Sabtu, 25 Oktober 2008

Kritikus The Bandung Spirit

Rosdiansyah
http://www.jawapos.com/

Samir Amin adalah legenda hidup. Ia tampil ke muka gelanggang pertarungan gagasan sejak empat dekade silam. Ia mengkritik keras praktik-praktik kapitalisme yang sangat keterlaluan dalam mengeksploitasi negara berkembang. Ia naik ke podium untuk menguraikan betapa jahat praktik kapitalisme predator itu, sebentuk kapitalisme yang sama sekali tidak hirau atas kepedihan dan jeritan lapar warga negara berkembang. Sang intelektual ini memberitahukan kepada kolega-koleganya, sesama intelektual peduli nasib negara berkembang, bahwa sudah selayaknya kaum intelektual negara berkembang sendiri saling bertukar pengalaman ketika berhadapan dengan agen-agen kapitalisme. Tanpa lelah, Amin berusaha menyebarkan gagasan-gagasan kritisnya itu ke seluruh penjuru dunia, mulai dari daratan Amerika Latin dan Afrika yang selalu bergejolak, sampai ke pelosok Asia.

Gagasan-gagasan itu menggumpal dalam karya-karya besarnya yang bertumpu pada perlunya kemandirian, persis seperti yang dikehendaki para kepala negara non-Blok yang berkonferensi di Bandung pada 1955. Bagi Amin, kemandirian merupakan fondasi yang akan membawa perubahan mendasar pasca-kolonialisme dan imperialisme. Ingatannya pada Bandung tetap menyalakan api perlawanan terhadap praktik-praktik hegemoni pada kurun global saat ini. Meski tetap bersikap kritis pada gerakan lintas negara pasca-konferensi Bandung, Amin tetap memandang keberadaan konferensi Bandung itu sebagai langkah nyata membangun semangat kemandirian. Di era jejaring saat ini, tentu saja kemandirian sangat dibutuhkan, apalagi kemandirian untuk menentukan nasib sendiri, kemandirian menolak agenda-agenda neoliberal sebagaimana tampak dari usulan institusi keuangan internasional (World Bank dan IMF) kepada negara berkembang.

Amin sangat kritis, malah cenderung radikal, dalam mengurai tiap usulan yang disodorkan lembaga keuangan internasional tersebut. Baginya, usulan itu sepertinya masuk akal walau sesungguhnya penuh tipu daya, karena usul itu dikemukakan bukan untuk membenahi carut-marut praktik ekonomi pembangunan negara berkembang. Sebaliknya, proposal yang dikira obat mujarab tersebut tak lain adalah upaya hegemonik koalisi negara maju dan lembaga keuangan internasional untuk menguasai sumber-sumber daya alam negara berkembang. Lembaga keuangan internasional tak mungkin membiarkan masalah ketimpangan global terselesaikan, karena pada dasarnya lembaga itu sendiri hadir ke panggung internasional justru untuk mengabadikan ketimpangan demi melanjutkan eksploitasi negara maju atas negara berkembang yang tak kenal henti. Ketika Uni Sovyet berantakan akibat pertikaian internal tiada henti, maka revolusi sosialisme pun dipertanyakan keampuhannya.

Lahir pada 1931 dari keluarga perpaduan antara ibu berdarah Alsace, Prancis, yang sangat kuat memegang tradisi Jacobinisme, dan ayah berasal dari Koptik Mesir yang memegang erat tradisi nasionalis-demokrat, Amin sudah merasakan penetrasi ideologi komunisme ke dalam dirinya sejak kecil. Peristiwa sehari-hari di Mesir yang penuh ketimpangan telah menjadi buku terbuka baginya. Ia mempertanyakan ketimpangan dan keterpinggiran warga miskin Mesir, yang lantas ibunya atau ayahnya menjelaskan dalam bingkai keberpihakan kepada kaum tertindas, lalu menjadikan Amin kecil sudah menunjukkan diri sebagai komunis tanpa harus terlebih dulu mendalami Marxisme. Amin kecil merasa resah melihat kekuasaan semena-mena telah memperpuruk kondisi masyarakat. Ia tak kuasa membendung rasa pedih tatkala negara seperti Mesir dan negara berkembang lainnya, harus tunduk pada aturan-aturan kolonial.

Mulai 1947 sampai 1957, Amin menghabiskan masa remaja hingga dewasanya di Paris, kota yang saat itu dipenuhi pergolakan mahasiswa. Dalam sejumlah tulisannya Amin mengakui bahwa masa-masa di Paris inilah yang menjadi masa pembentukan sikap intelektual serta politiknya. Ia berinteraksi dengan banyak aktivis serta intelektual kiri Prancis, berdebat dan membangun kemampuan kritik. Sebagai aktivis yang terlibat langsung dalam pembentukan ''Republik Keempat'' yang mengatasnamakan suara rakyat. Amin mangalami bagaimana krisis internal front partai politik melawan kebijakan pemerintah Prancis dan negara-negara maju lain pasca-perang dunia kedua. Front ini ditujukan terutama untuk mendukung upaya-upaya membangun sinergi kekuatan alternatif di luar jalur parpol pendukung pemerintah. Utamanya ketika negara-negara Eropa mulai diiming-iming Bantuan Marshall (Marshall Plan) oleh AS pada April 1948. Bantuan ini kelak menjadi pintu masuk penyamaan persepsi antara AS dengan para sekutunya di Eropa untuk membendung pengaruh komunisme Uni Sovyet.

Dekade 50-an merupakan tahun-tahun penuh perlawanan. Para mahasiswa Prancis tak pernah menanggalkan sikap kritisnya menghadapi hegemoni pemerintah yang dikuasai kaum kanan. Kritik terhadap kebijakan kolonial dan hasrat pemerintah negara-negara Eropa untuk terus menguasai wilayah koloninya di Afrika dan Asia, telah menimbulkan reaksi keras. Amin yang telah menjalin hubungan baik dengan para aktivis asal negara-negara Afrika, mulai ikut membedah konstelasi politik ekonomi dunia yang timpang pasca-perang dunia kedua. Ia tampil dalam berbagai forum pertemuan mahasiswa Asia dan Afrika di Paris, membawakan berbagai tema-tema penting melawan kolonialisme dan imperialisme. Sebagai mahasiswa Institute of Political Science di Paris (1949 - 1953), Amin juga bergulat dengan pola serta struktur kekuasaan dunia yang mulai memasuki era perang dingin. Struktur kekuasaan yang timpang ini merupakan kelanjutan dari proyek kolonialisme dan imperialisme klasik Eropa atas benua Asia, Afrika, dan Amerika Latin.

Sikap anti-kolonial ini telah membawa Amin mengikuti konferensi Asia-Afrika di Bandung pada April 1955. Konferensi yang berusaha menyatukan kekuatan anti-kolonial di negara-negara Asia-Afrika ini merupakan usaha pertama di dunia untuk meneguhkan, bahwa pemerintahan di Asia dan Afrika yang baru merdeka tidak akan mengikuti struktur sistem dunia hegemonik yang dipaksakan AS dan sekutunya. Menurut Amin, konferensi Bandung itu merupakan manifestasi dari revolusi sosialis yang tidak boleh dipotong oleh agenda kapitalisme global. Amin melihat Indonesia di bawah Sukarno adalah negara yang sedang melawan kembalinya embrio imperialisme. Amin menempatkan Sukarno, Nehru, dan Nasser ke dalam satu lingkaran kepala negara yang ingin memerdekakan bangsanya dari segala bentuk penindasan negara maju (hlm. 169). Artinya, tiga kepala negara itu mempunyai semangat sama untuk meminggirkan upaya negara-negara kapitalis yang ingin kembali mengolonialisasi daratan Asia dan Afrika.

Amin merupakan intelektual penting yang berada di garis terdepan dalam mengevaluasi kinerja revolusi sosialisme Uni Sovyet dan negara-negara sosialis lain. Saat ini, perang sedang berada di bawah gunung es wacana kemenangan kapitalisme AS dan sekutunya. Korporasi transnasional yang begitu cepat beradaptasi dengan situasi baru telah merumuskan langkah-langkah meredam evolusi gagasan sosialisme radikal yang menghendaki negara kembali memegang peran bagi kesejahteraan khalayak. Program-program seperti Corporate Social Responsibility (CSR) adalah bentuk adaptasi korporasi transnasional untuk mengantisipasi gejolak sosial setelah ketimpangan tak jua kunjung terselesaikan melalui program-program lembaga keuangan internasional. Pendekatan kemanusiaan langsung tertuju ke bagian terdalam masyarakat melalui program yang menyentuh hajat hidup orang banyak, pelan-pelan program ini mengubah cara pandang masyarakat terhadap korporasi transnasional yang rakus dan tamak. Masyarakat menjadi permisif terhadapnya.

Buku ini ditulis dengan gaya bertutur dan mengalir, dimulai dari penuturan seputar masa kecil dan remaja Amin dalam keluarga sejahtera di Mesir sampai masa-masa produktif sang maestro dalam gerakan kiri-global saat ini. Amin tentu mereaksi keras segala bentuk penindasan, dan ia tak segan-segan untuk mengatakan bahwa cara berpikir kritis, sistem nilai dan pengetahuan adalah warisan sesungguhnya yang patut dijaga. (*)
---

Judul Buku : A Life Looking Forward
Penulis: Samir Amin
Penerbit : Zed Books, UK
Cetakan : Pertama, Agustus 2008
Tebal : 266 Halaman
*)Direktur Eksekutif The Surabaya Readers Club

Tidak ada komentar:

Label

A Rodhi Murtadho A. Aziz Masyhuri A. Qorib Hidayatullah A. Zakky Zulhazmi A.J. Susmana A.S. Laksana Aa Maulana Abdi Purnomo Abdul Azis Sukarno Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi W.M. Abdul Kadir Ibrahim Abdul Lathief Abdul Wachid B.S. Abdurrahman Wahid Abidah El Khalieqy Acep Zamzam Noor Ach. Sulaiman Achdiar Redy Setiawan Adhitia Armitrianto Adhitya Ramadhan Adi Marsiela Adi Prasetyo Afrizal Malna Ags. Arya Dipayana Aguk Irawan MN Agunghima Agus B. Harianto Agus Buchori Agus M. Irkham Agus Noor Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sri Danardana Agus Sulton Agus Wibowo Aguslia Hidayah Ahda Imran Ahmad Fatoni Ahmad Hasan MS Ahmad Ikhwan Susilo Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Khotim Muzakka Ahmad Rafiq Ahmad Sahal Ahmad Syubbanuddin Alwy Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Sekhu Akmal Nasery Basral Alex R. Nainggolan Ali Ibnu Anwar Ali Murtadho Alia Swastika Alunk S Tohank Amanda Stevi Amien Kamil Amien Wangsitalaja Anes Prabu Sadjarwo Anindita S Thayf Aning Ayu Kusuma Anjrah Lelono Broto Anton Kurnia Anton Suparyanto Anugrah Gio Pratama Anung Wendyartaka Aprinus Salam Ardi Bramantyo Arie MP Tamba Arief Junianto Arif Bagus Prasetyo Aris Setiawan Arman AZ Arswendo Atmowiloto Arti Bumi Intaran AS Sumbawi Asarpin Asep Dudinov Ar Asep Sambodja Asvi Warman Adam Awalludin GD Mualif Ayung Notonegoro Bagja Hidayat Balada Bale Aksara Balok Sf Bambang Kariyawan Ys Bambang Kempling Bandung Mawardi Baridul Islam Pr Bayu Agustari Adha Beni Setia Benny Arnas Benny Benke Berita Berita Utama Bernando J. Sujibto Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Boni Dwi Pramudyanto Bonnie Triyana Boy Mihaballo Bre Redana Brunel University London Budi Darma Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Budiman Sudjatmiko Bulqia Mas’ud Bung Tomo Burhanuddin Bella Cak Kandar Catatan Cerbung Cerpen Chairil Anwar Chairul Abshar Chamim Kohari Chandra Johan Chavchay Syaifullah Cover Buku Cucuk Espe D. Dudu AR D. Kemalawati D. Zawawi Imron Dadang Kusnandar Dahono Fitrianto Dahta Gautama Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Danarto Daniel Paranamesa Darju Prasetya Darmanto Jatman David Krisna Alka Deddy Arsya Dedi Muhtadi Dedy Tri Riyadi Deni Andriana Denny JA Denny Mizhar Deny Tri Aryanti Dewi Rina Cahyani Dian Dian Hartati Dian Sukarno Dina Oktaviani Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan Dino Umahuk Djadjat Sudradjat Djoko Pitono Djoko Saryono Dorothea Rosa Herliany Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Pranoto Dwi S. Wibowo Dwi Wiyana Dwicipta E. Syahputra Ebiet G. Ade Eddy Flo Fernando Edi Sembiring Edy Firmansyah Eep Saefulloh Fatah Eka Budianta Eka Fendri Putra Eka Kurniawan Ekky Siwabessy Eko Darmoko Elnisya Mahendra Emha Ainun Nadjib Emil WE Endah Wahyuningsih Endhiq Anang P Erwin Y. Salim Esai Esha Tegar Putra Evan Ys Evi Idawati F Rahardi Fahmi Fahrudin Nasrulloh Faidil Akbar Faisal Kamandobat Faiz Manshur Fajar Kurnianto Fajar Setiawan Roekminto Fakhrunnas MA Jabbar Farid Gaban Fathan Mubarak Fathurrahman Karyadi Fatkhul Anas Fazar Muhardi Febby Fortinella Rusmoyo Felik K. Nesi Festival Sastra Gresik Fikri. MS Fitri Yani Frans Ekodhanto Frans Sartono Franz Kafka Fredric Jameson Friedrich Nietzsche Fuad Anshori Fuska Sani Evani G30S/PKI Gampang Prawoto Ganug Nugroho Adi Geger Riyanto Gerakan Surah Buku (GSB) Gerson Poyk Gibb Gilang Abdul Aziz Ging Ginanjar Gita Pratama Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gugun El-Guyanie Gunoto Saparie Gusti Eka H.B. Jassin Hadi Napster Hadriani Pudjiarti Halim H.D. Hamdy Salad Han Gagas Handoko Adinugroho Happy Ied Mubarak Hardi Hamzah Harfiyah Widiawati Hari Puisi Indonesia (HPI) Hari Santoso Harie Insani Putra Haris del Hakim Haris Priyatna Hary B Kori’un Hasan Junus Hasif Amini Hasnan Bachtiar Hasta Indriyana Helmi Y Haska Helwatin Najwa Hendra Sugiantoro Hendri R.H Hendry CH Bangun Henry Ismono Hepi Andi Bastoni Heri KLM Heri Latief Herie Purwanto Herman Rn Heru CN Heru Joni Putra Hudan Hidayat Hudan Nur I Nyoman Darma Putra I Nyoman Suaka I Nyoman Tingkat I Tito Sianipar Ibnu Wahyudi Icha Rastika Idha Saraswati Ignas Kleden Ignatius Haryanto Ilenk Rembulan Ilham Q Moehiddin Ilham Yusardi Imam Muhtarom Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Rosyid Imron Tohari Indira Permanasari Indra Intisa Indra Tjahyadi Indra Tranggono Irfan Budiman Ismi Wahid Istiqamatunnisak Iwan Komindo Iwan Kurniawan Iwan Nurdaya Djafar Iyut FItra Izzatul Jannah J Anto J.S. Badudu Jafar M. Sidik Jamal D Rahman Jamal T. Suryanata Jamil Massa Janual Aidi Januardi Husin Javed Paul Syatha Jefri al Malay JJ Kusni JJ Rizal Jo Batara Surya Jodhi Yudono Johan Khoirul Zaman Joko Pinurbo Joko Sandur Joni Ariadinata Joss Wibisono Jual Buku Paket Hemat Judyane Koz Jusuf AN Karkono Kasnadi Katrin Bandel Kedai Kopi Sastra Kedung Darma Romansha Ken Rahatmi Khairul Amin Khairul Mufid Jr Khoshshol Fairuz Kirana Kejora Koh Young Hun Komang Ira Puspitaningsih Komunitas Deo Gratias Kostela (Komunitas Sastra Teater Lamongan) Kritik Sastra Kurniawan Kurniawan Junaedhie Lan Fang Lathifa Akmaliyah Latief S. Nugraha Leila S. Chudori Lela Siti Nurlaila Lidia Mayangsari Lie Charlie Liestyo Ambarwati Khohar Liza Wahyuninto Lukas Adi Prasetyo Luky Setyarini Lutfi Mardiansyah M Fadjroel Rachman M. Arman A.Z M. Arwan Hamidi M. Faizi M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S M. Mustafied M. Nahdiansyah Abdi M. Shoim Anwar M. Taufan Musonip M. Yoesoef M.D. Atmaja Mahdi Idris Mahfud Ikhwan Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Mainteater Bandung Maman S. Mahayana Manneke Budiman Mardi Luhung Marhalim Zaini Maria Bo Niok Mario F. Lawi Mark Hanusz Marsudi Fitro Wibowo Martin Aleida Martin Suryajaya Marwanto Maryati Mashuri Matdon Matroni A. el-Moezany Maya Mustika K. Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia Menggugat Tanggung Jawab Kepenyairan Sutardji Calzoum Bachri Mezra E. Pellondou MG. Sungatno Mh Zaelani Tammaka Mihar Harahap Mila Novita Misbahus Surur Muhajir Arrosyid Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Ali Fakih Muhammad Amin Muhammad Antakusuma Muhammad Iqbal Muhammad Muhibbuddin Muhammad Nanda Fauzan Muhammad Rain Muhammad Yasir Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun A.S Mulyadi J. Amalik Munawir Aziz Murparsaulian Musdalifah Fachri Musfi Efrizal Mustafa Ismail Mustofa W. Hasyim N. Syamsuddin CH. Haesy Naskah Teater Nazaruddin Azhar Nelson Alwi Nenden Lilis A Neni Nureani Ni Putu Rastiti Nirwan Dewanto Nita Zakiyah Noor H. Dee Noval Jubbek Novel Nur Faizah Nur Syam Nur Wahida Idris Nurani Soyomukti Nurdin Kalim Nurel Javissyarqi Nurrudien Asyhadie Nurul Anam Nurul Hadi Koclok Nurur Rokhmah Bintari Nuryana Asmaudi Odi Shalahuddin Oei Hiem Hwie Okky Madasari Okta Adetya Olivia Kristina Sinaga Otto Sukatno CR Oyos Saroso HN Pablo Neruda Pamusuk Eneste Pandu Radea Parakitri Parulian Scott L. Tobing PDS H.B. Jassin Pengantar Buku Kritik Sastra Pepih Nugraha Pesan Al Quran untuk Sastrawan Petrik Matanasi Pipiet Senja Pitoyo Boedi Setiawan Ponorogo Pramoedya Ananta Toer Pringadi Abdi Surya Prof Dr Faisal Ismail MA Prosa Puisi PuJa Puji Santosa Pungkit Wijaya PUstaka puJAngga Putri Utami Putu Setia Putu Wijaya R. Toto Sugiharto Radhar Panca Dahana Ragil Supriyatno Samid Rahmat Sudirman Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Ramadhan Batubara Ramadhan Pohan Rameli Agam Ramon Damora Ranang Aji SP Ratih Kumala Ratna Ajeng Tejomukti Ratu Selvi Agnesia Raudal Tanjung Banua Reko Alum Reny Sri Ayu Resensi Revolusi RF. Dhonna Riadi Ngasiran Ribut Wijoto Rinto Andriono Riris K. Toha-Sarumpaet Risang Anom Pujayanto Robin Dos Santos Soares Rodli TL Rofiqi Hasan Rosdiansyah Rukardi S Yoga S. Jai S. Satya Dharma S.I. Poeradisastra S.W. Teofani Sabiq Carebesth Sabpri Piliang Sabrank Suparno Sahaya Santayana Saifur Rohman Sainul Hermawan Sajak Sal Murgiyanto Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Salyaputra Samsudin Adlawi Sandipras Sanggar Pasir Sapardi Djoko Damono Sarabunis Mubarok Saroni Asikin Sartika Dian Nuraini Sastra Sastra Perlawanan Sastri Sunarti Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sejarah Sekolah Literasi Gratis (SLG) Sekolah Literasi Gratis (SLG) STKIP Ponorogo Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Sergi Sutanto Shafwan Hadi Umry Shiny.ane el’poesya Sholihul Huda Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sita Planasari A Siti Irni Nidya Nurfitri Siti Rutmawati Siti Sa’adah Sitok Srengenge Siwi Dwi Saputro Sjifa Amori Sofian Dwi Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sosiawan Leak Sri Wintala Achmad St Sularto Sudarmoko Sulaiman Tripa Sultan Yohana Suminto A. Sayuti Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Sunudyantoro Suroto Surya Lesmana Suryanto Sastroatmodjo Susianna Sutan Takdir Alisjahbana Sutardi Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Suwardi Endraswara Syaiful Amin Syarif Hidayat Santoso Syarifudin Syifa Amori Syifa Aulia Tajuddin Noor Ganie Tantri Pranashinta Tanzil Hernadi Taufik Ikram Jamil Taufiq Wr. Hidayat Teguh Winarsho AS Tengsoe Tjahjono Th. Sumartana Theo Uheng Koban Uer Theresia Purbandini Thowaf Zuharon Tien Rostini Titian Sandhyati Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Tjoet Nyak Dhien Toef Jaeger Toko Buku Murah PUstaka puJAngga Lamongan Tri Wahono Triyanto Triwikromo Tu-ngang Iskandar Tulus Wijanarko Udin Badruddin Udo Z. Karzi Umar Fauzi Umbu Landu Paranggi Umi Laila Sari Umi Lestari Universitas Indonesia Untung Wahyudi Virdika Rizky Utama Vyan Taswirul Afkar W.S. Rendra Wahyu Prasetya Wahyudi Akmaliah Muhammad Wawan Eko Yulianto Wawancara Welly Adi Tirta Widi Wastuti Wiji Thukul Wisnu Kisawa Wiwik Widayaningtias Y. Thendra BP Yona Primadesi Yosephine Maryati Yosi M Giri Yudhis M. Burhanuddin Yulizar Fadli Yurnaldi Yusri Fajar Yuyuk Sugarman Zainal Arifin Thoha Zaki Zubaidi Zamakhsyari Abrar Zawawi Se Zehan Zareez Zulkarnain Zubairi