Dina Oktaviani
http://indopos.co.id/
''Aku tak bisa menanggung lagi, Al.'' Vi memulai kesedihannya; bersedih lagi setelah berusaha bertahan untuk beberapa hari dalam keriangan palsu, selalu palsu.
''Kau tahu aku mencintainya seperti anakku sendiri, kau tahu, kan?''
Aku mengerdip, bukan untuk menjawabnya.
Ya, itulah kenapa aku merelakanmu mencintainya. Laki-laki lain, yang punya tanggal lahir yang sama denganku, yang tinggal tak jauh dari rumahmu. Seperti apa rupanya aku hanya tahu dari foto-foto berukuran kecil di telepon genggammu.
Namanya Mein --Vi melafalkannya seperti kata ''mine'' dalam bahasa Inggris. Setelah satu bulan Vi mengenal dan berpacaran dengan anak muda itu, aku kembali dari Amerika dan memintanya hidup bersama denganku, mengingat empat tahun yang pernah kami lalui bersama. Dan mengingat betapa dia satu-satunya orang yang selalu benar-benar kusayangi. Juga betapa aku tahu hanya aku yang selalu dicintainya sebagai kekasih. Baru setelah Mein memutuskannya, Vi menerima tawaranku. Aku tinggal di rumahnya.
Aku masih ingat, Vi menangis malam itu. Dia merasa sungguh tak tahu apa salahnya. Dia menyambut kedatanganku kembali ke dalam hidupnya dengan mengatakan betapa dia mencintai seseorang dan betapa seseorang telah mematahkan hatinya. Satu hal lagi, betapa dia hanya bisa menceritakan semuanya kepadaku. Ke-pa-da-ku.
Aku membawakan Vi bir hitam seperti selalu. Dia meminumnya setengah kaleng lalu menciumiku dengan rakus. Setelah puas menatap wajahku di akhir ciuman-ciumannya, Vi meringkuk di ketiakku dan mulai mengeluh lagi.
''Hanya karena aku tak menceritakan masalahku? Hanya karena aku menangis malam itu?''
Dia pun menangis lagi malam itu.
''Jika kau tahu betapa sakitnya aku menunggu terjadinya hubungan itu dahulu. Menjalani hari-hari, minggu-minggu di mana harapan-harapan yang manis meluncur deras sementara kepastian hanya dalam mimpi-mimpiku. Aku telah menjadi canggung dan kehilangan kepercayaan diri. Aku merasa sangat tidak pantas mendapatkannya. Kapan, coba, kapan terakhir kali aku gagal merebut hati orang yang kuinginkan? Aku bisa mendapatkan tiga orang dalam tiga minggu itu. Tapi tidak kuambil kesempatan-kesempatan itu. Aku hanya menginginkannya. Dan aku tidak yakin apakah aku bisa memenangkan hatinya.
''Dan tahukah, aku tidak merasa amat jatuh cinta padanya. Aku tidak meledak-ledak seperti --kau tahu. Aku menyayanginya dari dalam, pelahan-lahan, seperti membiarkan sebuah tanaman terus tumbuh di dalam hatiku, di dalam diriku, sampai seseorang di luar diriku bersedia merawatnya bersamaku.
''Kini tanaman itu telah menguasai seluruh diriku, mencengkeramku dari dalam tanpa seorang pun dapat menyadarinya. Dan tepat pada saat ini! Tepat pada saat ini, Al, ia menyuruhku merawat tanaman itu sendirian?''
Vi telah mencengkeram salah satu bagian kemejaku seperti pelacur yang marah kepada seorang bajingan. Aku tak mengatakan apa-apa. Aku tidak tahu apa yang kurasakan. Mungkin aku merasa sedih, sebab mataku agak perih, tapi tidak tahu untuk apa. Untuk mengalihkan perasaan ini aku hanya memandang ke sembarang arah dan mengedip-kedipkan mataku dengan kaku.
''Oh, Al. Adakah tanaman besar ini akan menguatkanku atau menumbangkanku sendirian...''
Aku tetap diam. Vi mulai terpejam.
Aku ingin menciumnya pada saat-saat seperti ini. Tak seperti malam itu, Vi duduk di meja makan. Mengisap rokok kreteknya pelan-pelan untuk menghilangkan kesan bingung. Menundukkan kepala dan mengangkatnya kembali bukan untuk menatap apa pun. Dia menggigit bibirnya sesekali. Saat beradu pandang dengan mataku, matanya penuh rasa bersalah. Dia telah lupa dirinya. Dia suci bagai santa di dunia sekuler saat ini. Aku tidak begitu yakin bagian mana yang ingin kucium, bibirnya atau kakinya yang gemetar?
''Kali ini, Al. Ia tidak mau lagi tidur denganku. Tidak,'' katanya memulai lagi.
Oh, aku telah mendengar berita macam ini berulang kali, dan selalu akhirnya mereka melakukannya lagi. Lagi dan lagi seperti para kekasih muda yang selalu lemah dan ragu-ragu. Pertama kali aku mendengar pengulangan ini, aku mengingatkannya akan saat sebelumnya. Namun Vi mendesak bahwa ada hal khusus dari berita serupa kali itu.
Aku ingat waktu Vi menceritakan bagian ini: ''Aku mendengar ia memadamkan lampu kamar dan mengunci pintu, lalu menyusulku ke tempat tidur. Ia berbaring di sebelahku. Aku tahu ia yakin aku belum tidur. Dengan sikap yang angkuh dan ragu-ragu ia menempelkan telapak kakinya ke kakiku, begitu samar. Hanya karena hatiku begitu peka akibat mencintainya begitu besarlah aku bisa merasakan sentuhan itu.
''Aku diam beberapa saat, kemudian dengan keraguan yang sama, tapi tanpa keangkuhan, aku menyilangkan kakiku yang lain ke pinggangnya. Ia tidak mengelak! Tak lama kemudian ia berpaling ke arahku, menempelkan wajahnya sangat dekat ke wajahku sehingga kami bahkan tak bisa bertatapan. Kami berciuman. Dan seakan begitu merindukanku, ia mendekap dan menciumiku dengan tenaga yang besar. Kami melakukannya! Lagi! Begitu indah!''
Setelah bagian ini Vi tiba-tiba terdiam, menarik, dan menghembuskan napas dengan berat, lalu melanjutkan: ''Setelah semuanya selesai, Al, ia menggeser tubuhnya dengan cepat, menjauhi tubuhku. Aku menatapnya dalam gelap. Ia tampak tidak senang, sangat berubah! Menjawab tatapanku, ia berkata, 'Sudah, ya. Kamu bukan pacarku lagi. Sebaiknya kita berteman saja. Aku merasa tidak enak dengan ini semua. Kamu tidak apa-apa 'kan?' Lalu ia tersenyum padaku. Berusaha tersenyum, tepatnya.
''Pada kali ini hatiku telah terlatih untuk tidak secara langsung mengirimkan energi sedih ke wajahku. Aku juga tidak bilang 'terakhir untuk hari ini' dengan gaya penuh humor untuk menutupi kekecewaanku atau kesedihanku. Aku tersenyum kepadanya dan bilang 'oke'.
''Tapi sekarang aku merasa itu adalah jawaban yang buruk. Paling buruk! Sebab beberapa jam kemudian ia tampak inferior, seperti sedang merasa tak berharga karena aku tak menunjukkan perhatianku yang besar seperti biasa, perhatianku yang tulus dan dungu. Aku amat merasa bersalah. Dan seperti biasa, aku merasa menanggung seluruh kesalahan yang pernah kulakukan, khususnya padanya, sekaligus dalam satu waktu.
''Apa yang seharusnya kulakukan, Al? Tanggal lahir kalian sama, apa yang laki-laki seperti kalian ingin kulakukan? Aku sungguh putus asa.''
Aku tidak mengatakan apa-apa waktu itu. Tapi tiba-tiba pada saat itu aku mempercayai astrologi. Aku berpikir, barangkali laki-laki seperti kami memang ditakdirkan tidak pandai mengungkapkan perasaan. Kami menyayangi seseorang selalu dengan cara yang tidak diharapkan. Kami pasif. Dan lebih sering lagi angkuh. Aku tak pernah bilang aku mencintainya, kupikir anak muda itu juga tidak pernah. Tapi selama empat tahun Vi tentu telah sangat menyadari betapa aku mencintainya.
Karena kepasifan dan keangkuhanku, aku pun tak pernah mengatakan betapa aku merasakan suatu gangguan yang menyakitkan entah di mana setiap kali dia menceritakan betapa dia mencintai orang lain, tak peduli apakah orang itu melukainya atau tidak. Betapapun Vi mengatakan dia mencintai mantan pacarnya seperti seorang anak, aku tetap merasakan gangguan itu. Bagaimanapun, aku mengetahui bahwa hubungan seks pertamanya terjadi dengan abangnya sendiri meski justru pada kasus itu Vi sama sekali tidak menyayangi saudaranya yang barbar itu. Maksudku, incess bukanlah hal yang mustahil di sini.
Sekarang aku hanya bisa menunggu ada hal khusus apa lagi mengenai berita yang mematahkan hati itu.
''Ia tidak mengatakan apa-apa lagi. Ia tidak bilang 'ini yang terakhir ya' atau 'sebaiknya kita benar-benar berteman saja' atau 'aku merasa tidak enak terus-terusan melakukan ini'. Sekarang, jika aku tidur di tempat tidurnya, ia akan menahan kantuk sampai pagi, sampai siang. Jika aku tetap bertahan di tempat tidurnya, ia akan akhirnya tidur di ruang tengah.
''Apa yang telah kulakukan? Dan apa yang telah kulakukan kali ini? Bukan tidur itu soalnya. Bukan itu. Aku hanya ingin menyentuhnya. Aku hanya ingin mencium bau dari tubuhnya. Aku hanya ingin berada di dekatnya, dan merasakan dalam-dalam betapa ia pernah begitu mencintaiku --atau betapa aku pernah merasa ia begitu mencintaiku, dan betapa aku telah kehilangan dirinya, dan cintanya. Dan sementara meresapi pikiran-pikiran itu, aku bisa menahan tangisanku dengan menyadari bahwa ia berada di dekatku saat itu, menemaniku melewatkan kesedihan dan akan membiarkanku mengurusnya lagi seperti sebelum-sebelumnya, seperti anakku sendiri. Dan itu membuatku merasa penuh.
''Dan kini tidak akan ada saat-saat seperti itu lagi, Al. Sama sekali.''
Vi mengisap rokoknya dan mengembuskan asapnya samar-samar. Aku masih saja diam, bermain-main dengan pikiranku sendiri. Seandainya Mein itu lenyap sepenuhnya, akankah Vi berhenti membicarakannya, berhenti bersedih dan berhenti menangis? Seandainya Mein itu tak ada, akankah Vi menjadi milikku sepenuhnya? Seandainya Mein itu mati, akankah Vi mencintaiku sesadar-sadarnya?
Sebelum rokok di tangannya habis, tiba-tiba Vi menubrukku dengan ciuman-ciumannya. Dan sepanjang malam itu kami seolah baik-baik saja. (*)
Wahyaning wahyu tumelung, tulus tan kena tinegor (wirid hidayat jati, R.Ng. Ronggowarsito)
Rabu, 04 Februari 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Label
A Rodhi Murtadho
A. Aziz Masyhuri
A. Qorib Hidayatullah
A. Zakky Zulhazmi
A.J. Susmana
A.S. Laksana
Aa Maulana
Abdi Purnomo
Abdul Azis Sukarno
Abdul Aziz Rasjid
Abdul Hadi W.M.
Abdul Kadir Ibrahim
Abdul Lathief
Abdul Wachid B.S.
Abdurrahman Wahid
Abidah El Khalieqy
Acep Zamzam Noor
Ach. Sulaiman
Achdiar Redy Setiawan
Adhitia Armitrianto
Adhitya Ramadhan
Adi Marsiela
Adi Prasetyo
Afrizal Malna
Ags. Arya Dipayana
Aguk Irawan MN
Agunghima
Agus B. Harianto
Agus Buchori
Agus M. Irkham
Agus Noor
Agus R. Sarjono
Agus R. Subagyo
Agus Sri Danardana
Agus Sulton
Agus Wibowo
Aguslia Hidayah
Ahda Imran
Ahmad Fatoni
Ahmad Hasan MS
Ahmad Ikhwan Susilo
Ahmad Kekal Hamdani
Ahmad Khotim Muzakka
Ahmad Rafiq
Ahmad Sahal
Ahmad Syubbanuddin Alwy
Ahmad Yulden Erwin
Ahmad Zaini
Ahmadun Yosi Herfanda
Ajip Rosidi
Akhiriyati Sundari
Akhmad Sekhu
Akmal Nasery Basral
Alex R. Nainggolan
Ali Ibnu Anwar
Ali Murtadho
Alia Swastika
Alunk S Tohank
Amanda Stevi
Amien Kamil
Amien Wangsitalaja
Anes Prabu Sadjarwo
Anindita S Thayf
Aning Ayu Kusuma
Anjrah Lelono Broto
Anton Kurnia
Anton Suparyanto
Anugrah Gio Pratama
Anung Wendyartaka
Aprinus Salam
Ardi Bramantyo
Arie MP Tamba
Arief Junianto
Arif Bagus Prasetyo
Aris Setiawan
Arman AZ
Arswendo Atmowiloto
Arti Bumi Intaran
AS Sumbawi
Asarpin
Asep Dudinov Ar
Asep Sambodja
Asvi Warman Adam
Awalludin GD Mualif
Ayung Notonegoro
Bagja Hidayat
Balada
Bale Aksara
Balok Sf
Bambang Kariyawan Ys
Bambang Kempling
Bandung Mawardi
Baridul Islam Pr
Bayu Agustari Adha
Beni Setia
Benny Arnas
Benny Benke
Berita
Berita Utama
Bernando J. Sujibto
Berthold Damshauser
Binhad Nurrohmat
Boni Dwi Pramudyanto
Bonnie Triyana
Boy Mihaballo
Bre Redana
Brunel University London
Budi Darma
Budi Hutasuhut
Budi P. Hatees
Budiman Sudjatmiko
Bulqia Mas’ud
Bung Tomo
Burhanuddin Bella
Cak Kandar
Catatan
Cerbung
Cerpen
Chairil Anwar
Chairul Abshar
Chamim Kohari
Chandra Johan
Chavchay Syaifullah
Cover Buku
Cucuk Espe
D. Dudu AR
D. Kemalawati
D. Zawawi Imron
Dadang Kusnandar
Dahono Fitrianto
Dahta Gautama
Damhuri Muhammad
Dami N. Toda
Damiri Mahmud
Danarto
Daniel Paranamesa
Darju Prasetya
Darmanto Jatman
David Krisna Alka
Deddy Arsya
Dedi Muhtadi
Dedy Tri Riyadi
Deni Andriana
Denny JA
Denny Mizhar
Deny Tri Aryanti
Dewi Rina Cahyani
Dian
Dian Hartati
Dian Sukarno
Dina Oktaviani
Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan
Dino Umahuk
Djadjat Sudradjat
Djoko Pitono
Djoko Saryono
Dorothea Rosa Herliany
Dwi Cipta
Dwi Fitria
Dwi Pranoto
Dwi S. Wibowo
Dwi Wiyana
Dwicipta
E. Syahputra
Ebiet G. Ade
Eddy Flo Fernando
Edi Sembiring
Edy Firmansyah
Eep Saefulloh Fatah
Eka Budianta
Eka Fendri Putra
Eka Kurniawan
Ekky Siwabessy
Eko Darmoko
Elnisya Mahendra
Emha Ainun Nadjib
Emil WE
Endah Wahyuningsih
Endhiq Anang P
Erwin Y. Salim
Esai
Esha Tegar Putra
Evan Ys
Evi Idawati
F Rahardi
Fahmi
Fahrudin Nasrulloh
Faidil Akbar
Faisal Kamandobat
Faiz Manshur
Fajar Kurnianto
Fajar Setiawan Roekminto
Fakhrunnas MA Jabbar
Farid Gaban
Fathan Mubarak
Fathurrahman Karyadi
Fatkhul Anas
Fazar Muhardi
Febby Fortinella Rusmoyo
Felik K. Nesi
Festival Sastra Gresik
Fikri. MS
Fitri Yani
Frans Ekodhanto
Frans Sartono
Franz Kafka
Fredric Jameson
Friedrich Nietzsche
Fuad Anshori
Fuska Sani Evani
G30S/PKI
Gampang Prawoto
Ganug Nugroho Adi
Geger Riyanto
Gerakan Surah Buku (GSB)
Gerson Poyk
Gibb
Gilang Abdul Aziz
Ging Ginanjar
Gita Pratama
Goenawan Mohamad
Grathia Pitaloka
Gugun El-Guyanie
Gunoto Saparie
Gusti Eka
H.B. Jassin
Hadi Napster
Hadriani Pudjiarti
Halim H.D.
Hamdy Salad
Han Gagas
Handoko Adinugroho
Happy Ied Mubarak
Hardi Hamzah
Harfiyah Widiawati
Hari Puisi Indonesia (HPI)
Hari Santoso
Harie Insani Putra
Haris del Hakim
Haris Priyatna
Hary B Kori’un
Hasan Junus
Hasif Amini
Hasnan Bachtiar
Hasta Indriyana
Helmi Y Haska
Helwatin Najwa
Hendra Sugiantoro
Hendri R.H
Hendry CH Bangun
Henry Ismono
Hepi Andi Bastoni
Heri KLM
Heri Latief
Herie Purwanto
Herman Rn
Heru CN
Heru Joni Putra
Hudan Hidayat
Hudan Nur
I Nyoman Darma Putra
I Nyoman Suaka
I Nyoman Tingkat
I Tito Sianipar
Ibnu Wahyudi
Icha Rastika
Idha Saraswati
Ignas Kleden
Ignatius Haryanto
Ilenk Rembulan
Ilham Q Moehiddin
Ilham Yusardi
Imam Muhtarom
Imamuddin SA
Iman Budhi Santosa
Imron Rosyid
Imron Tohari
Indira Permanasari
Indra Intisa
Indra Tjahyadi
Indra Tranggono
Irfan Budiman
Ismi Wahid
Istiqamatunnisak
Iwan Komindo
Iwan Kurniawan
Iwan Nurdaya Djafar
Iyut FItra
Izzatul Jannah
J Anto
J.S. Badudu
Jafar M. Sidik
Jamal D Rahman
Jamal T. Suryanata
Jamil Massa
Janual Aidi
Januardi Husin
Javed Paul Syatha
Jefri al Malay
JJ Kusni
JJ Rizal
Jo Batara Surya
Jodhi Yudono
Johan Khoirul Zaman
Joko Pinurbo
Joko Sandur
Joni Ariadinata
Joss Wibisono
Jual Buku Paket Hemat
Judyane Koz
Jusuf AN
Karkono
Kasnadi
Katrin Bandel
Kedai Kopi Sastra
Kedung Darma Romansha
Ken Rahatmi
Khairul Amin
Khairul Mufid Jr
Khoshshol Fairuz
Kirana Kejora
Koh Young Hun
Komang Ira Puspitaningsih
Komunitas Deo Gratias
Kostela (Komunitas Sastra Teater Lamongan)
Kritik Sastra
Kurniawan
Kurniawan Junaedhie
Lan Fang
Lathifa Akmaliyah
Latief S. Nugraha
Leila S. Chudori
Lela Siti Nurlaila
Lidia Mayangsari
Lie Charlie
Liestyo Ambarwati Khohar
Liza Wahyuninto
Lukas Adi Prasetyo
Luky Setyarini
Lutfi Mardiansyah
M Fadjroel Rachman
M. Arman A.Z
M. Arwan Hamidi
M. Faizi
M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S
M. Mustafied
M. Nahdiansyah Abdi
M. Shoim Anwar
M. Taufan Musonip
M. Yoesoef
M.D. Atmaja
Mahdi Idris
Mahfud Ikhwan
Mahmud Jauhari Ali
Mahwi Air Tawar
Mainteater Bandung
Maman S. Mahayana
Manneke Budiman
Mardi Luhung
Marhalim Zaini
Maria Bo Niok
Mario F. Lawi
Mark Hanusz
Marsudi Fitro Wibowo
Martin Aleida
Martin Suryajaya
Marwanto
Maryati
Mashuri
Matdon
Matroni A. el-Moezany
Maya Mustika K.
Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia
Menggugat Tanggung Jawab Kepenyairan Sutardji Calzoum Bachri
Mezra E. Pellondou
MG. Sungatno
Mh Zaelani Tammaka
Mihar Harahap
Mila Novita
Misbahus Surur
Muhajir Arrosyid
Muhammad Al-Fayyadl
Muhammad Ali Fakih
Muhammad Amin
Muhammad Antakusuma
Muhammad Iqbal
Muhammad Muhibbuddin
Muhammad Nanda Fauzan
Muhammad Rain
Muhammad Yasir
Muhammad Zuriat Fadil
Muhammadun A.S
Mulyadi J. Amalik
Munawir Aziz
Murparsaulian
Musdalifah Fachri
Musfi Efrizal
Mustafa Ismail
Mustofa W. Hasyim
N. Syamsuddin CH. Haesy
Naskah Teater
Nazaruddin Azhar
Nelson Alwi
Nenden Lilis A
Neni Nureani
Ni Putu Rastiti
Nirwan Dewanto
Nita Zakiyah
Noor H. Dee
Noval Jubbek
Novel
Nur Faizah
Nur Syam
Nur Wahida Idris
Nurani Soyomukti
Nurdin Kalim
Nurel Javissyarqi
Nurrudien Asyhadie
Nurul Anam
Nurul Hadi Koclok
Nurur Rokhmah Bintari
Nuryana Asmaudi
Odi Shalahuddin
Oei Hiem Hwie
Okky Madasari
Okta Adetya
Olivia Kristina Sinaga
Otto Sukatno CR
Oyos Saroso HN
Pablo Neruda
Pamusuk Eneste
Pandu Radea
Parakitri
Parulian Scott L. Tobing
PDS H.B. Jassin
Pengantar Buku Kritik Sastra
Pepih Nugraha
Pesan Al Quran untuk Sastrawan
Petrik Matanasi
Pipiet Senja
Pitoyo Boedi Setiawan
Ponorogo
Pramoedya Ananta Toer
Pringadi Abdi Surya
Prof Dr Faisal Ismail MA
Prosa
Puisi
PuJa
Puji Santosa
Pungkit Wijaya
PUstaka puJAngga
Putri Utami
Putu Setia
Putu Wijaya
R. Toto Sugiharto
Radhar Panca Dahana
Ragil Supriyatno Samid
Rahmat Sudirman
Rakai Lukman
Rakhmat Giryadi
Ramadhan Batubara
Ramadhan Pohan
Rameli Agam
Ramon Damora
Ranang Aji SP
Ratih Kumala
Ratna Ajeng Tejomukti
Ratu Selvi Agnesia
Raudal Tanjung Banua
Reko Alum
Reny Sri Ayu
Resensi
Revolusi
RF. Dhonna
Riadi Ngasiran
Ribut Wijoto
Rinto Andriono
Riris K. Toha-Sarumpaet
Risang Anom Pujayanto
Robin Dos Santos Soares
Rodli TL
Rofiqi Hasan
Rosdiansyah
Rukardi
S Yoga
S. Jai
S. Satya Dharma
S.I. Poeradisastra
S.W. Teofani
Sabiq Carebesth
Sabpri Piliang
Sabrank Suparno
Sahaya Santayana
Saifur Rohman
Sainul Hermawan
Sajak
Sal Murgiyanto
Salamet Wahedi
Salman Rusydie Anwar
Salyaputra
Samsudin Adlawi
Sandipras
Sanggar Pasir
Sapardi Djoko Damono
Sarabunis Mubarok
Saroni Asikin
Sartika Dian Nuraini
Sastra
Sastra Perlawanan
Sastri Sunarti
Satmoko Budi Santoso
Saut Situmorang
Sejarah
Sekolah Literasi Gratis (SLG)
Sekolah Literasi Gratis (SLG) STKIP Ponorogo
Seno Gumira Ajidarma
Seno Joko Suyono
Sergi Sutanto
Shafwan Hadi Umry
Shiny.ane el’poesya
Sholihul Huda
Sigit Susanto
Sihar Ramses Simatupang
Sita Planasari A
Siti Irni Nidya Nurfitri
Siti Rutmawati
Siti Sa’adah
Sitok Srengenge
Siwi Dwi Saputro
Sjifa Amori
Sofian Dwi
Sofyan RH. Zaid
Soni Farid Maulana
Sony Prasetyotomo
Sosiawan Leak
Sri Wintala Achmad
St Sularto
Sudarmoko
Sulaiman Tripa
Sultan Yohana
Suminto A. Sayuti
Sunaryono Basuki Ks
Sungatno
Sunlie Thomas Alexander
Sunu Wasono
Sunudyantoro
Suroto
Surya Lesmana
Suryanto Sastroatmodjo
Susianna
Sutan Takdir Alisjahbana
Sutardi
Sutardji Calzoum Bachri
Sutejo
Suwardi Endraswara
Syaiful Amin
Syarif Hidayat Santoso
Syarifudin
Syifa Amori
Syifa Aulia
Tajuddin Noor Ganie
Tantri Pranashinta
Tanzil Hernadi
Taufik Ikram Jamil
Taufiq Wr. Hidayat
Teguh Winarsho AS
Tengsoe Tjahjono
Th. Sumartana
Theo Uheng Koban Uer
Theresia Purbandini
Thowaf Zuharon
Tien Rostini
Titian Sandhyati
Tjahjono Widarmanto
Tjahjono Widijanto
Tjoet Nyak Dhien
Toef Jaeger
Toko Buku Murah PUstaka puJAngga Lamongan
Tri Wahono
Triyanto Triwikromo
Tu-ngang Iskandar
Tulus Wijanarko
Udin Badruddin
Udo Z. Karzi
Umar Fauzi
Umbu Landu Paranggi
Umi Laila Sari
Umi Lestari
Universitas Indonesia
Untung Wahyudi
Virdika Rizky Utama
Vyan Taswirul Afkar
W.S. Rendra
Wahyu Prasetya
Wahyudi Akmaliah Muhammad
Wawan Eko Yulianto
Wawancara
Welly Adi Tirta
Widi Wastuti
Wiji Thukul
Wisnu Kisawa
Wiwik Widayaningtias
Y. Thendra BP
Yona Primadesi
Yosephine Maryati
Yosi M Giri
Yudhis M. Burhanuddin
Yulizar Fadli
Yurnaldi
Yusri Fajar
Yuyuk Sugarman
Zainal Arifin Thoha
Zaki Zubaidi
Zamakhsyari Abrar
Zawawi Se
Zehan Zareez
Zulkarnain Zubairi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar