http://www.korantempo.com/
LORONG
Aku hadir ketika minyak tanah digelapkan dari neraca warung. Orang-orang dipaksa menggendong tabung gas. Dan si tuan mengawini perempuan dari gurun. Dengan mahar: bintang munting, kuburan para jagal dan sebuah mesin pengintai yang kerap memasuki kamar-kamar yang ada. Yang saling sengkarut. Mesin pengintai yang akan mengajari aku agar berkilah semacam ini: "Karena harapan tak jelas, aku mau jadi dukun saja. Jadi dukun yang punya mata menerawang," Dan sebagai dukun, aku nanti akan punya nomer panggil sendiri. Siapa yang memanggilnya, tentu aku akan membantunya. Menandakan setiap kerusuhan yang akan menimpanya. Menyimakkan setiap nasib-kasip yang mengancamnya. Seperti pengabaran dengan janji-janjinya. Dan juga seperti para comblang yang selalu mengantarkan pengabaran janji-janji itu. Pengabaran yang sureal. Pengabaran yang membuat orang-orang yang ada akan melambaikan tangannya padaku. Sambil merona kelam. Atau sambil menghisapi tabung gas yang digendongnya tadi. Dan akh, lihat, lihatlah, tabung gas itu pun meledak. Meledakkan setiap yang melekatinya. Jadi apa orang-orang itu kini? Barangkali jadi seonggok daging yang tercacah. Ditanam di dalam pot. Lalu dikipasi. Dan tumbuhlah seratus atau lebih makhluk yang gentayangan.
Makhluk yang punya indra yang ganjil dan takabur. Yang setiap saat akan memasuki aortaku dan berlayaran di sana. Seperti pengembara lautan yang menantangi setiap yang tiba. Dengan kilat, petir atau api yang diseret-seret. Api yang begitu mencagak di sebelah mercusuar yang telah lama padam. Dan ketika ulang tahunku tiba (ulang tahun keempat-puluh), ternyata memang tak ada lagi yang dapat aku genggam. Sebab, setiap saat dan setiap waktu, aku hanya mengambang di lelangitan. Dan setiap itu pula, si tuan yang mengawini perempuan dari gurun tadi pun mendatangi aku. Perutnya tampak memelar. Kepalanya menebal. Menebal dengan silangan-silangan yang ruwet. Sedangkan, dua bola matanya yang melepuh itu pun dipertontonkannya pelan-pelan. Dengusnya: "Pergilah ke kedalaman dua bola mataku ini. Dan carilah sebuah lorong yang berduri di dalamnya. Sebab, di lorong itulah kau akan menemukan jawaban: mengapa kini semua mesti merangkak di kegelapan. Dan mengapa pula di dalam aortamu, ada pengembara lautan yang pikirannya begitu tak lagi bisa diobati!"
(Gresik, 2008)
SANGKURIANG
Karena aku tak percaya dia adalah ibuku, maka aku tetap jatuh cinta padanya. Lalu ingin memburunya. Memikatnya. Dan mengajaknya ke pantai. Melihat rembulan. Yang jika malam tiba selalu turun dan mencuci kulitnya di lengkung ombak. Dan gunung yang ada di belakang sana seperti menggeliat. Kata kabar, gunung itu dulunya adalah kucing yang dikutuk. Kucing dengan bulu yang meremang. Kucing yang pernah menjadi milik siapa saja, yang percaya, jika isi hatinya dapat dibuka-ditutup. Atau sesekali diiris kecil. Dalam bentuk terukur atau sembarangan. Seperti potongan dendeng kering. Dengan aroma anyir yang wangi. Aroma yang selalu meruap saat pulau yang tenggelam itu menghilang. Dan yang mati menjelma sinar. Sedang yang selamat, melambaikan harapannya dari atas bahtera. Di sebelah si orang suci yang bergumam: "Mengapa ada cinta terlarang yang begitu berani. Dan mengapa pula justru dari keturunan kalian yang merasainya? Ya, mengapa?"
"Tapi, ahai, apa jatuh cintaku ini salah?" Akh, karena aku tetap tak percaya dia adalah ibuku, maka aku tetap saja jatuh cinta padanya. Dan tetap ingin memburunya. Meski tak pernah sampai. Meski dari matanya, air mata terus berjatuhan. Air mata yang memercik ke setiap batu. Sampai batu itu berlubang. Lubang yang mengingatkan aku pada perut para serdadu yang kalah. Yang pulang dari medan perang dengan anggota tubuh yang berkurang. Anggota tubuh yang nanti akan berderak. Seperti deraknya batang-batang bambu yang runcing. Yang tepat di ujungnya, ada gandulan yang bertuliskan namaku. Dan ada pula, kiasan-kiasan yang memedihkan. Yang akan membuat aku menjelma seperti kucing itu. Untuk kemudian, segera dikutuk juga, jadi gunung yang lain di pulau yang lain. Pulau yang selalu berjalan di dalam tidur-tidurmu yang tak jenak. Dengarkan: mengapa si orang suci itu terus saja tak bosan bergumam?
(Gresik, 2008)
BAGAIMANA AKU BISA TAK PERCAYA
Kadangkala aku memang tak percaya pada hal yang musykil. Tapi, untuk saat ini, bagaimana aku bisa tak percaya. Ketika, tiba-tiba sepedaku berulah. Tak mau diajak jalan. Tak mau didorong. Apalagi dikayuh dan dikebut dengan kebat. Dan seperti seekor kuda yang berulah, sepedaku pun berulah dengan seenaknya. Lari sendiri ke bukit. Turun ke sungai. Dan sesekali menggaruk-garukkan tubuh-besinya ke pepohonan. Menabraki pepagaran yang menghadang. "Kembali, kembali, kembalilah kau sepedaku!" teriakku berulang sambil mengejarnya. Tapi sepedaku seperti tak mau peduli. Terus saja berlari. Dan terus saja menghindari kejaranku. Rasanya ada arah yang dituju. Dan lenyap.
Dan malamnya (setelah gagal mengejar), aku tertidur dengan gelisah. Di dalam tidur itu, aku melihat sepedaku berlompatan, dari satu genting ke genting yang lain. Lompatan yang indah. Yang mengingatkan lompatan bianglala. Ternyata, dari balkon gedung sebelah timur, ada sepeda lain yang tak berkedip melihatnya. Sepeda lain itu berwarna merah muda. Dengan garis putih terang. Dan setiap sepedaku melompat, sepeda lain itu menyalakan lampunya. Apa mereka berdua sedang bercinta? Dan apa benar sepedaku bisa bercinta? Sedang, jauh di langit sana, bulan pun sudah tak lagi bundar. Tapi, sedikit berubah. Seperti sekepal jantung yang segar. Jantung yang menggemaskan.
Lalu, paginya, ternyata sepedaku masih ada di tempatnya. Tetap bersandar di tembok. Bersebelahan dengan kulkas. Aku tak tahu, apa yang mesti aku lakukan. Menyentuhnya. Atau tetap melihatnya. Seperti melihatnya orang-orang padaku. Ketika aku menghitung, berapa jumlah kerikil yang ada di celana dalamku. Dan berapa pula, jumlah kelinci yang telah aku masukkan ke otakku. Kelinci yang mungil seperti bunga mungil: "Bagaimana aku bisa tak percaya pada hal yang musykil?"
(Gresik, 2008)
BELAJAR BERSEPEDA
Aku belajar bersepeda. Belajar di lembah. Dekat rumput, bunga dan kupu-kupu. Kupu-kupu yang jika malam tiba, selalu melepaskan rama-ramanya. Dan pulang telanjang ke dalam kerimbunan yang jauh ada di kenangan. Kenangan tentang sepasang kekasih yang selalu berjanji di pintu belakang. Aku tahu, aku harus menaiki sadelnya. Menyiapkan kaki di pedalnya. Lalu hup! Sepeda pun akan meluncur. Menembusi jarak dan angan. Dan saat itu, aku merasakan kenikmatan untuk pertama kali. Seperti kenikmatan pesakitan yang luput dari bidikan. Kenikmatan yang begitu terbuka. Seperti ingin merengkuhi keleluasaan.
"Ayo, terus, terus, terus!" Ada suara yang memantul dari pepohonan. Suara yang akrab. Tapi telah begitu lama aku lupa. Dan seperti rambatan, suara itu pun merambat ke mana disuka. Lalu jatuh pada sebuah tempat. Pada sebuah bekas. Yang kata hikayat: "Di sini dulu si penemu sepeda dihukum. Karena disangka bekerja dengan dukun!" Dan sampai pada sebuah belokan, sepeda pun tak terkendali. Terperosok di pusat lubang. Aku melayang dengan pelan. Jatuh dengan pelan juga. Dan aku melihat sebilah pedang terhunus. Kenapa mesti diarahkan ke leherku? Akh, apakah begini, ketika leher yang mesti menegak, dipaksa mesti tak berjejak?"
Tiga bidadari pun turun ke dekatku. Tiga bidadari yang warna-warni. Tiga bidadari yang seperti serupa. Dan seperti menempelkan getah mur ke keningku: "Kekasih, mengapa selalu saja kau ingat, ketika kau mesti menegak, ketika kau mesti menjejak?" Dan aku merasa, ada tangan gaib yang mengangkatku tinggi. Tinggi sekali. Jauh melampaui lembah. Jauh rumput, bunga dan kupu-kupu. Ya, di ketinggian itu, sepedalah yang justru belajar tentang aku. Menaiki aku.
Dan dunia kami, terbalik sepenuhnya bagimu....
(Gresik, 2008)
Wahyaning wahyu tumelung, tulus tan kena tinegor (wirid hidayat jati, R.Ng. Ronggowarsito)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Label
A Rodhi Murtadho
A. Aziz Masyhuri
A. Qorib Hidayatullah
A. Zakky Zulhazmi
A.J. Susmana
A.S. Laksana
Aa Maulana
Abdi Purnomo
Abdul Azis Sukarno
Abdul Aziz Rasjid
Abdul Hadi W.M.
Abdul Kadir Ibrahim
Abdul Lathief
Abdul Wachid B.S.
Abdurrahman Wahid
Abidah El Khalieqy
Acep Zamzam Noor
Ach. Sulaiman
Achdiar Redy Setiawan
Adhitia Armitrianto
Adhitya Ramadhan
Adi Marsiela
Adi Prasetyo
Afrizal Malna
Ags. Arya Dipayana
Aguk Irawan MN
Agunghima
Agus B. Harianto
Agus Buchori
Agus M. Irkham
Agus Noor
Agus R. Sarjono
Agus R. Subagyo
Agus Sri Danardana
Agus Sulton
Agus Wibowo
Aguslia Hidayah
Ahda Imran
Ahmad Fatoni
Ahmad Hasan MS
Ahmad Ikhwan Susilo
Ahmad Kekal Hamdani
Ahmad Khotim Muzakka
Ahmad Rafiq
Ahmad Sahal
Ahmad Syubbanuddin Alwy
Ahmad Yulden Erwin
Ahmad Zaini
Ahmadun Yosi Herfanda
Ajip Rosidi
Akhiriyati Sundari
Akhmad Sekhu
Akmal Nasery Basral
Alex R. Nainggolan
Ali Ibnu Anwar
Ali Murtadho
Alia Swastika
Alunk S Tohank
Amanda Stevi
Amien Kamil
Amien Wangsitalaja
Anes Prabu Sadjarwo
Anindita S Thayf
Aning Ayu Kusuma
Anjrah Lelono Broto
Anton Kurnia
Anton Suparyanto
Anugrah Gio Pratama
Anung Wendyartaka
Aprinus Salam
Ardi Bramantyo
Arie MP Tamba
Arief Junianto
Arif Bagus Prasetyo
Aris Setiawan
Arman AZ
Arswendo Atmowiloto
Arti Bumi Intaran
AS Sumbawi
Asarpin
Asep Dudinov Ar
Asep Sambodja
Asvi Warman Adam
Awalludin GD Mualif
Ayung Notonegoro
Bagja Hidayat
Balada
Bale Aksara
Balok Sf
Bambang Kariyawan Ys
Bambang Kempling
Bandung Mawardi
Baridul Islam Pr
Bayu Agustari Adha
Beni Setia
Benny Arnas
Benny Benke
Berita
Berita Utama
Bernando J. Sujibto
Berthold Damshauser
Binhad Nurrohmat
Boni Dwi Pramudyanto
Bonnie Triyana
Boy Mihaballo
Bre Redana
Brunel University London
Budi Darma
Budi Hutasuhut
Budi P. Hatees
Budiman Sudjatmiko
Bulqia Mas’ud
Bung Tomo
Burhanuddin Bella
Cak Kandar
Catatan
Cerbung
Cerpen
Chairil Anwar
Chairul Abshar
Chamim Kohari
Chandra Johan
Chavchay Syaifullah
Cover Buku
Cucuk Espe
D. Dudu AR
D. Kemalawati
D. Zawawi Imron
Dadang Kusnandar
Dahono Fitrianto
Dahta Gautama
Damhuri Muhammad
Dami N. Toda
Damiri Mahmud
Danarto
Daniel Paranamesa
Darju Prasetya
Darmanto Jatman
David Krisna Alka
Deddy Arsya
Dedi Muhtadi
Dedy Tri Riyadi
Deni Andriana
Denny JA
Denny Mizhar
Deny Tri Aryanti
Dewi Rina Cahyani
Dian
Dian Hartati
Dian Sukarno
Dina Oktaviani
Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan
Dino Umahuk
Djadjat Sudradjat
Djoko Pitono
Djoko Saryono
Dorothea Rosa Herliany
Dwi Cipta
Dwi Fitria
Dwi Pranoto
Dwi S. Wibowo
Dwi Wiyana
Dwicipta
E. Syahputra
Ebiet G. Ade
Eddy Flo Fernando
Edi Sembiring
Edy Firmansyah
Eep Saefulloh Fatah
Eka Budianta
Eka Fendri Putra
Eka Kurniawan
Ekky Siwabessy
Eko Darmoko
Elnisya Mahendra
Emha Ainun Nadjib
Emil WE
Endah Wahyuningsih
Endhiq Anang P
Erwin Y. Salim
Esai
Esha Tegar Putra
Evan Ys
Evi Idawati
F Rahardi
Fahmi
Fahrudin Nasrulloh
Faidil Akbar
Faisal Kamandobat
Faiz Manshur
Fajar Kurnianto
Fajar Setiawan Roekminto
Fakhrunnas MA Jabbar
Farid Gaban
Fathan Mubarak
Fathurrahman Karyadi
Fatkhul Anas
Fazar Muhardi
Febby Fortinella Rusmoyo
Felik K. Nesi
Festival Sastra Gresik
Fikri. MS
Fitri Yani
Frans Ekodhanto
Frans Sartono
Franz Kafka
Fredric Jameson
Friedrich Nietzsche
Fuad Anshori
Fuska Sani Evani
G30S/PKI
Gampang Prawoto
Ganug Nugroho Adi
Geger Riyanto
Gerakan Surah Buku (GSB)
Gerson Poyk
Gibb
Gilang Abdul Aziz
Ging Ginanjar
Gita Pratama
Goenawan Mohamad
Grathia Pitaloka
Gugun El-Guyanie
Gunoto Saparie
Gusti Eka
H.B. Jassin
Hadi Napster
Hadriani Pudjiarti
Halim H.D.
Hamdy Salad
Han Gagas
Handoko Adinugroho
Happy Ied Mubarak
Hardi Hamzah
Harfiyah Widiawati
Hari Puisi Indonesia (HPI)
Hari Santoso
Harie Insani Putra
Haris del Hakim
Haris Priyatna
Hary B Kori’un
Hasan Junus
Hasif Amini
Hasnan Bachtiar
Hasta Indriyana
Helmi Y Haska
Helwatin Najwa
Hendra Sugiantoro
Hendri R.H
Hendry CH Bangun
Henry Ismono
Hepi Andi Bastoni
Heri KLM
Heri Latief
Herie Purwanto
Herman Rn
Heru CN
Heru Joni Putra
Hudan Hidayat
Hudan Nur
I Nyoman Darma Putra
I Nyoman Suaka
I Nyoman Tingkat
I Tito Sianipar
Ibnu Wahyudi
Icha Rastika
Idha Saraswati
Ignas Kleden
Ignatius Haryanto
Ilenk Rembulan
Ilham Q Moehiddin
Ilham Yusardi
Imam Muhtarom
Imamuddin SA
Iman Budhi Santosa
Imron Rosyid
Imron Tohari
Indira Permanasari
Indra Intisa
Indra Tjahyadi
Indra Tranggono
Irfan Budiman
Ismi Wahid
Istiqamatunnisak
Iwan Komindo
Iwan Kurniawan
Iwan Nurdaya Djafar
Iyut FItra
Izzatul Jannah
J Anto
J.S. Badudu
Jafar M. Sidik
Jamal D Rahman
Jamal T. Suryanata
Jamil Massa
Janual Aidi
Januardi Husin
Javed Paul Syatha
Jefri al Malay
JJ Kusni
JJ Rizal
Jo Batara Surya
Jodhi Yudono
Johan Khoirul Zaman
Joko Pinurbo
Joko Sandur
Joni Ariadinata
Joss Wibisono
Jual Buku Paket Hemat
Judyane Koz
Jusuf AN
Karkono
Kasnadi
Katrin Bandel
Kedai Kopi Sastra
Kedung Darma Romansha
Ken Rahatmi
Khairul Amin
Khairul Mufid Jr
Khoshshol Fairuz
Kirana Kejora
Koh Young Hun
Komang Ira Puspitaningsih
Komunitas Deo Gratias
Kostela (Komunitas Sastra Teater Lamongan)
Kritik Sastra
Kurniawan
Kurniawan Junaedhie
Lan Fang
Lathifa Akmaliyah
Latief S. Nugraha
Leila S. Chudori
Lela Siti Nurlaila
Lidia Mayangsari
Lie Charlie
Liestyo Ambarwati Khohar
Liza Wahyuninto
Lukas Adi Prasetyo
Luky Setyarini
Lutfi Mardiansyah
M Fadjroel Rachman
M. Arman A.Z
M. Arwan Hamidi
M. Faizi
M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S
M. Mustafied
M. Nahdiansyah Abdi
M. Shoim Anwar
M. Taufan Musonip
M. Yoesoef
M.D. Atmaja
Mahdi Idris
Mahfud Ikhwan
Mahmud Jauhari Ali
Mahwi Air Tawar
Mainteater Bandung
Maman S. Mahayana
Manneke Budiman
Mardi Luhung
Marhalim Zaini
Maria Bo Niok
Mario F. Lawi
Mark Hanusz
Marsudi Fitro Wibowo
Martin Aleida
Martin Suryajaya
Marwanto
Maryati
Mashuri
Matdon
Matroni A. el-Moezany
Maya Mustika K.
Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia
Menggugat Tanggung Jawab Kepenyairan Sutardji Calzoum Bachri
Mezra E. Pellondou
MG. Sungatno
Mh Zaelani Tammaka
Mihar Harahap
Mila Novita
Misbahus Surur
Muhajir Arrosyid
Muhammad Al-Fayyadl
Muhammad Ali Fakih
Muhammad Amin
Muhammad Antakusuma
Muhammad Iqbal
Muhammad Muhibbuddin
Muhammad Nanda Fauzan
Muhammad Rain
Muhammad Yasir
Muhammad Zuriat Fadil
Muhammadun A.S
Mulyadi J. Amalik
Munawir Aziz
Murparsaulian
Musdalifah Fachri
Musfi Efrizal
Mustafa Ismail
Mustofa W. Hasyim
N. Syamsuddin CH. Haesy
Naskah Teater
Nazaruddin Azhar
Nelson Alwi
Nenden Lilis A
Neni Nureani
Ni Putu Rastiti
Nirwan Dewanto
Nita Zakiyah
Noor H. Dee
Noval Jubbek
Novel
Nur Faizah
Nur Syam
Nur Wahida Idris
Nurani Soyomukti
Nurdin Kalim
Nurel Javissyarqi
Nurrudien Asyhadie
Nurul Anam
Nurul Hadi Koclok
Nurur Rokhmah Bintari
Nuryana Asmaudi
Odi Shalahuddin
Oei Hiem Hwie
Okky Madasari
Okta Adetya
Olivia Kristina Sinaga
Otto Sukatno CR
Oyos Saroso HN
Pablo Neruda
Pamusuk Eneste
Pandu Radea
Parakitri
Parulian Scott L. Tobing
PDS H.B. Jassin
Pengantar Buku Kritik Sastra
Pepih Nugraha
Pesan Al Quran untuk Sastrawan
Petrik Matanasi
Pipiet Senja
Pitoyo Boedi Setiawan
Ponorogo
Pramoedya Ananta Toer
Pringadi Abdi Surya
Prof Dr Faisal Ismail MA
Prosa
Puisi
PuJa
Puji Santosa
Pungkit Wijaya
PUstaka puJAngga
Putri Utami
Putu Setia
Putu Wijaya
R. Toto Sugiharto
Radhar Panca Dahana
Ragil Supriyatno Samid
Rahmat Sudirman
Rakai Lukman
Rakhmat Giryadi
Ramadhan Batubara
Ramadhan Pohan
Rameli Agam
Ramon Damora
Ranang Aji SP
Ratih Kumala
Ratna Ajeng Tejomukti
Ratu Selvi Agnesia
Raudal Tanjung Banua
Reko Alum
Reny Sri Ayu
Resensi
Revolusi
RF. Dhonna
Riadi Ngasiran
Ribut Wijoto
Rinto Andriono
Riris K. Toha-Sarumpaet
Risang Anom Pujayanto
Robin Dos Santos Soares
Rodli TL
Rofiqi Hasan
Rosdiansyah
Rukardi
S Yoga
S. Jai
S. Satya Dharma
S.I. Poeradisastra
S.W. Teofani
Sabiq Carebesth
Sabpri Piliang
Sabrank Suparno
Sahaya Santayana
Saifur Rohman
Sainul Hermawan
Sajak
Sal Murgiyanto
Salamet Wahedi
Salman Rusydie Anwar
Salyaputra
Samsudin Adlawi
Sandipras
Sanggar Pasir
Sapardi Djoko Damono
Sarabunis Mubarok
Saroni Asikin
Sartika Dian Nuraini
Sastra
Sastra Perlawanan
Sastri Sunarti
Satmoko Budi Santoso
Saut Situmorang
Sejarah
Sekolah Literasi Gratis (SLG)
Sekolah Literasi Gratis (SLG) STKIP Ponorogo
Seno Gumira Ajidarma
Seno Joko Suyono
Sergi Sutanto
Shafwan Hadi Umry
Shiny.ane el’poesya
Sholihul Huda
Sigit Susanto
Sihar Ramses Simatupang
Sita Planasari A
Siti Irni Nidya Nurfitri
Siti Rutmawati
Siti Sa’adah
Sitok Srengenge
Siwi Dwi Saputro
Sjifa Amori
Sofian Dwi
Sofyan RH. Zaid
Soni Farid Maulana
Sony Prasetyotomo
Sosiawan Leak
Sri Wintala Achmad
St Sularto
Sudarmoko
Sulaiman Tripa
Sultan Yohana
Suminto A. Sayuti
Sunaryono Basuki Ks
Sungatno
Sunlie Thomas Alexander
Sunu Wasono
Sunudyantoro
Suroto
Surya Lesmana
Suryanto Sastroatmodjo
Susianna
Sutan Takdir Alisjahbana
Sutardi
Sutardji Calzoum Bachri
Sutejo
Suwardi Endraswara
Syaiful Amin
Syarif Hidayat Santoso
Syarifudin
Syifa Amori
Syifa Aulia
Tajuddin Noor Ganie
Tantri Pranashinta
Tanzil Hernadi
Taufik Ikram Jamil
Taufiq Wr. Hidayat
Teguh Winarsho AS
Tengsoe Tjahjono
Th. Sumartana
Theo Uheng Koban Uer
Theresia Purbandini
Thowaf Zuharon
Tien Rostini
Titian Sandhyati
Tjahjono Widarmanto
Tjahjono Widijanto
Tjoet Nyak Dhien
Toef Jaeger
Toko Buku Murah PUstaka puJAngga Lamongan
Tri Wahono
Triyanto Triwikromo
Tu-ngang Iskandar
Tulus Wijanarko
Udin Badruddin
Udo Z. Karzi
Umar Fauzi
Umbu Landu Paranggi
Umi Laila Sari
Umi Lestari
Universitas Indonesia
Untung Wahyudi
Virdika Rizky Utama
Vyan Taswirul Afkar
W.S. Rendra
Wahyu Prasetya
Wahyudi Akmaliah Muhammad
Wawan Eko Yulianto
Wawancara
Welly Adi Tirta
Widi Wastuti
Wiji Thukul
Wisnu Kisawa
Wiwik Widayaningtias
Y. Thendra BP
Yona Primadesi
Yosephine Maryati
Yosi M Giri
Yudhis M. Burhanuddin
Yulizar Fadli
Yurnaldi
Yusri Fajar
Yuyuk Sugarman
Zainal Arifin Thoha
Zaki Zubaidi
Zamakhsyari Abrar
Zawawi Se
Zehan Zareez
Zulkarnain Zubairi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar