Naskah Teater Monolog Penari
Karya: Rodli TL
http://sastra-indonesia.com/
Adegan 1
Seorang penari muda menarikan sebuah tarian. Ia sungguh menghipnotis para penonton dengan kelincahan gerakannya. Ceriah wajahnya bagai rembulan. Penari mudah itu sungguh asyik menarikan sebuah tarian tradisi jawa. Sebelum berakhir lampu panggung mendadak gelap dan terjadilah sebuah tragedi yang amat gelap bagi Penari Muda itu. Musiknya yang rancak seperti menjerit ikuti jeritan penari itu. Lampunya menyala menyambar seperti kilatan.
Penari Muda
Jangan perkosa aku. Aku seorang penari. Aku bukan pelacur
………………………………………………………………
Beberapa kalimat itu meluncur dalam jeritan penari. dan berakhir dengan jeritan panjang yang mencekik. Suasana menjadi spontan gelap. Lampu gelap. Cahaya berhenti menjilat.
Adegan 2
Musik dawai mengalun. Lamat-lamat lampu menyala pada satu titik. Terlihat seorang perempuan melakukan gerakan ritmis dan lembut. Ia seperti penari topeng, namun tidak memakai topeng. Pipinya banyak kerutan, namun masih terlihat garis wajah kecantikannya. Ia memakai kebaya tua. Hanya selendang berwarnah merah dan kuning yang diikat di pinggangnya yang membuat ia terlihat masih enerjik.
Wanita Tua
(pelan ia berucap) Selendang ini adalah saksi bisu. Tentang hidup seorang penari pada zamannya. (sedikit bersemangat) He he he …. aku ingat ketika malam-malam itu. Kami para penari dan para pengrawit terus-menerus berlatih untuk mempersiapkan undangan para petinggi. Sungguh bahagia malam-malam itu.
Musik mulai terdengar. Perempuan tua itu menggerakkan tangan dan tubuhnya dengan mengikuti alunan musik yang lembut..
Wanita Tua
Malam purnama.
Tergaris lukisan bidadari pada rembulan.
Sedang gemintang itu tertawa riang
Mereka tersenyum menyaksikan bocah-bocah bermain
dan yang tua memainkan tetabuhan.
Semilir angin meliukkan daun-daun.
Seperti seorang penari menggerakkan selendang pada jemarinya.
Berhenti menari. Berjalan ke depan
Wanita Tua
(bersemangat) Sungguh semuanya bahu-membahu menyambut pementasan kami. Sungguh kami tak merasa kering dengan kesenian. Kadang kami bergantian dengan kampung-kampung lain untuk saling bertandang adakan pementasan di musim panen.
Temanku si Lasmi. Ia seringkali menjadi duta untuk memerkan tradisis kebudayaan kami di daerah tetangga. Tapi kini sudah lama kami tidak bertemu sejak peristiwa itu, ya sejak peristiwa itu… (terlihat sedih)
(tertawa lalu menangis) ya, si Lasmi, gadis termuda dan berbakat di paguyuban kami yang harus kami selamatkan. Tuhan sungguh sayang pada dia, seperti dalam firmannya
Sejak peristiwa naas itu ia pergi merantau menjadi TKW. Kami tidak pernah bertemu memang, namun ia sering berkirim kabar padaku. Ia menjadi pengajar tari dan menikah dengan seorang pemuda yang baik asal negeri tersebut. Kabar terakhir yang dikirimkan padaku menceritakan tentang anak-anaknya yang juga suka menari tari-tarian Jawa.
Nasib Lasmi yang paling baik diantara nasib-nasib kami. Lasmi adalah gadis termuda di antara kami. Dia adalah satu-satunya gadis yang mujur diantara kami. Dia memang harus diselamatkan… kita yakin, ia yang akan mewarisi tradisi menari.
(musik gamelan dan suara-suara aneh tiba-tiba terdengar bergantian)
(menutup telinga) Asu?…ya suara asu…………. (membuka dan menutupnya lagi) Bukan, itu bukan suara para penabuh gamelan. Tapi kenapa sekaras itu, kenapa suara itu semakin melolong. itu suara asu. Jangan-jangan diam! (berteriak sambil menelungkupkan wajahnya pada lantai)
Teriakan perempuan itu membuat suasana histeris lalu sep sesespi mungkini. Pelan-pelan perempuan itu menengadahkan ke cahaya temaram. Ia menangis menyesali nasibnya. Suara tangisanya begitu sendiri.
Wanita Tua
Aku ingat malam itu. Malam itu bukan malam purnama. Malam itu malam perayaan. Kami dan rombongan sedang menari di hadapan para petinggi. Entah dari mana awalnya kekacauan itu Tiba-tiba seakan banyak lolongan anjing menerkam tubuh-tubuh kami. (dialognya diucapkan dengan cepat, gerakannya seperti orang teraniaya) Kami berontak namun kekuatan kami tidak mampu melawannya. Kami kalah malam itu. Kami diperlakukan sebagai pelacur, kami diperkosa.
Perempuan itu menangis menjadi-jadi
Kami diperlakukan sebagai pelacur, kami diperkosa
………………………………………………………
Lampu tetap menyala.
Musik mulai terdengar
Adegan 3
Agak tenang lalu berdiri pelan. Wajahnya masih terlihat ketakutan. Ia berjalan mengambil posisi lain.
Wanita Tua
Mulai itu, orang-orang memandang kami adalah penari murahan. Kelompok seni yang tidak memiliki kehormatan. Sungguh kami heran, kenapa kenyataan itu berubah ketika sesampainya berita itu pada telinga orang-orang kampung. Sungguh kami tidak bisa berbuat apa-apa.
(berontak) Awalnya teman-teman lain mencoba untuk membela diri. Kami dianggap melawan. Kami dianggap tidak patuh pada petinggi. Anti kemapanan. Kami dituduh tidak pro petinggi. Kami kalah, ya kami benar-benar kalah (terlihat lelah.)
Membalik tubuhnya dan berjalan mundur.
Kini semakin tua saya semakin heran, banyak orang-rang yang antipati dengan nasib ini. Nasib seorang penari yang betul-betul menjadi sampah di negeri sendiri. Untunglah saya masih punya Lasmi yang tinggal di negeri tetangga, yang masih peduli dengan nasib temannya seperjuangan. Ia masih sering kirim uang kepada kami walaupun tidak banyak.
Nasib saya adalah yang paling buruk diantara teman-teman. Mereka masih ada yang punya sepetak tanah untuk bertahan hidup. Ada yang merantau lalu menikah dengan pemuda setempat. Tapi aku takut, sungguh peristiwa itu sangat menghantuiku.
Berjalan dengan semangat menempati posisi lain
(bersemangat) Zaman berubah. Aku yakin nasib saya, nasib seorang penari tradisi akan berbuah. Hidup ini seperti roda berputar. Ada kalanya menderita, juga ada saatnya berbahagia. Berakit-rakit ke hulu, berenang-renang ketepian.
Tersenyum namun getir
Pernah kami diundang oleh para petinggi yang mengurusi seni. Saya berfikir pasti ada perubahan pada diri nasib kami di usia senja ini. Undanagan itu dalam rangka memberikan apresiasai penari tua seperti saya ini. Tapi itu hanya mimpi. Setelah kami menari, mereka menyodorkan selembar kertas yang harus kami tanda tangani untuk menerima upah, namun saya hanya menerima kurang dari separo dari angka yang tertulis itu. Saya tidak mengerti untuk siapa yang separo. (tertawa getir) Di atas apa negeri ini dibangun. Penuh dengan intrik dan kebohongan.
(tertawa lebar) Sungguh kami trauma dengan orang-orang berseragam. Kami menjadi gila menghadapi mereka. Kebobrokan itu ternyata turun menurun. (menjerit menyesali nasib) kenapa hidup segila ini. Orang-orang yang seharusnya terpercaya justru pemerkosa.
Saya bisa merasakan apa yang dikatakan Ronggowarsito. Sulit menemukan orang yang waras di negeri ini (tertawa getir)
Lampu padam. Wanita tua it terus tertawa dalam kegelapan.
Adegan 4
Musik masuk. Lampu mulai menyala. Perempuan itu berjalan ke depan kiri panggung.
Wanita Tua
Boleh kami menari untuk saudara-saudara. Namun mohon maaf sebelumnya. Saya tidak bisa menari seeksotis pemuda dan pemudi sekarang. Tarian saya tarian kuno yang mungkin sudah tidak menarik lagi. Kalau dihargai oleh para petinggi itu, tarian saya hanya seharga satu gelas air mineral.
Ia mengambil lipatan selendang lalu di taruhnya dilantai berharap ada orang yang memberi uang dilipatan selendang tersebut. Musik terdengar lalu ia menari ikuti musik. Cepat tarianya.
Selang beberapa menit, tertengar suara-suara sepatu. Tariannya gugup. Ia terlihat ketakutan.
Wanita Tua
Orang-orang itu datang lagi. Jangan-jangan mimpi buruk itu terulang. Ya mereka orang-orang berseragam. Mereka para petinggi sedang kemari. Aku takut. Aku takut mereka memperkosaku lagi
Jangan perkosa aku. Aku adalah penari. Aku bukan pelacur
………………………………………………………………
Aku takut pada mereka yang berseragam
Aku bukan pelacur
……………………………………………..
Ia berlarian sampai pojok belakang penonton dan terus menangis ketakutan.
Jangan perkosa aku. Aku adalah penari. Aku bukan pelacur
………………………………………………………………
Aku takut pada mereka yang berseragam
Aku bukan pelacur
……………………………………………..
(menangis menjadi-Jadi) mimpi buruk apa lagi yang akan terjadi pada seorang penari seperti ini.…….
TAMAT
Lamongan, 18 September 2009
Rodli TL, alumnus teater tiang FKIP Jember, pernah mendirikan kelompok teater pelajar di SMPN 3 Jember yang bernama STAPEGA. Juga pernah di teater DOBRAK SMAN Arjasa. Kini hidup bersama sanggarnya Sang_BALA (Kelompok Belajar Bermain Drama) di Kampungnya Canditunggal Kalitengah Lamongan. Bersama kelompok tersebut dipercaya mewakili Indonesia di Festival Seni Internatioanl 2009 untuk seni pertunjukan anak. Ia mendapatkan 2 penghargaan; karya pertunjukannya menjadi karya terbaik pertama Festival International II dan sebagai pengajar seni budaya berprestasi dari MENDIKNAS.
Wahyaning wahyu tumelung, tulus tan kena tinegor (wirid hidayat jati, R.Ng. Ronggowarsito)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Label
A Rodhi Murtadho
A. Aziz Masyhuri
A. Qorib Hidayatullah
A. Zakky Zulhazmi
A.J. Susmana
A.S. Laksana
Aa Maulana
Abdi Purnomo
Abdul Azis Sukarno
Abdul Aziz Rasjid
Abdul Hadi W.M.
Abdul Kadir Ibrahim
Abdul Lathief
Abdul Wachid B.S.
Abdurrahman Wahid
Abidah El Khalieqy
Acep Zamzam Noor
Ach. Sulaiman
Achdiar Redy Setiawan
Adhitia Armitrianto
Adhitya Ramadhan
Adi Marsiela
Adi Prasetyo
Afrizal Malna
Ags. Arya Dipayana
Aguk Irawan MN
Agunghima
Agus B. Harianto
Agus Buchori
Agus M. Irkham
Agus Noor
Agus R. Sarjono
Agus R. Subagyo
Agus Sri Danardana
Agus Sulton
Agus Wibowo
Aguslia Hidayah
Ahda Imran
Ahmad Fatoni
Ahmad Hasan MS
Ahmad Ikhwan Susilo
Ahmad Kekal Hamdani
Ahmad Khotim Muzakka
Ahmad Rafiq
Ahmad Sahal
Ahmad Syubbanuddin Alwy
Ahmad Yulden Erwin
Ahmad Zaini
Ahmadun Yosi Herfanda
Ajip Rosidi
Akhiriyati Sundari
Akhmad Sekhu
Akmal Nasery Basral
Alex R. Nainggolan
Ali Ibnu Anwar
Ali Murtadho
Alia Swastika
Alunk S Tohank
Amanda Stevi
Amien Kamil
Amien Wangsitalaja
Anes Prabu Sadjarwo
Anindita S Thayf
Aning Ayu Kusuma
Anjrah Lelono Broto
Anton Kurnia
Anton Suparyanto
Anugrah Gio Pratama
Anung Wendyartaka
Aprinus Salam
Ardi Bramantyo
Arie MP Tamba
Arief Junianto
Arif Bagus Prasetyo
Aris Setiawan
Arman AZ
Arswendo Atmowiloto
Arti Bumi Intaran
AS Sumbawi
Asarpin
Asep Dudinov Ar
Asep Sambodja
Asvi Warman Adam
Awalludin GD Mualif
Ayung Notonegoro
Bagja Hidayat
Balada
Bale Aksara
Balok Sf
Bambang Kariyawan Ys
Bambang Kempling
Bandung Mawardi
Baridul Islam Pr
Bayu Agustari Adha
Beni Setia
Benny Arnas
Benny Benke
Berita
Berita Utama
Bernando J. Sujibto
Berthold Damshauser
Binhad Nurrohmat
Boni Dwi Pramudyanto
Bonnie Triyana
Boy Mihaballo
Bre Redana
Brunel University London
Budi Darma
Budi Hutasuhut
Budi P. Hatees
Budiman Sudjatmiko
Bulqia Mas’ud
Bung Tomo
Burhanuddin Bella
Cak Kandar
Catatan
Cerbung
Cerpen
Chairil Anwar
Chairul Abshar
Chamim Kohari
Chandra Johan
Chavchay Syaifullah
Cover Buku
Cucuk Espe
D. Dudu AR
D. Kemalawati
D. Zawawi Imron
Dadang Kusnandar
Dahono Fitrianto
Dahta Gautama
Damhuri Muhammad
Dami N. Toda
Damiri Mahmud
Danarto
Daniel Paranamesa
Darju Prasetya
Darmanto Jatman
David Krisna Alka
Deddy Arsya
Dedi Muhtadi
Dedy Tri Riyadi
Deni Andriana
Denny JA
Denny Mizhar
Deny Tri Aryanti
Dewi Rina Cahyani
Dian
Dian Hartati
Dian Sukarno
Dina Oktaviani
Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan
Dino Umahuk
Djadjat Sudradjat
Djoko Pitono
Djoko Saryono
Dorothea Rosa Herliany
Dwi Cipta
Dwi Fitria
Dwi Pranoto
Dwi S. Wibowo
Dwi Wiyana
Dwicipta
E. Syahputra
Ebiet G. Ade
Eddy Flo Fernando
Edi Sembiring
Edy Firmansyah
Eep Saefulloh Fatah
Eka Budianta
Eka Fendri Putra
Eka Kurniawan
Ekky Siwabessy
Eko Darmoko
Elnisya Mahendra
Emha Ainun Nadjib
Emil WE
Endah Wahyuningsih
Endhiq Anang P
Erwin Y. Salim
Esai
Esha Tegar Putra
Evan Ys
Evi Idawati
F Rahardi
Fahmi
Fahrudin Nasrulloh
Faidil Akbar
Faisal Kamandobat
Faiz Manshur
Fajar Kurnianto
Fajar Setiawan Roekminto
Fakhrunnas MA Jabbar
Farid Gaban
Fathan Mubarak
Fathurrahman Karyadi
Fatkhul Anas
Fazar Muhardi
Febby Fortinella Rusmoyo
Felik K. Nesi
Festival Sastra Gresik
Fikri. MS
Fitri Yani
Frans Ekodhanto
Frans Sartono
Franz Kafka
Fredric Jameson
Friedrich Nietzsche
Fuad Anshori
Fuska Sani Evani
G30S/PKI
Gampang Prawoto
Ganug Nugroho Adi
Geger Riyanto
Gerakan Surah Buku (GSB)
Gerson Poyk
Gibb
Gilang Abdul Aziz
Ging Ginanjar
Gita Pratama
Goenawan Mohamad
Grathia Pitaloka
Gugun El-Guyanie
Gunoto Saparie
Gusti Eka
H.B. Jassin
Hadi Napster
Hadriani Pudjiarti
Halim H.D.
Hamdy Salad
Han Gagas
Handoko Adinugroho
Happy Ied Mubarak
Hardi Hamzah
Harfiyah Widiawati
Hari Puisi Indonesia (HPI)
Hari Santoso
Harie Insani Putra
Haris del Hakim
Haris Priyatna
Hary B Kori’un
Hasan Junus
Hasif Amini
Hasnan Bachtiar
Hasta Indriyana
Helmi Y Haska
Helwatin Najwa
Hendra Sugiantoro
Hendri R.H
Hendry CH Bangun
Henry Ismono
Hepi Andi Bastoni
Heri KLM
Heri Latief
Herie Purwanto
Herman Rn
Heru CN
Heru Joni Putra
Hudan Hidayat
Hudan Nur
I Nyoman Darma Putra
I Nyoman Suaka
I Nyoman Tingkat
I Tito Sianipar
Ibnu Wahyudi
Icha Rastika
Idha Saraswati
Ignas Kleden
Ignatius Haryanto
Ilenk Rembulan
Ilham Q Moehiddin
Ilham Yusardi
Imam Muhtarom
Imamuddin SA
Iman Budhi Santosa
Imron Rosyid
Imron Tohari
Indira Permanasari
Indra Intisa
Indra Tjahyadi
Indra Tranggono
Irfan Budiman
Ismi Wahid
Istiqamatunnisak
Iwan Komindo
Iwan Kurniawan
Iwan Nurdaya Djafar
Iyut FItra
Izzatul Jannah
J Anto
J.S. Badudu
Jafar M. Sidik
Jamal D Rahman
Jamal T. Suryanata
Jamil Massa
Janual Aidi
Januardi Husin
Javed Paul Syatha
Jefri al Malay
JJ Kusni
JJ Rizal
Jo Batara Surya
Jodhi Yudono
Johan Khoirul Zaman
Joko Pinurbo
Joko Sandur
Joni Ariadinata
Joss Wibisono
Jual Buku Paket Hemat
Judyane Koz
Jusuf AN
Karkono
Kasnadi
Katrin Bandel
Kedai Kopi Sastra
Kedung Darma Romansha
Ken Rahatmi
Khairul Amin
Khairul Mufid Jr
Khoshshol Fairuz
Kirana Kejora
Koh Young Hun
Komang Ira Puspitaningsih
Komunitas Deo Gratias
Kostela (Komunitas Sastra Teater Lamongan)
Kritik Sastra
Kurniawan
Kurniawan Junaedhie
Lan Fang
Lathifa Akmaliyah
Latief S. Nugraha
Leila S. Chudori
Lela Siti Nurlaila
Lidia Mayangsari
Lie Charlie
Liestyo Ambarwati Khohar
Liza Wahyuninto
Lukas Adi Prasetyo
Luky Setyarini
Lutfi Mardiansyah
M Fadjroel Rachman
M. Arman A.Z
M. Arwan Hamidi
M. Faizi
M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S
M. Mustafied
M. Nahdiansyah Abdi
M. Shoim Anwar
M. Taufan Musonip
M. Yoesoef
M.D. Atmaja
Mahdi Idris
Mahfud Ikhwan
Mahmud Jauhari Ali
Mahwi Air Tawar
Mainteater Bandung
Maman S. Mahayana
Manneke Budiman
Mardi Luhung
Marhalim Zaini
Maria Bo Niok
Mario F. Lawi
Mark Hanusz
Marsudi Fitro Wibowo
Martin Aleida
Martin Suryajaya
Marwanto
Maryati
Mashuri
Matdon
Matroni A. el-Moezany
Maya Mustika K.
Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia
Menggugat Tanggung Jawab Kepenyairan Sutardji Calzoum Bachri
Mezra E. Pellondou
MG. Sungatno
Mh Zaelani Tammaka
Mihar Harahap
Mila Novita
Misbahus Surur
Muhajir Arrosyid
Muhammad Al-Fayyadl
Muhammad Ali Fakih
Muhammad Amin
Muhammad Antakusuma
Muhammad Iqbal
Muhammad Muhibbuddin
Muhammad Nanda Fauzan
Muhammad Rain
Muhammad Yasir
Muhammad Zuriat Fadil
Muhammadun A.S
Mulyadi J. Amalik
Munawir Aziz
Murparsaulian
Musdalifah Fachri
Musfi Efrizal
Mustafa Ismail
Mustofa W. Hasyim
N. Syamsuddin CH. Haesy
Naskah Teater
Nazaruddin Azhar
Nelson Alwi
Nenden Lilis A
Neni Nureani
Ni Putu Rastiti
Nirwan Dewanto
Nita Zakiyah
Noor H. Dee
Noval Jubbek
Novel
Nur Faizah
Nur Syam
Nur Wahida Idris
Nurani Soyomukti
Nurdin Kalim
Nurel Javissyarqi
Nurrudien Asyhadie
Nurul Anam
Nurul Hadi Koclok
Nurur Rokhmah Bintari
Nuryana Asmaudi
Odi Shalahuddin
Oei Hiem Hwie
Okky Madasari
Okta Adetya
Olivia Kristina Sinaga
Otto Sukatno CR
Oyos Saroso HN
Pablo Neruda
Pamusuk Eneste
Pandu Radea
Parakitri
Parulian Scott L. Tobing
PDS H.B. Jassin
Pengantar Buku Kritik Sastra
Pepih Nugraha
Pesan Al Quran untuk Sastrawan
Petrik Matanasi
Pipiet Senja
Pitoyo Boedi Setiawan
Ponorogo
Pramoedya Ananta Toer
Pringadi Abdi Surya
Prof Dr Faisal Ismail MA
Prosa
Puisi
PuJa
Puji Santosa
Pungkit Wijaya
PUstaka puJAngga
Putri Utami
Putu Setia
Putu Wijaya
R. Toto Sugiharto
Radhar Panca Dahana
Ragil Supriyatno Samid
Rahmat Sudirman
Rakai Lukman
Rakhmat Giryadi
Ramadhan Batubara
Ramadhan Pohan
Rameli Agam
Ramon Damora
Ranang Aji SP
Ratih Kumala
Ratna Ajeng Tejomukti
Ratu Selvi Agnesia
Raudal Tanjung Banua
Reko Alum
Reny Sri Ayu
Resensi
Revolusi
RF. Dhonna
Riadi Ngasiran
Ribut Wijoto
Rinto Andriono
Riris K. Toha-Sarumpaet
Risang Anom Pujayanto
Robin Dos Santos Soares
Rodli TL
Rofiqi Hasan
Rosdiansyah
Rukardi
S Yoga
S. Jai
S. Satya Dharma
S.I. Poeradisastra
S.W. Teofani
Sabiq Carebesth
Sabpri Piliang
Sabrank Suparno
Sahaya Santayana
Saifur Rohman
Sainul Hermawan
Sajak
Sal Murgiyanto
Salamet Wahedi
Salman Rusydie Anwar
Salyaputra
Samsudin Adlawi
Sandipras
Sanggar Pasir
Sapardi Djoko Damono
Sarabunis Mubarok
Saroni Asikin
Sartika Dian Nuraini
Sastra
Sastra Perlawanan
Sastri Sunarti
Satmoko Budi Santoso
Saut Situmorang
Sejarah
Sekolah Literasi Gratis (SLG)
Sekolah Literasi Gratis (SLG) STKIP Ponorogo
Seno Gumira Ajidarma
Seno Joko Suyono
Sergi Sutanto
Shafwan Hadi Umry
Shiny.ane el’poesya
Sholihul Huda
Sigit Susanto
Sihar Ramses Simatupang
Sita Planasari A
Siti Irni Nidya Nurfitri
Siti Rutmawati
Siti Sa’adah
Sitok Srengenge
Siwi Dwi Saputro
Sjifa Amori
Sofian Dwi
Sofyan RH. Zaid
Soni Farid Maulana
Sony Prasetyotomo
Sosiawan Leak
Sri Wintala Achmad
St Sularto
Sudarmoko
Sulaiman Tripa
Sultan Yohana
Suminto A. Sayuti
Sunaryono Basuki Ks
Sungatno
Sunlie Thomas Alexander
Sunu Wasono
Sunudyantoro
Suroto
Surya Lesmana
Suryanto Sastroatmodjo
Susianna
Sutan Takdir Alisjahbana
Sutardi
Sutardji Calzoum Bachri
Sutejo
Suwardi Endraswara
Syaiful Amin
Syarif Hidayat Santoso
Syarifudin
Syifa Amori
Syifa Aulia
Tajuddin Noor Ganie
Tantri Pranashinta
Tanzil Hernadi
Taufik Ikram Jamil
Taufiq Wr. Hidayat
Teguh Winarsho AS
Tengsoe Tjahjono
Th. Sumartana
Theo Uheng Koban Uer
Theresia Purbandini
Thowaf Zuharon
Tien Rostini
Titian Sandhyati
Tjahjono Widarmanto
Tjahjono Widijanto
Tjoet Nyak Dhien
Toef Jaeger
Toko Buku Murah PUstaka puJAngga Lamongan
Tri Wahono
Triyanto Triwikromo
Tu-ngang Iskandar
Tulus Wijanarko
Udin Badruddin
Udo Z. Karzi
Umar Fauzi
Umbu Landu Paranggi
Umi Laila Sari
Umi Lestari
Universitas Indonesia
Untung Wahyudi
Virdika Rizky Utama
Vyan Taswirul Afkar
W.S. Rendra
Wahyu Prasetya
Wahyudi Akmaliah Muhammad
Wawan Eko Yulianto
Wawancara
Welly Adi Tirta
Widi Wastuti
Wiji Thukul
Wisnu Kisawa
Wiwik Widayaningtias
Y. Thendra BP
Yona Primadesi
Yosephine Maryati
Yosi M Giri
Yudhis M. Burhanuddin
Yulizar Fadli
Yurnaldi
Yusri Fajar
Yuyuk Sugarman
Zainal Arifin Thoha
Zaki Zubaidi
Zamakhsyari Abrar
Zawawi Se
Zehan Zareez
Zulkarnain Zubairi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar