Rabu, 04 Februari 2009

MEIN

Dina Oktaviani
http://indopos.co.id/

''Aku tak bisa menanggung lagi, Al.'' Vi memulai kesedihannya; bersedih lagi setelah berusaha bertahan untuk beberapa hari dalam keriangan palsu, selalu palsu.

''Kau tahu aku mencintainya seperti anakku sendiri, kau tahu, kan?''

Aku mengerdip, bukan untuk menjawabnya.

Ya, itulah kenapa aku merelakanmu mencintainya. Laki-laki lain, yang punya tanggal lahir yang sama denganku, yang tinggal tak jauh dari rumahmu. Seperti apa rupanya aku hanya tahu dari foto-foto berukuran kecil di telepon genggammu.

Namanya Mein --Vi melafalkannya seperti kata ''mine'' dalam bahasa Inggris. Setelah satu bulan Vi mengenal dan berpacaran dengan anak muda itu, aku kembali dari Amerika dan memintanya hidup bersama denganku, mengingat empat tahun yang pernah kami lalui bersama. Dan mengingat betapa dia satu-satunya orang yang selalu benar-benar kusayangi. Juga betapa aku tahu hanya aku yang selalu dicintainya sebagai kekasih. Baru setelah Mein memutuskannya, Vi menerima tawaranku. Aku tinggal di rumahnya.

Aku masih ingat, Vi menangis malam itu. Dia merasa sungguh tak tahu apa salahnya. Dia menyambut kedatanganku kembali ke dalam hidupnya dengan mengatakan betapa dia mencintai seseorang dan betapa seseorang telah mematahkan hatinya. Satu hal lagi, betapa dia hanya bisa menceritakan semuanya kepadaku. Ke-pa-da-ku.

Aku membawakan Vi bir hitam seperti selalu. Dia meminumnya setengah kaleng lalu menciumiku dengan rakus. Setelah puas menatap wajahku di akhir ciuman-ciumannya, Vi meringkuk di ketiakku dan mulai mengeluh lagi.

''Hanya karena aku tak menceritakan masalahku? Hanya karena aku menangis malam itu?''

Dia pun menangis lagi malam itu.

''Jika kau tahu betapa sakitnya aku menunggu terjadinya hubungan itu dahulu. Menjalani hari-hari, minggu-minggu di mana harapan-harapan yang manis meluncur deras sementara kepastian hanya dalam mimpi-mimpiku. Aku telah menjadi canggung dan kehilangan kepercayaan diri. Aku merasa sangat tidak pantas mendapatkannya. Kapan, coba, kapan terakhir kali aku gagal merebut hati orang yang kuinginkan? Aku bisa mendapatkan tiga orang dalam tiga minggu itu. Tapi tidak kuambil kesempatan-kesempatan itu. Aku hanya menginginkannya. Dan aku tidak yakin apakah aku bisa memenangkan hatinya.

''Dan tahukah, aku tidak merasa amat jatuh cinta padanya. Aku tidak meledak-ledak seperti --kau tahu. Aku menyayanginya dari dalam, pelahan-lahan, seperti membiarkan sebuah tanaman terus tumbuh di dalam hatiku, di dalam diriku, sampai seseorang di luar diriku bersedia merawatnya bersamaku.

''Kini tanaman itu telah menguasai seluruh diriku, mencengkeramku dari dalam tanpa seorang pun dapat menyadarinya. Dan tepat pada saat ini! Tepat pada saat ini, Al, ia menyuruhku merawat tanaman itu sendirian?''

Vi telah mencengkeram salah satu bagian kemejaku seperti pelacur yang marah kepada seorang bajingan. Aku tak mengatakan apa-apa. Aku tidak tahu apa yang kurasakan. Mungkin aku merasa sedih, sebab mataku agak perih, tapi tidak tahu untuk apa. Untuk mengalihkan perasaan ini aku hanya memandang ke sembarang arah dan mengedip-kedipkan mataku dengan kaku.

''Oh, Al. Adakah tanaman besar ini akan menguatkanku atau menumbangkanku sendirian...''

Aku tetap diam. Vi mulai terpejam.

Aku ingin menciumnya pada saat-saat seperti ini. Tak seperti malam itu, Vi duduk di meja makan. Mengisap rokok kreteknya pelan-pelan untuk menghilangkan kesan bingung. Menundukkan kepala dan mengangkatnya kembali bukan untuk menatap apa pun. Dia menggigit bibirnya sesekali. Saat beradu pandang dengan mataku, matanya penuh rasa bersalah. Dia telah lupa dirinya. Dia suci bagai santa di dunia sekuler saat ini. Aku tidak begitu yakin bagian mana yang ingin kucium, bibirnya atau kakinya yang gemetar?

''Kali ini, Al. Ia tidak mau lagi tidur denganku. Tidak,'' katanya memulai lagi.

Oh, aku telah mendengar berita macam ini berulang kali, dan selalu akhirnya mereka melakukannya lagi. Lagi dan lagi seperti para kekasih muda yang selalu lemah dan ragu-ragu. Pertama kali aku mendengar pengulangan ini, aku mengingatkannya akan saat sebelumnya. Namun Vi mendesak bahwa ada hal khusus dari berita serupa kali itu.

Aku ingat waktu Vi menceritakan bagian ini: ''Aku mendengar ia memadamkan lampu kamar dan mengunci pintu, lalu menyusulku ke tempat tidur. Ia berbaring di sebelahku. Aku tahu ia yakin aku belum tidur. Dengan sikap yang angkuh dan ragu-ragu ia menempelkan telapak kakinya ke kakiku, begitu samar. Hanya karena hatiku begitu peka akibat mencintainya begitu besarlah aku bisa merasakan sentuhan itu.

''Aku diam beberapa saat, kemudian dengan keraguan yang sama, tapi tanpa keangkuhan, aku menyilangkan kakiku yang lain ke pinggangnya. Ia tidak mengelak! Tak lama kemudian ia berpaling ke arahku, menempelkan wajahnya sangat dekat ke wajahku sehingga kami bahkan tak bisa bertatapan. Kami berciuman. Dan seakan begitu merindukanku, ia mendekap dan menciumiku dengan tenaga yang besar. Kami melakukannya! Lagi! Begitu indah!''

Setelah bagian ini Vi tiba-tiba terdiam, menarik, dan menghembuskan napas dengan berat, lalu melanjutkan: ''Setelah semuanya selesai, Al, ia menggeser tubuhnya dengan cepat, menjauhi tubuhku. Aku menatapnya dalam gelap. Ia tampak tidak senang, sangat berubah! Menjawab tatapanku, ia berkata, 'Sudah, ya. Kamu bukan pacarku lagi. Sebaiknya kita berteman saja. Aku merasa tidak enak dengan ini semua. Kamu tidak apa-apa 'kan?' Lalu ia tersenyum padaku. Berusaha tersenyum, tepatnya.

''Pada kali ini hatiku telah terlatih untuk tidak secara langsung mengirimkan energi sedih ke wajahku. Aku juga tidak bilang 'terakhir untuk hari ini' dengan gaya penuh humor untuk menutupi kekecewaanku atau kesedihanku. Aku tersenyum kepadanya dan bilang 'oke'.

''Tapi sekarang aku merasa itu adalah jawaban yang buruk. Paling buruk! Sebab beberapa jam kemudian ia tampak inferior, seperti sedang merasa tak berharga karena aku tak menunjukkan perhatianku yang besar seperti biasa, perhatianku yang tulus dan dungu. Aku amat merasa bersalah. Dan seperti biasa, aku merasa menanggung seluruh kesalahan yang pernah kulakukan, khususnya padanya, sekaligus dalam satu waktu.

''Apa yang seharusnya kulakukan, Al? Tanggal lahir kalian sama, apa yang laki-laki seperti kalian ingin kulakukan? Aku sungguh putus asa.''

Aku tidak mengatakan apa-apa waktu itu. Tapi tiba-tiba pada saat itu aku mempercayai astrologi. Aku berpikir, barangkali laki-laki seperti kami memang ditakdirkan tidak pandai mengungkapkan perasaan. Kami menyayangi seseorang selalu dengan cara yang tidak diharapkan. Kami pasif. Dan lebih sering lagi angkuh. Aku tak pernah bilang aku mencintainya, kupikir anak muda itu juga tidak pernah. Tapi selama empat tahun Vi tentu telah sangat menyadari betapa aku mencintainya.

Karena kepasifan dan keangkuhanku, aku pun tak pernah mengatakan betapa aku merasakan suatu gangguan yang menyakitkan entah di mana setiap kali dia menceritakan betapa dia mencintai orang lain, tak peduli apakah orang itu melukainya atau tidak. Betapapun Vi mengatakan dia mencintai mantan pacarnya seperti seorang anak, aku tetap merasakan gangguan itu. Bagaimanapun, aku mengetahui bahwa hubungan seks pertamanya terjadi dengan abangnya sendiri meski justru pada kasus itu Vi sama sekali tidak menyayangi saudaranya yang barbar itu. Maksudku, incess bukanlah hal yang mustahil di sini.

Sekarang aku hanya bisa menunggu ada hal khusus apa lagi mengenai berita yang mematahkan hati itu.

''Ia tidak mengatakan apa-apa lagi. Ia tidak bilang 'ini yang terakhir ya' atau 'sebaiknya kita benar-benar berteman saja' atau 'aku merasa tidak enak terus-terusan melakukan ini'. Sekarang, jika aku tidur di tempat tidurnya, ia akan menahan kantuk sampai pagi, sampai siang. Jika aku tetap bertahan di tempat tidurnya, ia akan akhirnya tidur di ruang tengah.

''Apa yang telah kulakukan? Dan apa yang telah kulakukan kali ini? Bukan tidur itu soalnya. Bukan itu. Aku hanya ingin menyentuhnya. Aku hanya ingin mencium bau dari tubuhnya. Aku hanya ingin berada di dekatnya, dan merasakan dalam-dalam betapa ia pernah begitu mencintaiku --atau betapa aku pernah merasa ia begitu mencintaiku, dan betapa aku telah kehilangan dirinya, dan cintanya. Dan sementara meresapi pikiran-pikiran itu, aku bisa menahan tangisanku dengan menyadari bahwa ia berada di dekatku saat itu, menemaniku melewatkan kesedihan dan akan membiarkanku mengurusnya lagi seperti sebelum-sebelumnya, seperti anakku sendiri. Dan itu membuatku merasa penuh.

''Dan kini tidak akan ada saat-saat seperti itu lagi, Al. Sama sekali.''

Vi mengisap rokoknya dan mengembuskan asapnya samar-samar. Aku masih saja diam, bermain-main dengan pikiranku sendiri. Seandainya Mein itu lenyap sepenuhnya, akankah Vi berhenti membicarakannya, berhenti bersedih dan berhenti menangis? Seandainya Mein itu tak ada, akankah Vi menjadi milikku sepenuhnya? Seandainya Mein itu mati, akankah Vi mencintaiku sesadar-sadarnya?

Sebelum rokok di tangannya habis, tiba-tiba Vi menubrukku dengan ciuman-ciumannya. Dan sepanjang malam itu kami seolah baik-baik saja. (*)

Tidak ada komentar:

Label

A Rodhi Murtadho A. Aziz Masyhuri A. Qorib Hidayatullah A. Zakky Zulhazmi A.J. Susmana A.S. Laksana Aa Maulana Abdi Purnomo Abdul Azis Sukarno Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi W.M. Abdul Kadir Ibrahim Abdul Lathief Abdul Wachid B.S. Abdurrahman Wahid Abidah El Khalieqy Acep Zamzam Noor Ach. Sulaiman Achdiar Redy Setiawan Adhitia Armitrianto Adhitya Ramadhan Adi Marsiela Adi Prasetyo Afrizal Malna Ags. Arya Dipayana Aguk Irawan MN Agunghima Agus B. Harianto Agus Buchori Agus M. Irkham Agus Noor Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sri Danardana Agus Sulton Agus Wibowo Aguslia Hidayah Ahda Imran Ahmad Fatoni Ahmad Hasan MS Ahmad Ikhwan Susilo Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Khotim Muzakka Ahmad Rafiq Ahmad Sahal Ahmad Syubbanuddin Alwy Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Sekhu Akmal Nasery Basral Alex R. Nainggolan Ali Ibnu Anwar Ali Murtadho Alia Swastika Alunk S Tohank Amanda Stevi Amien Kamil Amien Wangsitalaja Anes Prabu Sadjarwo Anindita S Thayf Aning Ayu Kusuma Anjrah Lelono Broto Anton Kurnia Anton Suparyanto Anugrah Gio Pratama Anung Wendyartaka Aprinus Salam Ardi Bramantyo Arie MP Tamba Arief Junianto Arif Bagus Prasetyo Aris Setiawan Arman AZ Arswendo Atmowiloto Arti Bumi Intaran AS Sumbawi Asarpin Asep Dudinov Ar Asep Sambodja Asvi Warman Adam Awalludin GD Mualif Ayung Notonegoro Bagja Hidayat Balada Bale Aksara Balok Sf Bambang Kariyawan Ys Bambang Kempling Bandung Mawardi Baridul Islam Pr Bayu Agustari Adha Beni Setia Benny Arnas Benny Benke Berita Berita Utama Bernando J. Sujibto Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Boni Dwi Pramudyanto Bonnie Triyana Boy Mihaballo Bre Redana Brunel University London Budi Darma Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Budiman Sudjatmiko Bulqia Mas’ud Bung Tomo Burhanuddin Bella Cak Kandar Catatan Cerbung Cerpen Chairil Anwar Chairul Abshar Chamim Kohari Chandra Johan Chavchay Syaifullah Cover Buku Cucuk Espe D. Dudu AR D. Kemalawati D. Zawawi Imron Dadang Kusnandar Dahono Fitrianto Dahta Gautama Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Danarto Daniel Paranamesa Darju Prasetya Darmanto Jatman David Krisna Alka Deddy Arsya Dedi Muhtadi Dedy Tri Riyadi Deni Andriana Denny JA Denny Mizhar Deny Tri Aryanti Dewi Rina Cahyani Dian Dian Hartati Dian Sukarno Dina Oktaviani Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan Dino Umahuk Djadjat Sudradjat Djoko Pitono Djoko Saryono Dorothea Rosa Herliany Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Pranoto Dwi S. Wibowo Dwi Wiyana Dwicipta E. Syahputra Ebiet G. Ade Eddy Flo Fernando Edi Sembiring Edy Firmansyah Eep Saefulloh Fatah Eka Budianta Eka Fendri Putra Eka Kurniawan Ekky Siwabessy Eko Darmoko Elnisya Mahendra Emha Ainun Nadjib Emil WE Endah Wahyuningsih Endhiq Anang P Erwin Y. Salim Esai Esha Tegar Putra Evan Ys Evi Idawati F Rahardi Fahmi Fahrudin Nasrulloh Faidil Akbar Faisal Kamandobat Faiz Manshur Fajar Kurnianto Fajar Setiawan Roekminto Fakhrunnas MA Jabbar Farid Gaban Fathan Mubarak Fathurrahman Karyadi Fatkhul Anas Fazar Muhardi Febby Fortinella Rusmoyo Felik K. Nesi Festival Sastra Gresik Fikri. MS Fitri Yani Frans Ekodhanto Frans Sartono Franz Kafka Fredric Jameson Friedrich Nietzsche Fuad Anshori Fuska Sani Evani G30S/PKI Gampang Prawoto Ganug Nugroho Adi Geger Riyanto Gerakan Surah Buku (GSB) Gerson Poyk Gibb Gilang Abdul Aziz Ging Ginanjar Gita Pratama Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gugun El-Guyanie Gunoto Saparie Gusti Eka H.B. Jassin Hadi Napster Hadriani Pudjiarti Halim H.D. Hamdy Salad Han Gagas Handoko Adinugroho Happy Ied Mubarak Hardi Hamzah Harfiyah Widiawati Hari Puisi Indonesia (HPI) Hari Santoso Harie Insani Putra Haris del Hakim Haris Priyatna Hary B Kori’un Hasan Junus Hasif Amini Hasnan Bachtiar Hasta Indriyana Helmi Y Haska Helwatin Najwa Hendra Sugiantoro Hendri R.H Hendry CH Bangun Henry Ismono Hepi Andi Bastoni Heri KLM Heri Latief Herie Purwanto Herman Rn Heru CN Heru Joni Putra Hudan Hidayat Hudan Nur I Nyoman Darma Putra I Nyoman Suaka I Nyoman Tingkat I Tito Sianipar Ibnu Wahyudi Icha Rastika Idha Saraswati Ignas Kleden Ignatius Haryanto Ilenk Rembulan Ilham Q Moehiddin Ilham Yusardi Imam Muhtarom Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Rosyid Imron Tohari Indira Permanasari Indra Intisa Indra Tjahyadi Indra Tranggono Irfan Budiman Ismi Wahid Istiqamatunnisak Iwan Komindo Iwan Kurniawan Iwan Nurdaya Djafar Iyut FItra Izzatul Jannah J Anto J.S. Badudu Jafar M. Sidik Jamal D Rahman Jamal T. Suryanata Jamil Massa Janual Aidi Januardi Husin Javed Paul Syatha Jefri al Malay JJ Kusni JJ Rizal Jo Batara Surya Jodhi Yudono Johan Khoirul Zaman Joko Pinurbo Joko Sandur Joni Ariadinata Joss Wibisono Jual Buku Paket Hemat Judyane Koz Jusuf AN Karkono Kasnadi Katrin Bandel Kedai Kopi Sastra Kedung Darma Romansha Ken Rahatmi Khairul Amin Khairul Mufid Jr Khoshshol Fairuz Kirana Kejora Koh Young Hun Komang Ira Puspitaningsih Komunitas Deo Gratias Kostela (Komunitas Sastra Teater Lamongan) Kritik Sastra Kurniawan Kurniawan Junaedhie Lan Fang Lathifa Akmaliyah Latief S. Nugraha Leila S. Chudori Lela Siti Nurlaila Lidia Mayangsari Lie Charlie Liestyo Ambarwati Khohar Liza Wahyuninto Lukas Adi Prasetyo Luky Setyarini Lutfi Mardiansyah M Fadjroel Rachman M. Arman A.Z M. Arwan Hamidi M. Faizi M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S M. Mustafied M. Nahdiansyah Abdi M. Shoim Anwar M. Taufan Musonip M. Yoesoef M.D. Atmaja Mahdi Idris Mahfud Ikhwan Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Mainteater Bandung Maman S. Mahayana Manneke Budiman Mardi Luhung Marhalim Zaini Maria Bo Niok Mario F. Lawi Mark Hanusz Marsudi Fitro Wibowo Martin Aleida Martin Suryajaya Marwanto Maryati Mashuri Matdon Matroni A. el-Moezany Maya Mustika K. Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia Menggugat Tanggung Jawab Kepenyairan Sutardji Calzoum Bachri Mezra E. Pellondou MG. Sungatno Mh Zaelani Tammaka Mihar Harahap Mila Novita Misbahus Surur Muhajir Arrosyid Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Ali Fakih Muhammad Amin Muhammad Antakusuma Muhammad Iqbal Muhammad Muhibbuddin Muhammad Nanda Fauzan Muhammad Rain Muhammad Yasir Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun A.S Mulyadi J. Amalik Munawir Aziz Murparsaulian Musdalifah Fachri Musfi Efrizal Mustafa Ismail Mustofa W. Hasyim N. Syamsuddin CH. Haesy Naskah Teater Nazaruddin Azhar Nelson Alwi Nenden Lilis A Neni Nureani Ni Putu Rastiti Nirwan Dewanto Nita Zakiyah Noor H. Dee Noval Jubbek Novel Nur Faizah Nur Syam Nur Wahida Idris Nurani Soyomukti Nurdin Kalim Nurel Javissyarqi Nurrudien Asyhadie Nurul Anam Nurul Hadi Koclok Nurur Rokhmah Bintari Nuryana Asmaudi Odi Shalahuddin Oei Hiem Hwie Okky Madasari Okta Adetya Olivia Kristina Sinaga Otto Sukatno CR Oyos Saroso HN Pablo Neruda Pamusuk Eneste Pandu Radea Parakitri Parulian Scott L. Tobing PDS H.B. Jassin Pengantar Buku Kritik Sastra Pepih Nugraha Pesan Al Quran untuk Sastrawan Petrik Matanasi Pipiet Senja Pitoyo Boedi Setiawan Ponorogo Pramoedya Ananta Toer Pringadi Abdi Surya Prof Dr Faisal Ismail MA Prosa Puisi PuJa Puji Santosa Pungkit Wijaya PUstaka puJAngga Putri Utami Putu Setia Putu Wijaya R. Toto Sugiharto Radhar Panca Dahana Ragil Supriyatno Samid Rahmat Sudirman Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Ramadhan Batubara Ramadhan Pohan Rameli Agam Ramon Damora Ranang Aji SP Ratih Kumala Ratna Ajeng Tejomukti Ratu Selvi Agnesia Raudal Tanjung Banua Reko Alum Reny Sri Ayu Resensi Revolusi RF. Dhonna Riadi Ngasiran Ribut Wijoto Rinto Andriono Riris K. Toha-Sarumpaet Risang Anom Pujayanto Robin Dos Santos Soares Rodli TL Rofiqi Hasan Rosdiansyah Rukardi S Yoga S. Jai S. Satya Dharma S.I. Poeradisastra S.W. Teofani Sabiq Carebesth Sabpri Piliang Sabrank Suparno Sahaya Santayana Saifur Rohman Sainul Hermawan Sajak Sal Murgiyanto Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Salyaputra Samsudin Adlawi Sandipras Sanggar Pasir Sapardi Djoko Damono Sarabunis Mubarok Saroni Asikin Sartika Dian Nuraini Sastra Sastra Perlawanan Sastri Sunarti Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sejarah Sekolah Literasi Gratis (SLG) Sekolah Literasi Gratis (SLG) STKIP Ponorogo Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Sergi Sutanto Shafwan Hadi Umry Shiny.ane el’poesya Sholihul Huda Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sita Planasari A Siti Irni Nidya Nurfitri Siti Rutmawati Siti Sa’adah Sitok Srengenge Siwi Dwi Saputro Sjifa Amori Sofian Dwi Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sosiawan Leak Sri Wintala Achmad St Sularto Sudarmoko Sulaiman Tripa Sultan Yohana Suminto A. Sayuti Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Sunudyantoro Suroto Surya Lesmana Suryanto Sastroatmodjo Susianna Sutan Takdir Alisjahbana Sutardi Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Suwardi Endraswara Syaiful Amin Syarif Hidayat Santoso Syarifudin Syifa Amori Syifa Aulia Tajuddin Noor Ganie Tantri Pranashinta Tanzil Hernadi Taufik Ikram Jamil Taufiq Wr. Hidayat Teguh Winarsho AS Tengsoe Tjahjono Th. Sumartana Theo Uheng Koban Uer Theresia Purbandini Thowaf Zuharon Tien Rostini Titian Sandhyati Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Tjoet Nyak Dhien Toef Jaeger Toko Buku Murah PUstaka puJAngga Lamongan Tri Wahono Triyanto Triwikromo Tu-ngang Iskandar Tulus Wijanarko Udin Badruddin Udo Z. Karzi Umar Fauzi Umbu Landu Paranggi Umi Laila Sari Umi Lestari Universitas Indonesia Untung Wahyudi Virdika Rizky Utama Vyan Taswirul Afkar W.S. Rendra Wahyu Prasetya Wahyudi Akmaliah Muhammad Wawan Eko Yulianto Wawancara Welly Adi Tirta Widi Wastuti Wiji Thukul Wisnu Kisawa Wiwik Widayaningtias Y. Thendra BP Yona Primadesi Yosephine Maryati Yosi M Giri Yudhis M. Burhanuddin Yulizar Fadli Yurnaldi Yusri Fajar Yuyuk Sugarman Zainal Arifin Thoha Zaki Zubaidi Zamakhsyari Abrar Zawawi Se Zehan Zareez Zulkarnain Zubairi