Kamis, 05 Mei 2011

Layang-layang

Han Gagas
Minggu Pagi Jogja, 1 Mei 2011

Ia tak melihat, sehelai daun melayang dengan pelan dan lembut, sedikit memutar, lalu rebah di bahu kirinya. Daun itu masih saja bergerak pelan, ketika ia menoleh ke kiri, dan melekatkan matanya lebih kuat pada sesuatu yang gelap di sana.

Sesaat setelah kepala gadis kecil itu kembali bergerak ke depan, sehelai daun itu telah menetap dengan baik di posisinya, di atas bahu kecil nan rapuh itu, sepertinya getah telah membuatnya begitu lengket.

Gerimis mulai jatuh satu-satu, sebagian menimpa pohon kurus yang tegak di samping kiri gadis kecil itu, dan sebagian menimpa tiang lampu yang berpendar terlalu halus di sebelah kanan. Kelam perlahan-lahan menyapu, menyuramkan sepasang kaki dan tangan gadis kecil yang memegang payung. Tiang berlampu suram dan pohon kurus yang mengapitnya terpasak dengan enggan.

Ia membuka payung, dan dengan tangan kanannya mengangkat payung itu tak terlalu tinggi di atas kepala.

Kepala gadis kecil itu bergoyang seperti kelinci yang resah lalu menoleh ke belakang. Sejenak kemudian, kakinya telah melangkah mundur sejengkal. Saat tubuhnya menekuk duduk di bangku belakang tiang lampu, kabut mulai berpendar, ia menoleh ke kanan, gelap juga membentang di sana.

Kepalanya kembali menatap lurus ke depan, hanya terlihat siluet jalan yang panjang meliuk-liuk. Lampu berjajar di beberapa titik di kanan kiri jalan tapi cahayanya begitu muram, memberkas pada dedaunan cemara dan menimpa pada batangnya yang berdiri teratur, membuat bentangan bayang yang samar-samar di jalan.

Hujan rintik-rintik makin kerap jatuh, terdengar seperti kecipak air dari arah sungai. Saat ia merasa telah begitu lelah menanti, kabut perlahan-lahan menyapu pandangnya, dan ia makin tak mampu melihat jalan dengan jelas.

Ia selalu merasa ada bayangan ayahnya yang gelap di sudut kanan sana, dan ada bayangan ibunya di ujung kiri yang jauh. Saat itu, ia tak ingin berpikir terlalu keras untuk melangkahkan kakinya ke kanan atau ke kiri, ia ingin seseorang diantara mereka datang menjemput. Namun sebenarnya, ia lebih ingin melihat sorot lampu dari sepeda yang dikayuh memancar mengenai tubuhnya, sepeda meluncur pelan dari jalan yang meliuk-liuk itu.

Kakinya telah pegal sejak sore tadi. Kenapa tak ada yang mengalah untukku? Saat kepalanya mulai mengingat tentang isi pertengkaran yang terjadi diantara orang tuanya, ia merasa melihat sebuah benang yang melayang demikian lembut mengenai bahunya, perlahan benang itu bergerak dibawa angin menyusuri jalan yang meliuk-liuk di depan.

Ketika benang tadi melintasi tubuhnya, ia menyadari ada sehelai daun yang lelap di bahu kiri, tapi pikirannya tak cukup untuk memperhatikan, dan sepertinya, matanya memilih terpaku menatap benang itu yang perlahan menjauh.

Benang itu masih melayang dengan ujungnya yang menyentuh tanah, dan ketika kepalanya sedikit mendongak, gadis kecil itu tahu bahwa benang itu berasal dari layang-layang yang tengah putus. Alangkah kagetnya dia, wajah adik kembarnya, Myrna -bocah yang lenyap tersedot pusaran sungai, melintas dengan wajah pilu di layang-layang itu.

Serentak kedua kakinya berlari mengejar benang layang-layang yang menyusuri kelok jalan. Wajah Myrna melintas pergi dan kembali di layang-layang itu seiring tebal tipisnya kabut dan kelamnya malam yang mulai memasang mantelnya. Namun, ketika gelap begitu sempurna, di mata gadis kecil itu, layang-layang itu begitu benderang, dan wajah Myrna tersenyum beku, apakah udara di atas sana membuatnya begitu kedinginan.

Gadis kecil itu terus berlari dan mulai menyadari bahwa payungnya harus ia tinggalkan agar lebih kencang mengejar. Sesaat setelah payungnya jatuh tergeletak begitu saja di rerumputan jalan, tangan gadis kecil itu berhasil meraih benang layang-layang.

Dan, ketika tangannya menggenggam benang itu, suasana yang ditinggalkannya di belakang menjadi kelabu, pohon-pohon cemara di sepanjang jalan menghitam, dan udara terasa begitu dingin menggigit tulang. Untuk beberapa saat ia merasa ada sesuatu yang melintas seperti bayangan Tuhan atau mungkin setan sehingga membuat bulu kuduknya berdiri, rambut-rambut halus di tangannya menegak, dan pori-pori kulitnya memeka.

Ia tak tahu, ia hanya merasa ada sesuatu yang aneh pada saat benang itu berhasil digenggam. Saat kepalanya memikirkan perasaan aneh yang tiba-tiba datang itu, hatinya kembali berbunga manakala wajah adik kembarnya muncul di layang-layang lagi dan memberi senyum yang paling renyah, lalu tertawa begitu lepas. Ia menarik benang, tapi alangkah beratnya layang-layang itu, dan perasaan aneh kembali datang sesaat setelah tangannya begitu lengket di benang itu, rekat tak bisa lepas.

Ia heran, tak menyadari bahwa sepasang kakinya perlahan naik sedikit demi sedikit. Ia baru mengerti bahwa dirinya terangkat oleh benang layang-layang itu, pada saat matanya melihat pohon-pohon cemara yang pelan-pelan ia tinggalkan di bawah. Kakinya melayang, tubuhnya begitu ringan, serasa kapas, terbang-meninggi, meninggalkan pohon-pohon cemara yang tampak seperti bayangan hitam raksasa.

Tiba-tiba, bayangan raksasa itu meliuk-liuk makin lama makin tak beraturan. Terdengar bunyi mendesing di sekelilingnya, udara yang tadi teramat tenang berubah kalang-kabut, air jatuh menjadi kerikil-kerikil batu, sampah plastik berterbangan, angin menderu di sekelilingnya, badai gasing memutarkan tubuhnya, melemparnya ke mana saja, menyeretnya kemana saja, membetot apa saja.

Angin memusar membawanya pergi, menyeretnya menjauh dari sudut desa dengan pemandangan tiga fitur ganjil: tiang lampu muram, pohon kurus, dan kayu beranda tua. Ia tak mengerti bahwa ayahnya baru saja datang dari arah kanan mengayuh sepeda, begitu terengah-engah. Dari ujung terjauh di seberang, sebelah kiri, ibunya mengendarai mobil melaju demikian cepatnya.

Mereka tiba hampir bertabrakan.

Perempuan itu membuka pintu mobil, lalu membantingnya, ”Dimana anakku?!”

Lelaki itu menyandarkan sepedanya di pohon yang kurus itu perlahan-lahan, lalu mengatur napas yang seperti mau putus, ”Aku tak tahu, bukankah aku datang sesaat sebelum kau datang?”

Pada awalnya mata mereka seperti penuh amarah lalu tampak kebingungan dan perlahan kemudian pendar emosi itu mati sebelum menyalak kembali.

Mereka seketika dikagetkan oleh deru angin gasing dari langit berongga di utara sana. Angin memusar makin ke atas makin membesar, dedaunan terbang, sampah-sampah plastik, kertas, botol-botol, genting rumah, ranting-ranting, seorang bocah kecil, dan sebuah layang-layang. Semua berputar-putar terseret gasing angin.

“Anakku!” Jerit perempuan itu.

Mulut lelaki menganga seperti rongga langit itu, lalu tubuhnya lemas, lunglai.

Gadis kecil senang karena impiannya sejak bayi bisa terbang seperti burung dikabulkan Tuhan. Di kepalanya, ia menyimpulkan, bayangan yang meremangkan kuduknya tadi adalah Tuhan.

Ia tak tahu bahwa ayah dan ibunya menangis tersedu dalam pelukan hujan yang turun demikian deras. Mereka seperti orang yang baru bangun lalu si lelaki mengambil sepeda dan mengayuhnya dengan susah payah ke arah puting beliung yang begitu cepat berlari ke arah bukit, si perempuan tak kalah gesitnya menaiki mobil lalu menderu meninggalkan suaminya.

Gadis kecil tak tahu bahwa daun yang menempel di bahunya telah tersedot pusaran beliung itu, melayang-layang, berpusar bersama dirinya.

Graha Aksara-Solo, 21 Februari 2010.

Han Gagas, cerpennya dimuat pelbagai media massa daerah dan nasional seperti Merapi, Kedaulatan Rakyat, Kompas, Republika, Suara Merdeka, Solopos, JogloSemar, Lampungpost, Gong, Global, Seputar Indonesia, Littera, dll. Menerbitkan buku: Sang Penjelajah Dunia (Republika, 2010), dan novel: Tembang Tolak Bala (LkiS, 2011). Mengelola Bengkel Sastra Cawe-cawe dan anggota redaksi buletin sastra Pawon Solo.

Tidak ada komentar:

Label

A Rodhi Murtadho A. Aziz Masyhuri A. Qorib Hidayatullah A. Zakky Zulhazmi A.J. Susmana A.S. Laksana Aa Maulana Abdi Purnomo Abdul Azis Sukarno Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi W.M. Abdul Kadir Ibrahim Abdul Lathief Abdul Wachid B.S. Abdurrahman Wahid Abidah El Khalieqy Acep Zamzam Noor Ach. Sulaiman Achdiar Redy Setiawan Adhitia Armitrianto Adhitya Ramadhan Adi Marsiela Adi Prasetyo Afrizal Malna Ags. Arya Dipayana Aguk Irawan MN Agunghima Agus B. Harianto Agus Buchori Agus M. Irkham Agus Noor Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sri Danardana Agus Sulton Agus Wibowo Aguslia Hidayah Ahda Imran Ahmad Fatoni Ahmad Hasan MS Ahmad Ikhwan Susilo Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Khotim Muzakka Ahmad Rafiq Ahmad Sahal Ahmad Syubbanuddin Alwy Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Sekhu Akmal Nasery Basral Alex R. Nainggolan Ali Ibnu Anwar Ali Murtadho Alia Swastika Alunk S Tohank Amanda Stevi Amien Kamil Amien Wangsitalaja Anes Prabu Sadjarwo Anindita S Thayf Aning Ayu Kusuma Anjrah Lelono Broto Anton Kurnia Anton Suparyanto Anugrah Gio Pratama Anung Wendyartaka Aprinus Salam Ardi Bramantyo Arie MP Tamba Arief Junianto Arif Bagus Prasetyo Aris Setiawan Arman AZ Arswendo Atmowiloto Arti Bumi Intaran AS Sumbawi Asarpin Asep Dudinov Ar Asep Sambodja Asvi Warman Adam Awalludin GD Mualif Ayung Notonegoro Bagja Hidayat Balada Bale Aksara Balok Sf Bambang Kariyawan Ys Bambang Kempling Bandung Mawardi Baridul Islam Pr Bayu Agustari Adha Beni Setia Benny Arnas Benny Benke Berita Berita Utama Bernando J. Sujibto Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Boni Dwi Pramudyanto Bonnie Triyana Boy Mihaballo Bre Redana Brunel University London Budi Darma Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Budiman Sudjatmiko Bulqia Mas’ud Bung Tomo Burhanuddin Bella Cak Kandar Catatan Cerbung Cerpen Chairil Anwar Chairul Abshar Chamim Kohari Chandra Johan Chavchay Syaifullah Cover Buku Cucuk Espe D. Dudu AR D. Kemalawati D. Zawawi Imron Dadang Kusnandar Dahono Fitrianto Dahta Gautama Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Danarto Daniel Paranamesa Darju Prasetya Darmanto Jatman David Krisna Alka Deddy Arsya Dedi Muhtadi Dedy Tri Riyadi Deni Andriana Denny JA Denny Mizhar Deny Tri Aryanti Dewi Rina Cahyani Dian Dian Hartati Dian Sukarno Dina Oktaviani Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan Dino Umahuk Djadjat Sudradjat Djoko Pitono Djoko Saryono Dorothea Rosa Herliany Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Pranoto Dwi S. Wibowo Dwi Wiyana Dwicipta E. Syahputra Ebiet G. Ade Eddy Flo Fernando Edi Sembiring Edy Firmansyah Eep Saefulloh Fatah Eka Budianta Eka Fendri Putra Eka Kurniawan Ekky Siwabessy Eko Darmoko Elnisya Mahendra Emha Ainun Nadjib Emil WE Endah Wahyuningsih Endhiq Anang P Erwin Y. Salim Esai Esha Tegar Putra Evan Ys Evi Idawati F Rahardi Fahmi Fahrudin Nasrulloh Faidil Akbar Faisal Kamandobat Faiz Manshur Fajar Kurnianto Fajar Setiawan Roekminto Fakhrunnas MA Jabbar Farid Gaban Fathan Mubarak Fathurrahman Karyadi Fatkhul Anas Fazar Muhardi Febby Fortinella Rusmoyo Felik K. Nesi Festival Sastra Gresik Fikri. MS Fitri Yani Frans Ekodhanto Frans Sartono Franz Kafka Fredric Jameson Friedrich Nietzsche Fuad Anshori Fuska Sani Evani G30S/PKI Gampang Prawoto Ganug Nugroho Adi Geger Riyanto Gerakan Surah Buku (GSB) Gerson Poyk Gibb Gilang Abdul Aziz Ging Ginanjar Gita Pratama Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gugun El-Guyanie Gunoto Saparie Gusti Eka H.B. Jassin Hadi Napster Hadriani Pudjiarti Halim H.D. Hamdy Salad Han Gagas Handoko Adinugroho Happy Ied Mubarak Hardi Hamzah Harfiyah Widiawati Hari Puisi Indonesia (HPI) Hari Santoso Harie Insani Putra Haris del Hakim Haris Priyatna Hary B Kori’un Hasan Junus Hasif Amini Hasnan Bachtiar Hasta Indriyana Helmi Y Haska Helwatin Najwa Hendra Sugiantoro Hendri R.H Hendry CH Bangun Henry Ismono Hepi Andi Bastoni Heri KLM Heri Latief Herie Purwanto Herman Rn Heru CN Heru Joni Putra Hudan Hidayat Hudan Nur I Nyoman Darma Putra I Nyoman Suaka I Nyoman Tingkat I Tito Sianipar Ibnu Wahyudi Icha Rastika Idha Saraswati Ignas Kleden Ignatius Haryanto Ilenk Rembulan Ilham Q Moehiddin Ilham Yusardi Imam Muhtarom Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Rosyid Imron Tohari Indira Permanasari Indra Intisa Indra Tjahyadi Indra Tranggono Irfan Budiman Ismi Wahid Istiqamatunnisak Iwan Komindo Iwan Kurniawan Iwan Nurdaya Djafar Iyut FItra Izzatul Jannah J Anto J.S. Badudu Jafar M. Sidik Jamal D Rahman Jamal T. Suryanata Jamil Massa Janual Aidi Januardi Husin Javed Paul Syatha Jefri al Malay JJ Kusni JJ Rizal Jo Batara Surya Jodhi Yudono Johan Khoirul Zaman Joko Pinurbo Joko Sandur Joni Ariadinata Joss Wibisono Jual Buku Paket Hemat Judyane Koz Jusuf AN Karkono Kasnadi Katrin Bandel Kedai Kopi Sastra Kedung Darma Romansha Ken Rahatmi Khairul Amin Khairul Mufid Jr Khoshshol Fairuz Kirana Kejora Koh Young Hun Komang Ira Puspitaningsih Komunitas Deo Gratias Kostela (Komunitas Sastra Teater Lamongan) Kritik Sastra Kurniawan Kurniawan Junaedhie Lan Fang Lathifa Akmaliyah Latief S. Nugraha Leila S. Chudori Lela Siti Nurlaila Lidia Mayangsari Lie Charlie Liestyo Ambarwati Khohar Liza Wahyuninto Lukas Adi Prasetyo Luky Setyarini Lutfi Mardiansyah M Fadjroel Rachman M. Arman A.Z M. Arwan Hamidi M. Faizi M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S M. Mustafied M. Nahdiansyah Abdi M. Shoim Anwar M. Taufan Musonip M. Yoesoef M.D. Atmaja Mahdi Idris Mahfud Ikhwan Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Mainteater Bandung Maman S. Mahayana Manneke Budiman Mardi Luhung Marhalim Zaini Maria Bo Niok Mario F. Lawi Mark Hanusz Marsudi Fitro Wibowo Martin Aleida Martin Suryajaya Marwanto Maryati Mashuri Matdon Matroni A. el-Moezany Maya Mustika K. Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia Menggugat Tanggung Jawab Kepenyairan Sutardji Calzoum Bachri Mezra E. Pellondou MG. Sungatno Mh Zaelani Tammaka Mihar Harahap Mila Novita Misbahus Surur Muhajir Arrosyid Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Ali Fakih Muhammad Amin Muhammad Antakusuma Muhammad Iqbal Muhammad Muhibbuddin Muhammad Nanda Fauzan Muhammad Rain Muhammad Yasir Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun A.S Mulyadi J. Amalik Munawir Aziz Murparsaulian Musdalifah Fachri Musfi Efrizal Mustafa Ismail Mustofa W. Hasyim N. Syamsuddin CH. Haesy Naskah Teater Nazaruddin Azhar Nelson Alwi Nenden Lilis A Neni Nureani Ni Putu Rastiti Nirwan Dewanto Nita Zakiyah Noor H. Dee Noval Jubbek Novel Nur Faizah Nur Syam Nur Wahida Idris Nurani Soyomukti Nurdin Kalim Nurel Javissyarqi Nurrudien Asyhadie Nurul Anam Nurul Hadi Koclok Nurur Rokhmah Bintari Nuryana Asmaudi Odi Shalahuddin Oei Hiem Hwie Okky Madasari Okta Adetya Olivia Kristina Sinaga Otto Sukatno CR Oyos Saroso HN Pablo Neruda Pamusuk Eneste Pandu Radea Parakitri Parulian Scott L. Tobing PDS H.B. Jassin Pengantar Buku Kritik Sastra Pepih Nugraha Pesan Al Quran untuk Sastrawan Petrik Matanasi Pipiet Senja Pitoyo Boedi Setiawan Ponorogo Pramoedya Ananta Toer Pringadi Abdi Surya Prof Dr Faisal Ismail MA Prosa Puisi PuJa Puji Santosa Pungkit Wijaya PUstaka puJAngga Putri Utami Putu Setia Putu Wijaya R. Toto Sugiharto Radhar Panca Dahana Ragil Supriyatno Samid Rahmat Sudirman Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Ramadhan Batubara Ramadhan Pohan Rameli Agam Ramon Damora Ranang Aji SP Ratih Kumala Ratna Ajeng Tejomukti Ratu Selvi Agnesia Raudal Tanjung Banua Reko Alum Reny Sri Ayu Resensi Revolusi RF. Dhonna Riadi Ngasiran Ribut Wijoto Rinto Andriono Riris K. Toha-Sarumpaet Risang Anom Pujayanto Robin Dos Santos Soares Rodli TL Rofiqi Hasan Rosdiansyah Rukardi S Yoga S. Jai S. Satya Dharma S.I. Poeradisastra S.W. Teofani Sabiq Carebesth Sabpri Piliang Sabrank Suparno Sahaya Santayana Saifur Rohman Sainul Hermawan Sajak Sal Murgiyanto Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Salyaputra Samsudin Adlawi Sandipras Sanggar Pasir Sapardi Djoko Damono Sarabunis Mubarok Saroni Asikin Sartika Dian Nuraini Sastra Sastra Perlawanan Sastri Sunarti Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sejarah Sekolah Literasi Gratis (SLG) Sekolah Literasi Gratis (SLG) STKIP Ponorogo Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Sergi Sutanto Shafwan Hadi Umry Shiny.ane el’poesya Sholihul Huda Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sita Planasari A Siti Irni Nidya Nurfitri Siti Rutmawati Siti Sa’adah Sitok Srengenge Siwi Dwi Saputro Sjifa Amori Sofian Dwi Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sosiawan Leak Sri Wintala Achmad St Sularto Sudarmoko Sulaiman Tripa Sultan Yohana Suminto A. Sayuti Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Sunudyantoro Suroto Surya Lesmana Suryanto Sastroatmodjo Susianna Sutan Takdir Alisjahbana Sutardi Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Suwardi Endraswara Syaiful Amin Syarif Hidayat Santoso Syarifudin Syifa Amori Syifa Aulia Tajuddin Noor Ganie Tantri Pranashinta Tanzil Hernadi Taufik Ikram Jamil Taufiq Wr. Hidayat Teguh Winarsho AS Tengsoe Tjahjono Th. Sumartana Theo Uheng Koban Uer Theresia Purbandini Thowaf Zuharon Tien Rostini Titian Sandhyati Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Tjoet Nyak Dhien Toef Jaeger Toko Buku Murah PUstaka puJAngga Lamongan Tri Wahono Triyanto Triwikromo Tu-ngang Iskandar Tulus Wijanarko Udin Badruddin Udo Z. Karzi Umar Fauzi Umbu Landu Paranggi Umi Laila Sari Umi Lestari Universitas Indonesia Untung Wahyudi Virdika Rizky Utama Vyan Taswirul Afkar W.S. Rendra Wahyu Prasetya Wahyudi Akmaliah Muhammad Wawan Eko Yulianto Wawancara Welly Adi Tirta Widi Wastuti Wiji Thukul Wisnu Kisawa Wiwik Widayaningtias Y. Thendra BP Yona Primadesi Yosephine Maryati Yosi M Giri Yudhis M. Burhanuddin Yulizar Fadli Yurnaldi Yusri Fajar Yuyuk Sugarman Zainal Arifin Thoha Zaki Zubaidi Zamakhsyari Abrar Zawawi Se Zehan Zareez Zulkarnain Zubairi