Judul Buku: Pesan Al Quran untuk Sastrawan
Jenis Buku: Kumpulan Esai Budaya dan Agama
Pengarang: Aguk Irawan MN
Tahun: 2013
Penerbit: Jalasutra Yogyakarta
Tebal: x + 434 hlm; 15 cm x 23 cm
Peresensi: Imamuddin SA
Aguk Irawan merupakan salah satu dari sekian banyak sastrawan Indonesa ternama. Setelah sekian lama ia bergelut dalam bidang prosa dan puisi, kini karya-karyanya semakin sempurna dengan hadirnya buku esainya yang berjudul “Pesan Al Quran untuk Sastrawan”. Buku ini mengukuhkan dirinya tidak hanya sebagai sastrawan tetapi juga sebagai seorang kritikus sastra.
Karya-karya yang hadir dalam buku ini merupakan karya yang berkualitas tinggi. Hal itu ditunjukkan dengan keberadaan karya tersebut yang diambil dari karya pribadi Aguk yang telah termuat di berbagai media masa, baik nasional maupun daerah. Saya katakan sebagai karya berkualitas tinggi sebab untuk bisa menembus media masa itu sangat sulit dengan integritas kompetisi yang ketat dari para penulis.
Kumpulan esai ini sempat dibedah di tanah kelahiran penulisnya, Aguk, di Lamongan. Tepatnya di pondok pesantren Al Fathimiyah Banjarwati Paciran Lamongan. Sebelah baratnya Pondok Pesantren Sunan Drajad. Buku ini dibedah oleh seorang sastrawan dan esais asal Lamongan pula yaitu Nurel Javisyarqi. Menurut Nurel, karya Aguk ini menghidangkan santapan lezat bagi pembaca sebab dilandasi dengan kebenaran, megetengahkan keindahan bahasa yang santun, memperluas kewaspadaan perasaan insani. Karya ini juga karya yang lurus dan tidak aneh-aneh, tidak keblinger atau nyleneh. “Pesan Al Quran untuk Sastrawan” berawal dari hati yang teguh dan diselimuti dengan cahaya keimanan, penalaran kuat, penghayatan yang dalam, bukan rakitan apalagi akrobatik kata laksana sulapan.
“Pesan Al Quran untuk Sastrawan” ini hadir di tangan pembaca sebagai bentuk apresiasi kritis dari Aguk terhadap ranah sosial-budaya, agama, dan estetika yang tengah bergejolak di tengah kemelut zaman. Buku ini tersaji dengan empat bab utama, yaitu Antara Sastra dan Pesan Agama, Jati Diri dan Identifikasi Lewat Seni, Problem Tekstualitas dan Modernitas, dan Ruang Publik dan Nasib Humaniora.
Antara Sastra dan Pesan Agama berisi dua belas subbab. Kedua belas subbab tersebut yaitu “Binhad Nurrohmat dan Kembalinya Unsur Sastra Jahiliyah, Penyair yang Jatuh Cinta pada Nisan, Maulid Nabi dan Getar Cinta para Penyair, Maulid Nabi dan Kitab Puisi, Mencoba Memahami ke-Malaikatan-an Saeful Badar, ‘Mengintip’ Latar Sastra Pesantren, Penyair dan Al-Quran dalam Rekaman Sejarah, Pesan Al-Quran untuk Sastrawan, Sastra Islami, Sastra Seks; Pragmatis atau Ideologis?, Sastra Seksual dan Pembusukan Budaya, serta Sastra Islam dan Sastra Pesantren”.
Jati Diri dan Identifikasi Lewat Seni mengandung sembilan belas subbab. Kesembilan belas subbab tersebut yaitu “Ketika Puisi Mengalienasi Kita, Dari Shinigami; Melacak Denyut Cerpen Arab-Indonesia, Engkau Pergi [Ketika] Kami Belum Merdeka, Ketika Jati Diri dan Karakter Bangsa Mulai Memudar, Ketika Sastra Alpa dari Bangku Sekolah, Membaca ‘Kursi yang Malas Menunggu’, Mencoba Memahami Ke-aku-an Chairil, Menimbang Kepenyairan Sutardji Calzoum Bachri (Scb) dari Buku Nurel: Menggugat Tanggungjawab Kepenyairan, Pendidikan Sastra dan Mental yang Sakit, Puisi-Puisi yang Membakar Perjuangan, Sastra, Kiyai dan Pesantren, Religiusitas Cinta dan Permasalahannya, Sajak Melankolisme Taufik Ismail, Sastra Arab dan Karya-Karya Goethe, Visi Sastra dan Tantangan Duni Cyber, Pertemuan Sastra dan Pasar, Penyair Tua, Penyair Muda dan Permasalahannya, dan Perihal Tersingkirnya Puisi dari Industri Buku”.
Problem Tekstualitas dan Modernitas berisi delapan belas subbab. Kedelapan belas subbab tersebut yaitu “(1849-1905) 100 Tahun Muhammad Abduh, Problematika Modernitas dan Demokrasi, Ikhwanul Muslimin Moderat; Wajah Baru Mesir, Inkulturasi Nilai Islam dalam Tradisi Padusan, Kearifan Pemimin Lokal dan Asketisme Mbah Maridjan, Ketika Fungsi Agama Tenggelam, Kesejajaran dan Perentangan Sains dan Agama, Menuju Kebudayaan Baru Itu Meniri Barat, , Militer dan Isu Global, Multikulturalisme, Islam dan Cinta Suci, Pergolakan Menemukan ‘Aku’ dalam Diri, Plato dan Pemimpin Pilihan Rakyat, Filsafat Pragmatisme-kontemporer, Revolusi Putih, Roy, Renaisans dan MUI, Perihal Kejumudan dan Studi Islam, Sejarh Lekra vs Manikebu: Hanya Intepretasi Tunggal, dan Membaca Pemikiran Adonis dalam Tsabit Wa Mutakhawil”.
Ruang Publik dan Nasib Humaniora terkandung sembilan subbab. Kesembilan subbab tersebut yaitu “As Dharta dan Sedikit Harga Mati Politiknya, Dunia dan Strategi Baru Pesantren, Ketika Buku Bukan Lagi Ilmu, Lebaran di Mesir; Sebuah Pengalaman Pribadi, Melacak Hubungan Agama dan Kesenian, Penguasa, Buku dan Peradaban, Profesi yang Terlupakan, Hanya Sebuah Karikatur, serta Tradisi Kenduren, Kearifan Lokal, dan Identitas Budaya.
Judul kumpulan esai ini diambil dari bagian pertama bab. Muatan buku ini sarat dengan kompleksitas problematika, baik dari sisi religius, sosial, budaya, kebangsaan, bahkan kesusastraan. Kesan yang tertangkap paling mutlak dan utama dari buku ini menghilir pada tindak perenungan dan permenungan para sastrawan, baru kemudian bermuara pada masyarakat baca secara umum. Hal itu ditandai dengan penyematan judul “Pesan Al Quran untuk Sastrawan” sebagai judul utama buku ini.
Dalam subjudul “Pesan Al Quran untuk Sastrawan” Aguk mereview kembali hakikat surat As-Syu’ara. Selain itu, pembahasan dalam subbab ini juga sebagai bahan introspeksi dan perenungan bagi para penyair. Aguk menegaskan bahwa para sastrawan memiliki derajat yang sangat tinggi bahkan derajatnya satu tingkat di bawah derajat para nabi.
Dalam kanca perjuangan Islam para sastrawan muslim memiliki peranan penting saat terjadi perang Muktah antara kaum muslimin melawan bangsa Romawi. Saat itu jumlah pasukan muslim sangat kecil sedangkan bangsa Romawi sangat banyak bahkan tak ada habisnya. Fenomena itu menjadikan kaum muslim ciut nyali dan terdesak nyaris kalah bahkan nabi Muhammad SAW sempat mengintruksikan pasukan untuk mundur. Tetapi Ibnu Rawaha berhasil memberikan suntikan mentalitas dan semangat juang yang tinggi kepada prajurit muslim melalui puisi-puisi patriotiknya. Berkat kobaran api semangat Ibnu Rawaha itulah akhirnya kaum muslim berhasil memukul mundur dan mengalahkan bangsa Romawi. Sejak saat itu para sastrawan muslim berhasil membawa pembaharuan terhadap sastra Arab kebudayaan secara keseluruhan.
Dalam tulisannya itu, Aguk juga mengkritisi para sastrawan dengan bertumpu pada surat As-Syu’ara yang menjustifikasi para penyair terjerumus dalam lembah-lembah kesesatan. Para sastrawan yang dikatagorikan terjurumus dalam lembah kesesatan tersebut adalah mereka yang hanya mengungkapkan khayalan-khayalan yang jauh dari kebenaran, mengumbar syahwatnya melalui kata-kata berkaitan dengan cinta dan pencabulan, cumbu rayu, menyebut sifat dan tubuh perempuan dengan telanjang, janji dusta, bangga dengan ketidakbenaran, dan suka menghina sesamanya.
Tulisan Aguk ini jika ditarik satu benang merah dengan sastra Indonesia modern akan mengerucut pada sastra Indonesia yang berstyle SMS (Sajak Madzhab Selangkangan), FAK (Fiksi Alat Kelamin), Sastra Wangi, Sastra Lembab dan yang sejenis. Karya sastra yang berstyle seperti itulah yang berada dalam garis hitam kesesatan bersama para sastrawannya. Dan para sastrawan yang derajatnya satu tingkat di bawah derajat para nabi adalah mereka yang beretika, selalu mengingat Tuhan, mengajak kepada kebaikan, dan menjauhi segala kefasadan.
Melalui karya yang berjudul “Ketika Jati Diri dan Karakter Bangsa Mulai Memudar”, Aguk mengkritisi kehidupan berbangsa dan bernegara. Jika melihat realitas bangsa Indonesia yang ada, kita seolah berkaca pada cermin yang retak. Tidak ada satu kesemprnaan yang ditampilkan dari para figur yang ada. Indonesia mengalami krisis figur ideal sehingga mengakibatkan para generasi muda anak bangsa banyak yang mengalami degradasi moral dan cenderung bermuara pada tindak penghapusan jati diri dan karakter bangsa.
Nilai luhur budaya bangsa semakin lama semakin terlupakan. Itu tidak hanya terjadi pada satu ranah melaiankan semua lapisan terjangkit firus ini. Tontonan yang tampak setiap harinya adalah ketidakstabilan sosial-politik, penyalahgunaan wewenang kekuasaan, korupsi, kolusi, dan nepotisme, meningkatnya kemiskinan dan kapitalisme, hilangnya nilai kejujuran dan integritas, menjamurnya separatisme dan radikalisme, maraknya budaya suap dan mafia hukum, terkikisnya kegotong-royongan, keramahtamahan dan kesopansantunan, serta merebaknya budaya saling tuding.
Daya magis Pancasila tampak tak bertuah. Ketuhanan Yang Maha Esa berubah menjadi keuangan yang maha esa. Kemanusiaan berganti perjuangan HAM, Persatuan Indonesia dimanifestasikan dam bentuk otonomi daerah. Kerakyatan yangdipimpin kebijaksanaan dalam permusyawaratan dan perwakilan diganti dengan perjuangan demokrasi. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia menjelma menjadi perjuangan kepentingan kelompok.
Indonesia saat ini merindukan figur ideal sebagai satrio piningit. Figur ini adalah figur yang bersikap tidak menolak melainkan mengawinkan dan tidak menentang tetapi mewarnai sebagaimana sosok Syeh Malaya (Sunan Kalijaga) yang dulu pernah bersemi di negeri ini. Ia berhasil mengawinkan tradisi dengan ajaran agama. Ia berhasil menumbuhkembangkan kelegowoan hati masyarakat dengan menyebarluaskan ajaran agama Islam tanpa menghapus adat-istiadat dan kesenian daerah.
Agar bangsa ini tidak semakin terpuruk karena merosotnya moralitas anak bangsa, tonggaknya ada di tangan para pemimpin. Ia harus menjadi figur ideal yang dapat menginspirasi dan dapat dijadikan panutan oleh para generasi muda. Untuk itu para warga selakyanya lebih selektif dalam memilih seorang pemimpin bangsa. Masyarakat harus tahu karakteristik seorang pemimpin yang dapat dijadikan tuntunan dan tontonan semua orang. Kriteria pemimpin tersebut telah dinukilkan Aguk dalam “Plato dan Pemimpin Pilihan Rakyat”. Aguk mengutip konsep Plato yang menyatakan bahwa kriteria pemimpin yang ideal harus mencerminkan empat aspek yaitu memiliki pengendalian diri, keberanian, kearifan, dan keadilan.
Buku esai “Pesan Al Quran untuk Sastrawan” karya Aguk ini membahas permasaahan yang aktual di zamannya. Kritikya tegas, wawasan luas, memukul mundur sastra wangi, SMS, dan FAK. Namun terdapat sedikit kekurangstabilan. Aguk masih mengamini Chairil Anwar sebagai maestro puisi Indonesia Baru tanpa adanya justifikasi terhadap mentalitas plagiat Si Binatang Jalang. Selain itu dalam buku ini juga masih terdapat pengulangan ide pembahasan sehingga menimbulkan satu kebosanan tersendiri atau ini bisa jadi bentuk penguatan atau penegasan ide. Maklum ini juga munkin faktor pengaruh tuntutan media masa juga sebab karya-karya aguk yang terkumpulkan dalam buku ini banyak yang diambil dari karya-karyanya yang tengah terpublikasikan di media masa. Meskiun demikian, sedikit hal yang mungusik itu tidak begitu mempengaruhi kekuatan karya secara utuh. “Pesan Al Quran untuk Sastrawan” masih sebuah karya yang tidak akan kedaluarsa oleh arus zaman. Topiknya hangat dan aktual yang tak patut dilewatkan oleh pembaca yang merindukan wawasan, keilmuan, dan perenungan yang mendalam. Selamat membaca. Ada hikmah melimpah-ruah yang akan terejawantah.
Jumat, 13 Juni 2014, Lamongan, Jawa Timur.
http://sastra-indonesia.com/2014/06/memungut-jejak-figur-rahmatan-lilalamin/
Wahyaning wahyu tumelung, tulus tan kena tinegor (wirid hidayat jati, R.Ng. Ronggowarsito)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Label
A Rodhi Murtadho
A. Aziz Masyhuri
A. Qorib Hidayatullah
A. Zakky Zulhazmi
A.J. Susmana
A.S. Laksana
Aa Maulana
Abdi Purnomo
Abdul Azis Sukarno
Abdul Aziz Rasjid
Abdul Hadi W.M.
Abdul Kadir Ibrahim
Abdul Lathief
Abdul Wachid B.S.
Abdurrahman Wahid
Abidah El Khalieqy
Acep Zamzam Noor
Ach. Sulaiman
Achdiar Redy Setiawan
Adhitia Armitrianto
Adhitya Ramadhan
Adi Marsiela
Adi Prasetyo
Afrizal Malna
Ags. Arya Dipayana
Aguk Irawan MN
Agunghima
Agus B. Harianto
Agus Buchori
Agus M. Irkham
Agus Noor
Agus R. Sarjono
Agus R. Subagyo
Agus Sri Danardana
Agus Sulton
Agus Wibowo
Aguslia Hidayah
Ahda Imran
Ahmad Fatoni
Ahmad Hasan MS
Ahmad Ikhwan Susilo
Ahmad Kekal Hamdani
Ahmad Khotim Muzakka
Ahmad Rafiq
Ahmad Sahal
Ahmad Syubbanuddin Alwy
Ahmad Yulden Erwin
Ahmad Zaini
Ahmadun Yosi Herfanda
Ajip Rosidi
Akhiriyati Sundari
Akhmad Sekhu
Akmal Nasery Basral
Alex R. Nainggolan
Ali Ibnu Anwar
Ali Murtadho
Alia Swastika
Alunk S Tohank
Amanda Stevi
Amien Kamil
Amien Wangsitalaja
Anes Prabu Sadjarwo
Anindita S Thayf
Aning Ayu Kusuma
Anjrah Lelono Broto
Anton Kurnia
Anton Suparyanto
Anugrah Gio Pratama
Anung Wendyartaka
Aprinus Salam
Ardi Bramantyo
Arie MP Tamba
Arief Junianto
Arif Bagus Prasetyo
Aris Setiawan
Arman AZ
Arswendo Atmowiloto
Arti Bumi Intaran
AS Sumbawi
Asarpin
Asep Dudinov Ar
Asep Sambodja
Asvi Warman Adam
Awalludin GD Mualif
Ayung Notonegoro
Bagja Hidayat
Balada
Bale Aksara
Balok Sf
Bambang Kariyawan Ys
Bambang Kempling
Bandung Mawardi
Baridul Islam Pr
Bayu Agustari Adha
Beni Setia
Benny Arnas
Benny Benke
Berita
Berita Utama
Bernando J. Sujibto
Berthold Damshauser
Binhad Nurrohmat
Boni Dwi Pramudyanto
Bonnie Triyana
Boy Mihaballo
Bre Redana
Brunel University London
Budi Darma
Budi Hutasuhut
Budi P. Hatees
Budiman Sudjatmiko
Bulqia Mas’ud
Bung Tomo
Burhanuddin Bella
Cak Kandar
Catatan
Cerbung
Cerpen
Chairil Anwar
Chairul Abshar
Chamim Kohari
Chandra Johan
Chavchay Syaifullah
Cover Buku
Cucuk Espe
D. Dudu AR
D. Kemalawati
D. Zawawi Imron
Dadang Kusnandar
Dahono Fitrianto
Dahta Gautama
Damhuri Muhammad
Dami N. Toda
Damiri Mahmud
Danarto
Daniel Paranamesa
Darju Prasetya
Darmanto Jatman
David Krisna Alka
Deddy Arsya
Dedi Muhtadi
Dedy Tri Riyadi
Deni Andriana
Denny JA
Denny Mizhar
Deny Tri Aryanti
Dewi Rina Cahyani
Dian
Dian Hartati
Dian Sukarno
Dina Oktaviani
Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan
Dino Umahuk
Djadjat Sudradjat
Djoko Pitono
Djoko Saryono
Dorothea Rosa Herliany
Dwi Cipta
Dwi Fitria
Dwi Pranoto
Dwi S. Wibowo
Dwi Wiyana
Dwicipta
E. Syahputra
Ebiet G. Ade
Eddy Flo Fernando
Edi Sembiring
Edy Firmansyah
Eep Saefulloh Fatah
Eka Budianta
Eka Fendri Putra
Eka Kurniawan
Ekky Siwabessy
Eko Darmoko
Elnisya Mahendra
Emha Ainun Nadjib
Emil WE
Endah Wahyuningsih
Endhiq Anang P
Erwin Y. Salim
Esai
Esha Tegar Putra
Evan Ys
Evi Idawati
F Rahardi
Fahmi
Fahrudin Nasrulloh
Faidil Akbar
Faisal Kamandobat
Faiz Manshur
Fajar Kurnianto
Fajar Setiawan Roekminto
Fakhrunnas MA Jabbar
Farid Gaban
Fathan Mubarak
Fathurrahman Karyadi
Fatkhul Anas
Fazar Muhardi
Febby Fortinella Rusmoyo
Felik K. Nesi
Festival Sastra Gresik
Fikri. MS
Fitri Yani
Frans Ekodhanto
Frans Sartono
Franz Kafka
Fredric Jameson
Friedrich Nietzsche
Fuad Anshori
Fuska Sani Evani
G30S/PKI
Gampang Prawoto
Ganug Nugroho Adi
Geger Riyanto
Gerakan Surah Buku (GSB)
Gerson Poyk
Gibb
Gilang Abdul Aziz
Ging Ginanjar
Gita Pratama
Goenawan Mohamad
Grathia Pitaloka
Gugun El-Guyanie
Gunoto Saparie
Gusti Eka
H.B. Jassin
Hadi Napster
Hadriani Pudjiarti
Halim H.D.
Hamdy Salad
Han Gagas
Handoko Adinugroho
Happy Ied Mubarak
Hardi Hamzah
Harfiyah Widiawati
Hari Puisi Indonesia (HPI)
Hari Santoso
Harie Insani Putra
Haris del Hakim
Haris Priyatna
Hary B Kori’un
Hasan Junus
Hasif Amini
Hasnan Bachtiar
Hasta Indriyana
Helmi Y Haska
Helwatin Najwa
Hendra Sugiantoro
Hendri R.H
Hendry CH Bangun
Henry Ismono
Hepi Andi Bastoni
Heri KLM
Heri Latief
Herie Purwanto
Herman Rn
Heru CN
Heru Joni Putra
Hudan Hidayat
Hudan Nur
I Nyoman Darma Putra
I Nyoman Suaka
I Nyoman Tingkat
I Tito Sianipar
Ibnu Wahyudi
Icha Rastika
Idha Saraswati
Ignas Kleden
Ignatius Haryanto
Ilenk Rembulan
Ilham Q Moehiddin
Ilham Yusardi
Imam Muhtarom
Imamuddin SA
Iman Budhi Santosa
Imron Rosyid
Imron Tohari
Indira Permanasari
Indra Intisa
Indra Tjahyadi
Indra Tranggono
Irfan Budiman
Ismi Wahid
Istiqamatunnisak
Iwan Komindo
Iwan Kurniawan
Iwan Nurdaya Djafar
Iyut FItra
Izzatul Jannah
J Anto
J.S. Badudu
Jafar M. Sidik
Jamal D Rahman
Jamal T. Suryanata
Jamil Massa
Janual Aidi
Januardi Husin
Javed Paul Syatha
Jefri al Malay
JJ Kusni
JJ Rizal
Jo Batara Surya
Jodhi Yudono
Johan Khoirul Zaman
Joko Pinurbo
Joko Sandur
Joni Ariadinata
Joss Wibisono
Jual Buku Paket Hemat
Judyane Koz
Jusuf AN
Karkono
Kasnadi
Katrin Bandel
Kedai Kopi Sastra
Kedung Darma Romansha
Ken Rahatmi
Khairul Amin
Khairul Mufid Jr
Khoshshol Fairuz
Kirana Kejora
Koh Young Hun
Komang Ira Puspitaningsih
Komunitas Deo Gratias
Kostela (Komunitas Sastra Teater Lamongan)
Kritik Sastra
Kurniawan
Kurniawan Junaedhie
Lan Fang
Lathifa Akmaliyah
Latief S. Nugraha
Leila S. Chudori
Lela Siti Nurlaila
Lidia Mayangsari
Lie Charlie
Liestyo Ambarwati Khohar
Liza Wahyuninto
Lukas Adi Prasetyo
Luky Setyarini
Lutfi Mardiansyah
M Fadjroel Rachman
M. Arman A.Z
M. Arwan Hamidi
M. Faizi
M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S
M. Mustafied
M. Nahdiansyah Abdi
M. Shoim Anwar
M. Taufan Musonip
M. Yoesoef
M.D. Atmaja
Mahdi Idris
Mahfud Ikhwan
Mahmud Jauhari Ali
Mahwi Air Tawar
Mainteater Bandung
Maman S. Mahayana
Manneke Budiman
Mardi Luhung
Marhalim Zaini
Maria Bo Niok
Mario F. Lawi
Mark Hanusz
Marsudi Fitro Wibowo
Martin Aleida
Martin Suryajaya
Marwanto
Maryati
Mashuri
Matdon
Matroni A. el-Moezany
Maya Mustika K.
Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia
Menggugat Tanggung Jawab Kepenyairan Sutardji Calzoum Bachri
Mezra E. Pellondou
MG. Sungatno
Mh Zaelani Tammaka
Mihar Harahap
Mila Novita
Misbahus Surur
Muhajir Arrosyid
Muhammad Al-Fayyadl
Muhammad Ali Fakih
Muhammad Amin
Muhammad Antakusuma
Muhammad Iqbal
Muhammad Muhibbuddin
Muhammad Nanda Fauzan
Muhammad Rain
Muhammad Yasir
Muhammad Zuriat Fadil
Muhammadun A.S
Mulyadi J. Amalik
Munawir Aziz
Murparsaulian
Musdalifah Fachri
Musfi Efrizal
Mustafa Ismail
Mustofa W. Hasyim
N. Syamsuddin CH. Haesy
Naskah Teater
Nazaruddin Azhar
Nelson Alwi
Nenden Lilis A
Neni Nureani
Ni Putu Rastiti
Nirwan Dewanto
Nita Zakiyah
Noor H. Dee
Noval Jubbek
Novel
Nur Faizah
Nur Syam
Nur Wahida Idris
Nurani Soyomukti
Nurdin Kalim
Nurel Javissyarqi
Nurrudien Asyhadie
Nurul Anam
Nurul Hadi Koclok
Nurur Rokhmah Bintari
Nuryana Asmaudi
Odi Shalahuddin
Oei Hiem Hwie
Okky Madasari
Okta Adetya
Olivia Kristina Sinaga
Otto Sukatno CR
Oyos Saroso HN
Pablo Neruda
Pamusuk Eneste
Pandu Radea
Parakitri
Parulian Scott L. Tobing
PDS H.B. Jassin
Pengantar Buku Kritik Sastra
Pepih Nugraha
Pesan Al Quran untuk Sastrawan
Petrik Matanasi
Pipiet Senja
Pitoyo Boedi Setiawan
Ponorogo
Pramoedya Ananta Toer
Pringadi Abdi Surya
Prof Dr Faisal Ismail MA
Prosa
Puisi
PuJa
Puji Santosa
Pungkit Wijaya
PUstaka puJAngga
Putri Utami
Putu Setia
Putu Wijaya
R. Toto Sugiharto
Radhar Panca Dahana
Ragil Supriyatno Samid
Rahmat Sudirman
Rakai Lukman
Rakhmat Giryadi
Ramadhan Batubara
Ramadhan Pohan
Rameli Agam
Ramon Damora
Ranang Aji SP
Ratih Kumala
Ratna Ajeng Tejomukti
Ratu Selvi Agnesia
Raudal Tanjung Banua
Reko Alum
Reny Sri Ayu
Resensi
Revolusi
RF. Dhonna
Riadi Ngasiran
Ribut Wijoto
Rinto Andriono
Riris K. Toha-Sarumpaet
Risang Anom Pujayanto
Robin Dos Santos Soares
Rodli TL
Rofiqi Hasan
Rosdiansyah
Rukardi
S Yoga
S. Jai
S. Satya Dharma
S.I. Poeradisastra
S.W. Teofani
Sabiq Carebesth
Sabpri Piliang
Sabrank Suparno
Sahaya Santayana
Saifur Rohman
Sainul Hermawan
Sajak
Sal Murgiyanto
Salamet Wahedi
Salman Rusydie Anwar
Salyaputra
Samsudin Adlawi
Sandipras
Sanggar Pasir
Sapardi Djoko Damono
Sarabunis Mubarok
Saroni Asikin
Sartika Dian Nuraini
Sastra
Sastra Perlawanan
Sastri Sunarti
Satmoko Budi Santoso
Saut Situmorang
Sejarah
Sekolah Literasi Gratis (SLG)
Sekolah Literasi Gratis (SLG) STKIP Ponorogo
Seno Gumira Ajidarma
Seno Joko Suyono
Sergi Sutanto
Shafwan Hadi Umry
Shiny.ane el’poesya
Sholihul Huda
Sigit Susanto
Sihar Ramses Simatupang
Sita Planasari A
Siti Irni Nidya Nurfitri
Siti Rutmawati
Siti Sa’adah
Sitok Srengenge
Siwi Dwi Saputro
Sjifa Amori
Sofian Dwi
Sofyan RH. Zaid
Soni Farid Maulana
Sony Prasetyotomo
Sosiawan Leak
Sri Wintala Achmad
St Sularto
Sudarmoko
Sulaiman Tripa
Sultan Yohana
Suminto A. Sayuti
Sunaryono Basuki Ks
Sungatno
Sunlie Thomas Alexander
Sunu Wasono
Sunudyantoro
Suroto
Surya Lesmana
Suryanto Sastroatmodjo
Susianna
Sutan Takdir Alisjahbana
Sutardi
Sutardji Calzoum Bachri
Sutejo
Suwardi Endraswara
Syaiful Amin
Syarif Hidayat Santoso
Syarifudin
Syifa Amori
Syifa Aulia
Tajuddin Noor Ganie
Tantri Pranashinta
Tanzil Hernadi
Taufik Ikram Jamil
Taufiq Wr. Hidayat
Teguh Winarsho AS
Tengsoe Tjahjono
Th. Sumartana
Theo Uheng Koban Uer
Theresia Purbandini
Thowaf Zuharon
Tien Rostini
Titian Sandhyati
Tjahjono Widarmanto
Tjahjono Widijanto
Tjoet Nyak Dhien
Toef Jaeger
Toko Buku Murah PUstaka puJAngga Lamongan
Tri Wahono
Triyanto Triwikromo
Tu-ngang Iskandar
Tulus Wijanarko
Udin Badruddin
Udo Z. Karzi
Umar Fauzi
Umbu Landu Paranggi
Umi Laila Sari
Umi Lestari
Universitas Indonesia
Untung Wahyudi
Virdika Rizky Utama
Vyan Taswirul Afkar
W.S. Rendra
Wahyu Prasetya
Wahyudi Akmaliah Muhammad
Wawan Eko Yulianto
Wawancara
Welly Adi Tirta
Widi Wastuti
Wiji Thukul
Wisnu Kisawa
Wiwik Widayaningtias
Y. Thendra BP
Yona Primadesi
Yosephine Maryati
Yosi M Giri
Yudhis M. Burhanuddin
Yulizar Fadli
Yurnaldi
Yusri Fajar
Yuyuk Sugarman
Zainal Arifin Thoha
Zaki Zubaidi
Zamakhsyari Abrar
Zawawi Se
Zehan Zareez
Zulkarnain Zubairi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar