Ngasiran
Ribut Wijoto
Rinto Andriono
Riris K. Toha-Sarumpaet
Risang Anom Pujayanto
Robin Dos Santos Soares
Rodli TL
Rofiqi Hasan
Rosdiansyah
Rukardi
S Yoga
S. Jai
S. Satya Dharma
S.I. Poeradisastra
S.W. Teofani
Sabiq Carebesth
Sabpri Piliang
Sabrank Suparno
Sahaya Santayana
Saifur Rohman
Sainul Hermawan
Sajak
Sal Murgiyanto
Salamet Wahedi
Salman Rusydie Anwar
Salyaputra
Samsudin Adlawi
Sandipras
Sanggar Pasir
Sapardi Djoko Damono
Sarabunis Mubarok
Saroni Asikin
Sartika Dian Nuraini
Sastra
Sastra Perlawanan
Sastri Sunarti
Satmoko Budi Santoso
Saut Situmorang
Sejarah
Sekolah Literasi Gratis (SLG)
Sekolah Literasi Gratis (SLG) STKIP Ponorogo
Seno Gumira Ajidarma
Seno Joko Suyono
Sergi Sutanto
Shafwan Hadi Umry
Shiny.ane el’poesya
Sholihul Huda
Sigit Susanto
Sihar Ramses Simatupang
Sita Planasari A
Siti Irni Nidya Nurfitri
Siti Rutmawati
Siti Sa’adah
Sitok Srengenge
Siwi Dwi Saputro
Sjifa Amori
Sofian Dwi
Sofyan RH. Zaid
Soni Farid Maulana
Sony Prasetyotomo
Sosiawan Leak
Sri Wintala Achmad
St Sularto
Sudarmoko
Sulaiman Tripa
Sultan Yohana
Suminto A. Sayuti
Sunaryono Basuki Ks
Sungatno
Sunlie Thomas Alexander
Sunu Wasono
Sunudyantoro
Suroto
Surya Lesmana
Suryanto Sastroatmodjo
Susianna
Sutan Takdir Alisjahbana
Sutardi
Sutardji Calzoum Bachri
Sutejo
Suwardi Endraswara
Syaiful Amin
Syarif Hidayat Santoso
Syarifudin
Syifa Amori
Syifa Aulia
Tajuddin Noor Ganie
Tantri Pranashinta
Tanzil Hernadi
Taufik Ikram Jamil
Taufiq Wr. Hidayat
Teguh Winarsho AS
Tengsoe Tjahjono
Th. Sumartana
Theo Uheng Koban Uer
Theresia Purbandini
Thowaf Zuharon
Tien Rostini
Titian Sandhyati
Tjahjono Widarmanto
Tjahjono Widijanto
Tjoet Nyak Dhien
Toef Jaeger
Toko Buku Murah PUstaka puJAngga Lamongan
Tri Wahono
Triyanto Triwikromo
Tu-ngang Iskandar
Tulus Wijanarko
Udin Badruddin
Udo Z. Karzi
Umar Fauzi
Umbu Landu Paranggi
Umi Laila Sari
Umi Lestari
Universitas Indonesia
Untung Wahyudi
Virdika Rizky Utama
Vyan Taswirul Afkar
W.S. Rendra
Wahyu Prasetya
Wahyudi Akmaliah Muhammad
Wawan Eko Yulianto
Wawancara
Welly Adi Tirta
Widi Wastuti
Wiji Thukul
Wisnu Kisawa
Wiwik Widayaningtias
Y. Thendra BP
Yona Primadesi
Yosephine Maryati
Yosi M Giri
Yudhis M. Burhanuddin
Yulizar Fadli
Yurnaldi
Yusri Fajar
Yuyuk Sugarman
Zainal Arifin Thoha
Zaki Zubaidi
Zamakhsyari Abrar
Zawawi Se
Zehan Zareez
Zulkarnain Zubairi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar